Persika Karawang dan Hegemoni Persib Bandung di Jawa Barat

PanditSharing

by Pandit Sharing 60217

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Persika Karawang dan Hegemoni Persib Bandung di Jawa Barat

Oleh: Syamsu Rijal

Dengan teori apa dan bagaimanapun, rasa-rasanya sulit untuk dibantah bahwa Persib Bandung adalah "keagungan" yang luhur dari sebuah kultur sepakbola masyarakat Jawa Barat, setidaknya hingga detik ini dan entah sampai berapa dekade mendatang.

Walaupun nyata tertera embel-embel nama kota Bandung pada akhiran katanya, namun saya rasa, hampir semua orang yang tinggal di Bumi Parahyangan akan sepakat bahwa Persib adalah warisan leluhur dalam ihwal sepakbola yang mesti dipelihara oleh Urang Sunda. Bukan hanya oleh warga Bandung, tapi juga oleh seluruh masyarakat Jawa Barat!

Itulah uniknya kultur sepakbola di Jawa Barat. Persib seolah tak ada banding dalam urusan bola sepak masyarakat Sunda. Pun bagi beberapa daerah yang secara teritorial tergabung di Provinsi Jawa Barat yang sejatinya punya tim kebanggaannya sendiri, namun warga di sana justru dengan suka serta rela menempatkan tim asal daerahnya di urutan nomor dua, atau bahkan memposisikan diri sebagai anak kandung dari sosok ibu sepakbola Urang Sunda bernama Persib Bandung.

Lihatlah bagaimana pada tiap pertandingan baik itu uji tanding maupun laga resmi Persib melawan klub asal Jawa Barat, stadion tempat berlangsungnya laga akan sontak membiru dengan warna kebesaran Persib. Walaupun pada pertandingan itu Maung Bandung bertindak sebagai tamu, namun tetap saja mayoritas suporter yang datang adalah mereka yang ingin menyaksikan serta mendukung Persib berlaga.

Tak adanya klub dari Jawa Barat selain Persib yang turut-serta di kompetisi tertinggi sepakbola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mungkin sedikit banyak berpengaruh terhadap polarisasi dukungan masyarakat Sunda terhadap satu nama. Walaupun seperti yang telah diungkap di atas, hal itu bukanlah alasan utama bagi Urang Sunda untuk tetap memposisikan Persib sebagai satu prioritas utama.

Dan seperti halnya di beberapa musim lalu, pada kompetisi tahun ini pun nama Persib tetap jadi satu-satunya klub asal Jawa Barat yang mengisi slot tertinggi dalam kancah persepakbolaan Indonesia. Sudah bisa dipastikan, kesebelasan yang telah berdiri sejak tahun 1933 itu bakal kembali (tetap) mendominasi Bumi Parahyangan dengan segala daya magis yang ia miliki.

Sementara itu, untuk kompetisi level kedua Liga Indonesia musim ini, Jawa Barat setidaknya diwakili oleh 4 klub. Selain terdapat nama Persikabo Kab. Bogor yang sudah lebih dulu dikenal karena pernah berkiprah di kompetisi level tertinggi beberapa tahun silam, ada pula nama-nama lain yang masih agak asing di telinga para pecinta bola nasional semisal PSGC Ciamis, Persikad Depok, serta Persika Karawang.

Dari keempat klub tersebut (kecuali “mungkin” Persikad Depok), kultur sepakbola dan iklim per-suporter-an di sana, diakui atau tidak, terlahir dan tumbuh besar atau setidaknya terafiliasi dari rahim ibu kandung sepakbola Jawa Barat, yaitu Persib Bandung.

Khusus untuk nama klub terakhir yang disebut, saya merasakan sendiri bagaimana gairah sepakbola dan fanatisme suporter Karawang benar-benar terbentuk dari balik bayang-bayang Persib Bandung sang “penguasa” Jawa Barat. Tanpa sedikit pun bermaksud mengucilkan peran vital beberapa nama kunci yang turut serta membesarkan nama Persika Karawang seperti saat ini, namun faktanya adalah mereka yang kini menjadi tokoh sentral suporter Persika, adalah mereka yang pernah atau masih aktif menjadi suporter Persib.

Bukan hal yang aneh memang jika sebagian besar suporter tim lokal di Jawa Barat (tak terkecuali suporter Persika) “berpoligami” dalam memberikan dukungan terhadap kesebelasan kebanggaannya. Selain tentu karena alasan kedaerahan mendukung klub asal kota sendiri, banyak juga dari mereka yang tetap setia menjadikan Persib sebagai warisan budaya Sunda yang mesti “diistimewakan” dan tetap dipelihara.

