Oleh: Dzikry Lazuardi
Mantan agen pemain terkemuka, Colin Gordon, pernah berujar bahwa cara yang baik untuk menyembunyikan lantai yang kotor adalah dengan menyapunya ke bawah karpet. Kalimat tersebut bisa dianaloginya pada kebijakan klub yang meminjamkan banyak pemainnya sebagai cerminan dari pengurus rumah yang malas. Kutipan itu juga cocok ditujukan kepada Chelsea yang meminjamkan 38 pemainnya pada bursa transfer musim panas 2016.
Pemain-pemain tersebut dipinjamkan ke berbagai klub di berbagai negara. Dari tim sekaliber Juventus, tim non-liga Metropolitan Police, Turki, hingga Kolombia. Usia dari 38 pemain tersebut yang dipinjamkan itu pun beragam, dengan pemain termudanya adalah Nathan Baxter (17) dan yang tertua adalah Loic Remy (29). Eksodus tanpa hentinya terus berlanjut hingga deadline day dengan Lucas Piazon dan Matt Miazga resmi dipinjamkan jelang penutupan bursa transfer.
Chelsea memang terkenal gemar meminjamkan para pemainnya. Tiga musim terakhir, jumlah pemain yang mereka sekolahkan acap kali lebih dari 30 pemain. Mereka juga menjadi klub Liga Primer Inggris yang paling banyak meminjamkan pemainnya, mengungguli Manchester City dengan 17 pemain, serta West Ham dan Liverpool dengan 12 pemain.
Berbagai kritik pun muncul, mulai dari tuduhan penimbunan bakat hingga dugaan bahwa kebijakan tersebut diambil untuk menutupi transfer-transfer yang gagal. Michael Emenalo, direktur teknik The Blues, pernah beberapa kali menjawab kritikan-kritikan tersebut. Emenalo adalah orang dibalik kebijakan ini. Sejak ia menjabat sebagai direktur teknik pada Juli 2011, Chelsea meminjamkan lebih dari 25 pemain di tiap musimnya. Jumlah yang sama dengan jumlah maksimal pemain yang didaftarkan untuk Liga Primer Inggris.
Emenalo pernah berujar bahwa pemain-pemain yang dipinjamkannya akan mendapat tempat suatu saat di tim utama Chelsea. Pria asal Nigeria ini berpendapat bahwa ada pemain-pemain yang masih harus berkembang sebelum bisa menembus skuat utama. Sehingga pemain tersebut dipinjamkan terlebih dahulu agar mendapat waktu bermain yang cukup.
Thibaut Courtois adalah contohnya. Setelah ditebus sebanyak 5 juta paun dari Genk pada 2011 lalu, ia dipinjamkan ke Atletico Madrid tiga musim berturut-turut. Ia menjadi kiper utama dan sukses mengantarkan Los Colchoneros menjuarai La Liga dan menembus final Liga Champions di musim 2013-2014. Ia kembali ke Stamford Bridge dengan pengalaman yang lebih banyak. Ia juga membuktikannya dengan menggeser kiper andalan Chelsea, Petr Cech. .
Namun ada juga Christian Atsu yang bergabung pada 2013 lalu. Ia belum pernah mencicipi satupun penampilan kompetitif bersama Chelsea. Pemain yang mengoleksi 42 penampilan dan sembilan gol bersama timnas Ghana ini selalu dipinjamkan di tiap musimnya. Vitesse, Everton, Bournemouth, Malaga, hingga musim ini ia dipinjamkan ke Newcastle.
Patrick Bamford sudah menjalani lima musim sebagai pemain pinjaman. Musim ini ia dipinjamkan ke Burnley sehingga pada akhir musim ini, total sudah enam musim ia sudah dipinjamkan. Pemain yang pernah menolak beasiswa dari Harvard University ini masih harus berusaha keras untuk masuk ke skuat utama Chelsea. Meski Bamford pernah dianugerahi gelar pemain terbaik Championship pada musim 2014/2015 lalu, ia dinilai masih kalah dengan Diego Costa dan Michy Batshuayi sehingga harus kembali dipinjamkan.
Hal serupa juga dialami Kenneth Omeruo yang menjadi pemain The Blues sejak 2012 lalu. Pemain 22 tahun asal Nigeria ini juga masih harus sabar menanti kesempatan bermain di tim utama Chelsea. Jika dilihat lebih jauh, sebenarnya, masih banyak pemain yang harus menunggu kesempatan tersebut daripada pemain-pemain seperti Courtois dan Moses.
