Oleh: Mukhammad Najmul Ula
Pembaca yang menggemari industri perfilman Hollywood akan mengetahui judul di atas diambil berdasarkan film arahan Tim Burton, Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children.
Aktor muda Asa Butterfield dengan apik memerankan bocah ingusan Jacob Norman yang sering dirundung teman-temannya. Film yang juga dibintangi Eva Green tersebut diangkat dari novel berjudul sama yang sempat dilabeli New York Times sebagai novel best-seller.
Kita akan menemukan sekelompok anak-anak dengan kemampuan istimewa. Jake mampu melihat Hollowgast (monster berkaki dan bertangan lancip), Emma punya tubuh seringan kapas, Olive bisa menciptakan api dengan tangannya, Hugh yang hidup bersama lebah, serta beberapa karakter lain yang punya keajaiban masing-masing.
Semua anak ini, karena punya “kemampuan lebih” yang tidak dipunyai teman sebayanya, perlu dikumpulkan dalam suatu tempat tersembunyi. Itu dilakukan agar mereka tidak membahayakan lingkungan sekitarnya.
Untuk menangani “bakat khusus” tersebut, seorang Ymbrine mutlak diperlukan. Ymbrine harus selalu wanita. Ia bisa mengontrol waktu dan punya kemampuan berubah menjadi burung spesies tertentu. Memiliki sifat penyayang, Ymbrine biasanya hidup bersama anak-anak asuhannya di sebuah rumah yang jauh dari pemukiman.
Guna mencegah bahaya yang ditimbulkan anak-anaknya bila tumbuh besar, dia memutar waktu setiap hari agar mereka tidak mengalami pertumbuhan. Pada film ini, Miss Peregrine menempati posisi terhormat sebagai ibu bijaksana yang sangat dicintai anak-anaknya. Sesuai namanya, ia bisa berubah menjadi elang Peregrine.
Kita akan menemukan seseorang dengan kapabilitas mengasuh “anak-anak muda” dalam dunia sepakbola (tentu saja dia tidak akan menghambat pertumbuhan mereka). Orang ini mengembangkan anak-anak muda untuk tujuan sangat besar. Leonardo Jardim membawa AS Monaco berkibar musim ini. Monaco mulai rutin menyuguhkan tontonan menghibur sepanjang musim 2016/2017.
Sampai Ligue 1 pekan ke-29, Radamel Falcao dan kolega memimpin perburuan gelar Ligue 1 dengan 68 poin. Mereka mengungguli tim bertabur bintang Paris Saint-Germain dan berselisih lima poin dari tim kejutan OGC Nice. Penampilan mengagumkan musim ini tidak lepas dari juru taktik asal Portugal, Leonardo Jardim.
Jardim selalu membawa Tim Merah Putih menempati peringkat tiga pada dua musim pertamanya. Untuk musim ini, tim yang bermarkas di Stade Louis II tersebut mulai bergerak ke arah yang lebih jauh, yaitu ikut dalam perburuan gelar juara pada musim ini.
Perlu diketahui, Jardim datang saat pemilik klub Dimitri Ryobovlev berubah pikiran mengenai cara menangani keuangan klub. Masa ketika bintang besar Eropa dikumpulkan sudah ditinggalkan. Pemain-pemain mewah hasil kucuran dana ratusan euro pada musim sebelumnya telah dijual.
Sebagai contoh, James Rodriguez dilepas ke Real Madrid tepat saat kedatangan Monsieur Jardim. Eksodus pada musim berikutnya dapat dilihat dari kepergian Geoffrey Kondogbia, Aymen Abdennour, Yannick Carrasco, Anthony Martial, hingga Layvin Kurzawa.
Dengan demikian, selalu ada bintang tim yang pergi saat mantan pelatih Sporting Lisbon tersebut memulai musim. Kecerdikan Jardim terlihat disini. Rekrutan “tak populer”-nya menjadi tulang punggung tim. Pernahkah pembaca mendengar nama Bernardo Silva, Fabinho, Djibril Sidibe, atau Benjamin Mendy sebelum pindah ke tenggara Prancis?
Lebih menarik lagi, baik pemain utama rekrutan maupun pemain lulusan akademi yang mencuat musim ini masih banyak yang dapat digolongkan “anak muda”. Pemain rekrutan macam Fabinho maupun Mendy tersebut bahu-membahu dengan Kylian Mbappe-Lottin, Thomas Lemar, dan Tiemoue Bakayoko. Sebagai tambahan, Monsieur Jardim sendiri baru berusia 42 tahun dan merupakan pelatih termuda kedua di liga.
Pasukan muda Los Monegasquet secara konsisten meneror pertahanan tim-tim Ligue 1. Dengan rataan akurasi umpan mencapai 81,1%, mereka menjadi tim paling produktif dengan 84 gol. Falcao menjadi pemain tertajam dengan mencetak 16 gol. Adapun Bernardo Silva menjadi pemain yang mencetak banyak asis dengan tujuh asisnya. Konsistensi Monaco musim ini menjadi lebih mudah karena tim tradisional seperti Olympique Lyon atau Olympique Marseille justru tertatih mengais tiket ke Eropa.
Situs WhoScored menyusun rating performa pemain Monaco. Untuk membuktikan bahwa Monsiuer Jardim mampu memoles pemain muda, data bahwa dari semua pemain yang mengantongi minimal 18 laga pada musim ini, lima pemain dengan rating tertinggi berusia kurang dari 23 tahun. Nama-nama tersebut ialah Fabinho (rating 7,49), Lemar (7,41), Mendy (7,35), Silva (7,34), dan Bakayoko (7,33).
Ada juga nama penyerang berusia 18 tahun Mbappe-Lottin yang sudah mencetak hattrick pada musim ini. Ia disebut-sebut sebagai titisan legenda Prancis yang juga mekar di Monaco, Thierry Henry. Sebagai konsekuensi dari penampilan yang gemilang ini, nama-nama muda tersebut diberitakan akan pindah ke klub besar Eropa pada musim depan.
Monsieur Jardim membuat dirinya laksan Ymbrine yang mau menjaga, memelihara, dan membesarkan peculiar children dengan penuh perhatian. Dia mampu membuat mereka merasa berarti, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi mereka, serta yang paling penting, memaksimalkan potensi setiap anak tanpa salah arah.
Stade Louis II telah menjadi home for peculiar children. Anak-anak muda bertalenta tumbuh berkembang didampingi pelatih yang sangat memahami mereka. Suporter Monaco bisa berharap banyak saat membahas masa depan asal Monsieur Jardim mau tinggal di rumahnya dan tidak memilih membangun rumah baru di manapun itu.
foto: @SquawkaNews
Penulis adalah mahasiswa yang menganggap dua hal paling menggairahkan di dunia adalah sepakbola dan ilmu politik. Bisa dihubungi lewat @najmul_ula
Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.
Komentar