Oleh: Pradhana Adimukti
Bursa transfer awal musim 2016/2017 resmi ditutup. Stadion Santiago Bernabeu kali ini terasa sepi. Jika pada musim-musim sebelumnya Madrid mendatangkan pemain asal Jerman Toni Kroos, memecahkan rekor transfer dengan mendatangkan Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale, maka musim ini kedatangan yang paling menonjol hanya kembalinya “si anak hilang” Alvaro Morata dari Juventus.
Sesudah menjuarai Liga Champions hanya dalam waktu setengah musim, inilah musim pertama Zinedine Zidane bertugas penuh sebagai pelatih Los Blancos. Musim 2015/2016 lalu Zidane hanya berstatus sebagai pengganti Rafael Benitez.
Prestasi Zidane selama setengah musim itulah yang mampu meyakinkan manajemen Madrid mengontrak pelatih yang sebelumnya menangani Real Madrid Castilla sebagai pelatih tim senior Real Madrid. Di bawah asuhan Zidane, Madrid memiliki harapan besar untuk terlibat dalam perebutan gelar La Liga musim ini.
Apalagi skuat Madrid saat ini sebetulnya cukup dalam untuk berkompetisi dalam beberapa ajang, meski pergerakan transfer tak terlalu meyakinkan. Hampir di semua posisi, Madrid minimal punya dua pemain dengan kualitas mirip. Contohnya, kiper Keylor Navas punya deputi Kiko Casilla. Casilla pernah dipanggil ke timnas Spanyol.
Dani Carvajal punya kompetitor bernama Danilo untuk memperebutkan posisi bek kanan. Selain itu, kembalinya Fabio Coentrao dari AS Monaco menambah kekuatan bek kiri Madrid yang diisi Marcelo. Di lini tengah, Madrid cukup dihuni pemain-pemain kreatif seperti Luka Modric, Toni Kroos, mateo Kovacic, Isco dan James Rodriguez.
Mateo Kovacic, James Rodriguez dan Isco sempat dikabarkan akan hengkang dari Madrid pada musim panas 2016 ini. Ketiga pemain tersebut sejak musim lalu memang jarang diturunkan oleh Zidane. Tapi, setelah tampil mengesankan melawan Celta Vigo, Zidane memutuskan mempertahankan James Rodriguez. Kovacic dan Isco pun akhirnya juga tidak pindah klub.
Kehadiran Morata bisa menjadi jawaban atas pelapis yang tepat untuk Karim Benzema. Musim lalu, Benzema tak bisa bermain penuh di La Liga karena cedera cukup sering mengganggunya. Absennya Benzema jelas mengurangi kekuatan di lini depan Real Madrid musim lalu.
Lubang Pada Gelandang Bertahan
Jika pada posisi gelandang serang Madrid cukup punya pilihan, lubang kini berada di posisi gelandang bertahan. Kegagalan merekrut satu lagi gelandang dengan kemampuan bertahan bisa jadi bencana jika Casemiro cedera.
Casemiro menjadi bagian vital dari formasi Zidane musim lalu. Pemain asal Brasil itu sukses mereplikasi peran Claude Makelele pada era ketika Zidane menjadi pemain Madrid. Walau Casemiro punya gaya bermain yang berbeda dibanding Makelele.
Casemiro mampu berperan sebagai gelandang yang menyaring serangan lawan dari lini tengah, melindungi empat bek dan mengisi celah antara lini belakang dan lini tengah. Gaya lugas Casemiro melengkapi permainan cantik Modric, Kroos, Ronaldo, Bale dan Benzema.
Musim lalu dari 23 kali main di La Liga, Casemiro mencatat empat rata-rata aksi bertahan tanpa kelalaian bertahan. Toni Kroos dan Luca Modric mencatat masing-masing dua rata-rata aksi bertahan dan sekali kelalaian bertahan dalam 32 kali main. Data tersebut cukup menggambarkan dengan jelas kehandalan bertahan Casemiro dibanding gelandang-gelandang utama Madrid lain.