Secara usia Persika sebenarnya tak terlalu terpaut jauh dengan Persib, Laskar Jawara (julukan Persika Karawang) berdiri sejak 14 Desember 1951. Jika dikalkulasikan secara matematis, umur keduanya hanya terpaut 18 tahun saja. Namun secara prestasi, nama besar, sejarah panjang serta daya magis, Persika tetap jauh tertinggal dari saudara tuanya itu.

Persika Karawang mungkin bukan satu-satunya klub yang secara usia telah matang dan bahkan bisa juga dibilang tua untuk ukuran klub sepakbola di Indonesia, namun tak dibarengi dengan capaian prestasi yang diraih. Jangankan bicara soal prestasi, untuk sekedar bertahan hidup dalam waktu yang lama-pun rasa-rasanya sulit.

Pasang-surut kerap menghantui perjalanan Persika dan beberapa klub senasib pada tiap tahunnya. Mereka hidup tak ubahnya jamur di musim penghujan yang hanya mampu tumbuh dan berkembang saat ada kucuran dana segar dari pemerintah daerah, dan akan sangat sulit bernapas ketika selang oksigen bernama APBD itu diputus paksa.

Tak bisa dipungkiri memang, sejak beranjaknya tata kelola klub sepakbola Indonesia menuju ke arah profesional yang diawali dengan dicabutnya dana “subsidi” dari APBD, hal tersebut berdampak sedemikian besar bagi kelangsungan hidup beberapa klub yang secara manajerial dan finansial masih prematur untuk dibawa ke arah sana.

Alhasil, tak ada cara lain bagi klub-klub macam itu selain gulung-tikar, atau setidaknya vakum sesaat sampai mendapat sponsor yang mampu mengakomodir biaya untuk berkompetisi selama satu musim penuh. Untuk mendapatkan sponsor pun bukan perkara mudah di tengah situasi sepakbola Indonesia saat ini, apalagi bagi klub "level kedua" macam Persika.

Dengan masih semrawutnya sistem kompetisi di Indonesia yang belum terjadwal dengan rapi, bahkan sering juga terjadi dalam satu tahun penuh tak ada sama sekali kompetisi yang bergulir, serta tak adanya kejelasan bagi sebuah klub agar dapat bermain secara reguler dalam satu tahun penuh, akan sangat sulit meyakinkan calon sponsor untuk menginvestasikan uangnya di klub tersebut.

Menyoal sponsorship dalam sepakbola adalah bicara tentang bisnis yang harus dilandasi dengan kepastian data dan angka serta kontinuitas kompetisi yang harus tertata rapi. Jika salah satu aspek tersebut kurang satu poin saja, bernegosiasi dengan pihak calon sponsor bagi pemilik klub tak ubahnya menawarkan orang untuk membeli kucing dalam karung yang masih terikat erat.

Dengan serentetan masalah tersebut, sudah dapat dipastikan klub yang mampu bertahan dalam kondisi sulit macam itu hanyalah dia yang dikelola dengan baik dan juga sudah benar-benar matang di segala aspek. Dan kembali, di Bumi Parahyangan saat ini, hanya ada satu klub saja yang mendekati kesempurnaan aspek profesional itu. Persib Bandung-lah namanya.

Sementara itu, dari keempat kontestan Liga 2 asal Jawa Barat, Persika Karawang harusnya lebih mampu mengelola manajerial serta keuangan klub secara lebih baik dan sehat ketimbang tiga kontestan lainnya. Letak administratif Karawang yang diliputi kawasan industri yang berisi perusahaan-perusahaan besar multi-nasional maupun internasional mestinya bisa jadi andalan utama untuk meraup pundi-pundi rupiah dari sponsor guna membiayai penghidupan klub.

Dengan catatan, asalkan dikelola dengan baik dan transparan, saya yakin Persika Karawang akan mampu menjelma menjadi klub besar Indonesia yang profesional tanpa harus mengemis dari anggaran belanja daerah.

Dan terakhir, sebagai warga Karawang yang sampai saat ini masih tetap setia terhadap warisan leluhur dari orangtua, saya berjanji jika suatu hari nanti Persika benar-benar sampai di titik sempurna untuk sebuah klub sepakbola profesional yang secara reguler berkompetisi di level tertinggi, saya dan mungkin juga ratusan ribu pecinta sepakbola Karawang lainnya akan dengan bangga serta lantang berteriak; Persika harus menang, tapi Persib Bandung tak boleh kalah!

foto: @pakyupisaneuy

Penulis adalah pecinta sepakbola Indonesia asal Batujaya – Karawang. Dapat ditemui di twitter dalam akun @idhay69


Tulisan ini merupakan bagian dari Pesta Bola Indonesia, menyemarakkan sepakbola Indonesia lewat karya tulis. Segala isi dan opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis

Komentar