Oleh: N. Firmansyah
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat kepada Jose Mourinho atas terpilihnya ia sebagai manajer yang menggantikan Louis van Gaal pada akhirnya. Setelah surat terbuka yang saya tulis sebelumnya sudah terkirim, saya sudah menduga hal ini akan terjadi. Manchester United tidak punya pilihan lain dan yang memenuhi kriteria (menurut mereka) hanyalah seorang Mou.
Kedua, terima kasih sudah membaca surat terbuka saya yang pertama. Saya yakin Anda, Mou, sudah membacanya karena saya pun sudah membaca surat balasannya. Tapi untuk surat yang kedua ini, saya tidak berharap balasan.
Ketiga, saya ingin bilang kalau pria yang gemar mengoceh di pinggir lapangan ini memanglah pria yang beruntung. Beruntung karena dapat kesempatan untuk memanajeri klub dengan jumlah suporter terbanyak yang bisa dengan mudah mendapatkan pemain mahal dan berkualitas sebagaimana fasilitas yang diberikan klub-klub yang pernah ia bawa jadi juara sebelum-sebelumnya.
Lihat saja klub London Utara, Chelsea dan klub yang sekarang tidak lagi berbisa seperti julukannya, Inter Milan. Lalu bandingkan dengan Atletico Madrid dan Leicester City. Di bawah tangan dingin Diego Simeone dan kejeniusan seorang Claudio Ranieri, kedua klub itu berhasil mematahkan dominasi tim raksasa meski dengan materi pemain seadanya dan harga murah yang bahkan enggan dilirik media.
Lalu bagaimana dengan Mou? Ketika ia berhasil membawa Chelsea dan Inter Milan jadi juara, materi pemain kedua klub itu sudah berada di atas rata-rata. Mou melatih ketika kondisi klub sudah sangat bagus dengan materi pemain memadai sehingga ia hanya butuh sedikit taktik seperti "parkir bus" dan serangan balik dengan mengandalkan pemain yang larinya kencang dan punya tendangan cukup akurat untuk menang.
Lihatlah United sekarang, Zlatan Ibrahimovic bersama Paul Pogba adalah jawaban yang tidak bisa dibantah. Zlatan adalah pemain yang bisa mencetak gol dari jarak berapa pun dan dengan gaya apa pun. Pogba adalah pemain yang bisa berlari kencang sambil membawa bola dengan seimbang untuk serangan balik. Ditambah lagi Eric Bailly yang mampu menjaga pertahanan dengan sangat baik, lengkaplah dream team versi Mourinho di United.
Ketiga pemain itu adalah hasil diskusi si pria beruban dengan para petinggi The Red Devils, dan jika pun kelak Eric Bailly tidak bisa sekonsisten Zlatan ketika masih membela Paris-Saint Germain atau Paul Pogba ketika masih berseragam Juventus, ia masih punya seorang David de Gea yang dapat dipercaya dan senantiasa jadi benteng terakhir Manchester United sejak era Sir Alex Ferguson.
Sekali lagi saya ulangi, Jose Mourinho benar-benar adalah manajer yang sangat beruntung. Ia memanfaatkan kekayaan klub untuk mengumpulkan para pemain hebat tadi untuk membantunya menjaga nama baiknya sebagai The Special One, hal yang mungkin sedikit sulit dilakukan oleh manajer lain
Dengan sedikit fakta itu, maka tidaklah mengherankan jika musim ini Manchester United bisa kembali berjaya dalam ajang Liga Primer Inggris, karena memang materi pemainnya layak untuk hal itu. Tapi coba bayangkan United era van Gaal dimanajeri oleh seorang Mou. Van Gaal, saing filsuf yang bertahun-tahun meracik United saja hanya mampu mempersembahkan satu gelar FA Cup, apalagi Mourinho yang hanya sarjana jurusan olahraga.
Ah, saya jadi ingat lagi ketika Zlatan Ibrahimovic masih berseragam Inter Milan. Kalau tidak salah itu di musim 2008-09. Ketika itu Jose Mourinho juga sedang menjabat sebagai pelatih di sana. Barangkali dari sanalah Mou mengendus bakat seorang Zlatan yang pada akhirnya meninggalkannya karena lebih memilih Pep Guardiola dan Barcelona-nya. Jose lalu mencoba peruntungannya kembali di Manchester United dengan harapan cintanya kali ini tak bertepuk sebelah tangan, kepada seorang Zlatan.
Saya jadi ragu, sebenarnya yang pantas diberi julukan The Special One ini Jose Mourinho atau Zlatan Ibrahimovic? Sebab, kalau ingin melihat lebih jauh lagi, rekor-rekor yang pernah dicatatkan seorang Mou juga sudah pernah diraih oleh orang lain. Bahkan, jauh sebelum Mou membawa Inter Milan meraih treble winners, Jock Stein bersama Glasgow Celtic dan Stefan Kovacs bersama Ajax Amsterdam sudah lebih dulu mencatatkannya dalam sejarah. Ironisnya lagi, Celtic dan Ajax sama-sama mengalahkan Inter Milan di partai terkahir sebelum mengukuhkan gelar treble winners.
Tapi bagaimana pun, Mourinho sekarang sudah berada di jalan yang tepat. Manchester United tidak akan pernah jadi pilihan yang salah karena apa yang ia inginkan di sana untuk memuluskan jalannya, akan didapatkannya. Sekarang tinggallah waktu yang akan menjawab apakah Jose Mourinho benar-benar The Special One, atau hanya The Ordinary One.
penulis adalah Personal Blogger di www.NFirmansyah.com dan Freelance Content Writer. Biasa berkicau lewat akun Twitter @nfirmansyah_
Komentar