Musim ini saja dari dua pertandingan, Casemiro mencatat lima rata-rata aksi bertahan. Bandingkan dengan bek tengah Sergio Ramos yang mencatat empat rata-rata aksi bertahan dalam jumlah pertandingan yang sama. Terlihat jelas peran penting Casemiro sebagai gelandang bertahan memutus serangan lawan dari lini tengah.
Wajar jika Zidane menginginkan gelandang dengan kemampuan bertahan meyakinkan. Logis juga jika Madrid yang terbiasa mengoleksi bintang besar pernah berminat merekrut Paul Pogba. Pogba adalah tipe gelandang box to box yang mampu bertahan dan menyerang sama baiknya.
Sejak Februari lalu, Zidane memang menginginkan Paul Pogba. Zidane secara terbuka memuji Pogba. Pria kelahiran 1972 tersebut memuji Pogba sebagai tipikal pemain yang diinginkan oleh pelatih manapun, meski pada akhirnya mereka gagal merekrut Pogba. Gagal merekrut Pogba, Madrid juga gagal merekrut N’Golo Kante yang memutuskan pindah ke Chelsea.
Mengandalkan Pemain Muda
Dengan dipulangkannya Alvaro Morata, Madrid tampaknya sedang memberi kesempatan pada pemain muda untuk berkembang. Zidane memang mantan pelatih junior Madrid. Masuk akal jika Zizou memberi kepercayaan pada para pemain muda. Zidane tentu mengetahui kualitas pemain-pemain muda Madrid. Sejauh ini, dengan cederanya Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema, eksperimen Zizou dengan memainkan pemain muda membuahkan hasil.
Alvaro Morata, produk akademi Madrid yang selama dua musim lalu bermain untuk Juventus, mencetak gol ke gawang Celta Vigo pada pertandingan kandang pertama Real Madrid musim ini di Santiago Barnebeu. Ledakan perayaan gol Morata mengekspresikan beban yang telah terlepas dari pundaknya.
Dalam dua pertandingan awal melawan Real Sociedad dan Celta Vigo, Morata mencatat rataan akurasi operan 83% dan akurasi tembakan 50%. Striker timnas Spanyol itu juga mencetak satu gol dan satu operan kunci. Pantas jika Zidane memujinya.
Pada era Florentino Perez pertama (tahun 2000-2006) menjabat sebagai presiden Real Madrid, insinyur sipil tersebut mengumpulkan bintang-bintang dunia seperti Luis Figo, Zinedine Zidane, David Beckham, Ronaldo Luis Nazario.
Dikritik karena terlalu mengutamakan pemain bintang yang sudah jadi dan mengesampingkan pemain-pemain muda binaan Madrid, Perez mengimbanginya dengan menerbitkan pemain-pemain muda dari akademi sepakbola Madrid.
Konsep tersebut dikenal dengan istilah “Zidanes y Pavones”. Istilah yang berasal dari nama Zinedine Zidane dan Francisco Pavon. Zinedine Zidane mewakili bintang-bintang Madrid. Sedangkan Francisco Pavon merepresentasikan pemain-pemain yang bertumbuh dari akademi Madrid.
Eksperimen tersebut gagal. Di satu kubu anggota “Zidanes”, Zidane, Beckham , Ronaldo Luis Nazario dan Luis Figo tetap cemerlang. Sementara di kubu lain anggota “Pavones”, seperti Francisco Pavon, Raul Bravo, Alvaro Mejia gagal menjadi bintang dan terlupakan.
Pada periode Perez kedua kali ini, tampaknya Zidane akan mereplikasi ramuan “Zidanes y Pavones” tersebut. Para bintang seperti Toni Kroos, Cristiano Ronaldo, Gareth Bale dikombinasikan dengan produk lokal Real Madrid yang diwakili Alvaro Morata.
Kalau Zidane kali ini berhasil mengembangkan potensi pemain muda bukan tidak mungkin mereka akan menambah kedalaman skuat Madrid. Pemain-pemain muda tersebut, sejauh ini, belum membuang kepercayaan Zidane. Setidaknya dari hasil dua pertandingan awal La Liga.