Soal menutupi kesalahan transfer, Emenalo mencontohkan Mohamed Salah. Salah dipinjamkan ke tim papan atas seperti Fiorentina serta Juventus. Salah membuktikan bahwa mereka tidak membeli pemain yang salah. Namun tidak sedikit pula pemain yang bermusim-musim dipinjamkan lalu akhirnya dijual.
Banyak juga yang berpendapat bahwa Chelsea hanya mencari keuntungan finansial sekaligus mengakali peraturan Financial Fair Play. Singkatnya, mereka membeli sebanyak-banyaknya pemain muda dengan harga murah. Lalu meminjamkannya ke berbagai klub agar berkembang dan akhirnya dilepas dengan harga jual diatas harga beli.
Romelu Lukaku yang dibeli dengan mahar 12 juta paun dari Genk pada 2011, dijual ke Everton 2014 dengan harga 28 juta paun. Meskipun pemain asal Belgia ini pernah menjadi bagian skuat utama pada musim 2011/2012, namun ia menghabiskan dua musim selanjutnya di West Brom dan Everton dengan status pinjaman, sebelum akhirnya Everton mempermanenkan pemain berpostur besar ini.
Pemain asal Belgia lainnya, Kevin De Bruyne juga adalah contoh serupa. Chelsea menjualnya ke Wolfsburg seharga 18 juta paun setelah dibeli dari Genk seharga 7 juta paun. Setelah mendarat di London pada 2012, ia langsung dipinjamkan ke Werder Bremen dan sukses mencetak 10 gol dari 34 penampilannya. Saat kembali ke Chelsea, ia gagal menembus skuat utama dan hanya bertahan setengah musim hingga Wolfsburg mendatangkannya ke Jerman.
Emenalo juga pernah berujar bahwa ada pemain-pemain seperti Dominic Solanke dan Tammy Abraham yang terlalu bagus untuk tim U-21, namun masih belum siap untuk masuk tim utama. Sehingga, cara terbaik menurutnya adalah dengan meminjamkannya klub yang bisa memberi mereka pengalaman bermain.
Pria yang mengemas 14 penampilan untuk timnas Nigeria ini memang merasa kebijakan yang diterapkannya adalah benar. Kebijakannya adalah solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi klubnya. Meskipun tidak sedikit yang menentangnya, termasuk pemain-pemainnya sendiri, namun Emenalo selalu mempertahankan caranya tersebut.
Salah satu pemain langganan dipinjamkan, Lucas Piazon, angkat bicara saat diwawancarai Daily Mail baru-baru ini perihal yang dilakukan manajemen Chelsea terhadapnya dan rekan-rekan senasibnya.
“Tidak masuk akal untuk dipinjamkan setiap saat. Ini tidak baik untuk pemain manapun menurut pengalaman saya, atau menurut pemain lainnya. Saya tidak melihat ini sebagai hal positif lagi. Berada di klub yang berbeda di tiap musim tidaklah baik untuk saya yang berusia 22 tahun,” ujarnya.
Sang agen yang sekarang menjadi pelatih caretaker tim papan bawah di Inggris, Colin Gordon, juga mengatakan bahwa memang benar, meminjamkan pemain itu penting untuk pemain muda agar bisa lebih berkembang. Namun jika terlalu sering, besar kemungkinannya bahwa klub tersebut hanya menutupi kesalahan rekrutannya. Banyak klub yang salah membeli pemain dan akhirnya tahu bahwa pemain tersebut tidak dibutuhkan lagi tapi mereka tidak bisa mendapatkan uang mereka kembali.
Memang tidak banyak yang tahu pasti apa alasannya. Bisa jadi yang dikatakan Emenalo di publik adalah benar tanpa manipulasi sedikitpun, namun tidak menutup kemungkinan ada kotoran di lantai yang ia sembunyikan di balik karpet. Karena hanya tuan rumah yang tahu benar apa yang ada di balik karpet tersebut.
penulis adalah mahasiswa yang lebih aktif menonton sepakbola daripada berkemahasiswaan. Dapat ditemukan lewat akun twitter @dzikrylzs
foto: chelseafc.com
Komentar