Namun para pemain muda sulit diharapkan konsistensi performanya menghadapi sprint panjang perburuan La Liga. Kelemahan utama pemain muda, umumnya, tepat pada mental bertanding mereka. Bisa saja mereka cemerlang dalam dua sampai tiga laga tapi buruk di laga-laga berikutnya.
Bertambahnya Kekuatan Lawan
Di kala aktivitas transfer Madrid sepi, Barcelona merenovasi skuat. Stadion Nou Camp musim ini diantaranya kedatangan kiper Jasper Cillessen, bek tengah Samuel Umtiti, bek kiri Lucas Digne, gelandang Andre Gomes dan striker Paco Alcacer.
Terilhat jelas Luis Enrique, pelatih Barca, sedang meregenerasi timnya secara bertahap. Kiper Jasper Cillessen (27) menggantikan Claudio Bravo (33), bek kanan Dani Alves (33) dijual ke Juventus, dan bek tengah Thomas Vermaelen (31) digantikan Samuel Umtiti (23).
Di lini tengah, Andre Gomes (21) sepertinya disiapkan tahap setahap menggantikan Andres Iniesta (32). Sementara Paco Alcacer(23) siap menyegarkan lini depan Barca yang dihuni Luis Suarez (30). Alcacer juga mampu memberi variasi serangan Barca. Mantan striker Valencia itu spesialis pencetak gol di kotak penalti.
Dari belahan lain kota Madrid, Atletico juga memperkuat tim. Klub asuhan Diego Simeone itu telah menghabiskan 81 juta euro untuk pembelian pemain baru. Bek kanan Sime Vrsajlko, gelandang serang Nicolas Gaitan dan striker Kevin Gameiro menjadi penghuni baru stadion Vicente Calderon.
Bermodal aktivitas transfer yang aktif, Barcelona meraih kemenangan pada dua laga awal La Liga. Salah satunya membantai Real Betis 6-2 pada pertandingan pertama. Sinyal yang sangat kuat untuk mempertahankan gelar liga musim lalu.
Sementara Atletico Madrid mendapatkan hasil yang tak terlalu menggembirakan sejauh ini; seri 1-1 melawan Deportivo Alaves dan 0-0 melawan Leganes. Walaupun begitu, belanja Atletico tetap menjadi pertanda ambisi kuat mereka memenangkan La Liga.
Penutup
Melihat aktivitas transfer Madrid yang adem ayem sementara kompetitor-kompetitornya di La Liga seperti Barcelona dan Atletico Madrid sibuk memperkuat tim, Madrid akan menempuh jalan yang cukup sulit untuk menjadi juara La Liga musim ini.
Musim ini Madrid mencatat pengeluaran transfer pemain paling sedikit sejak tahun 2003. Pada bursa transfer kali ini, Los Blancos hanya mengeluarkan 30 juta euro untuk membeli kembali Alvaro Morata dari Juventus. Pada 2003, mereka menghabiskan 25 juta euro hanya untuk transfer David Beckham.
Petaka terjadi jika mereka dihantam badai cedera atau penampilan beberapa pemain, khususnya para pemain muda, menurun secara bersamaan. Terutama jika Casemiro cedera sementara Zidane gagal mendapatkan gelandang bertahan pengganti yang sepadan dari akademi atau pada bursa transfer tengah musim.
Pepe memang pernah dimainkan sebagai gelandang bertahan. Namun itu terjadi pada masa Jose Mourinho bukan Zidane. Sementara percobaan Sergio Ramos di posisi Casemiro pun terbukti bukan solusi tepat. Dengan kondisi demikian, Madrid bisa hanya berakhir sebagai runner up atau peringkat ketiga La Liga, kecuali terbukti sebaliknya.
Penulis adalah penonton sepakbola yang menulis. Tinggal di Duren Sawit, Jakarta. Dapat dihubungi lewat akun Twitter @Pradhana_Adi
Komentar