Oleh: Muhammad Fakhruzzahid
Kompetisi usia muda menjadi salah satu wadah untuk mengembangkan pemain muda, sekaligus memberikan jam terbang dan pengalaman bermain, serta merasakan panasnya persaingan dengan pemain satu tim sendiri. Salah satu suksesnya pengembangan sepakbola di Eropa sana adalah karena efektivitas yang dihasilkan oleh kompetisi usia muda berskala penuh musim.
Indonesia bukannya ketinggalan zaman. Sejak 2008, sudah diadakan kompetisi usia di bawah 21 tahun bertajuk ISL U21. Kompetisi ISL U21 diikuti oleh semua klub junior dari kontestan ISL kala itu yang berjumlah 18 tim. Berbentuk sistem grup, juara grup dan runner-up grup lolos ke fase babak gugur, dan seterusnya sampai final.
Pada musim pertamanya, Pelita Jaya U21 menjadi kampiun. Diisi oleh skuat yang ideal, seperti Shahar Ginanjar, Egi Melgiansyah, Dedi Kusnandar, Ferdinan Sinaga, Jajang Mulyana, serta Rivky Novriyansyah, mereka sukses mengalahkan PSM U21 di partai final. Dedi Kusnandar juga mendapat gelar pemain terbaik pada musim itu. Sedangkan top skorer dipegang oleh penggawa PSM U21, Aditya Putra Dewa. Hasil ini membuat banyak pemain Pelita Jaya U21 yang promosi ke tim utama di tahun setelahnya.
ISL U21 sukses melahirkan pemain-pemain muda yang siap terjun ke tim senior. Banyak nama tersohor yang pernah mencicipi manisnya kompetisi ISL U21, seperti Fandi Eko Utomo (Persela U21), Ferdinan Sinaga, Dedi Kusnandar, Egi Melgiansyah (Pelita Jaya U21), Lerby Eliandry (Persisam U21), Lukas Mandowen, Muhammad Tahir (Persipura U21). Timbul keoptimisan akan cerahnya masa depan sepakbola Indonesia dengan adanya ISL U-21.
Namun kenyataannya, banyak yang menganggap sebelah mata manfaat kompetisi ISL U21, sehingga tak dapat perhatian lebih dari publik sepakbola Indonesia. Entah kenapa ISL U21 seperti dikucilkan oleh pengelola kompetisi. Seharusnya kompetisi usia muda-lah yang menjadi ladang unggul bagi tim-tim sepakbola. Kompetisi usia muda harus dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi ajang yang bergengsi bagi pemain-pemain muda yang mungkin menargetkan promosi ke tim utama.
***
Sempat terseok-seok akibat sanksi FIFA beberapa waktu lalu, kompetisi usia muda di bawah 21 tahun kembali muncul dengan tajuk ISC U21. Kompetisi ini merupakan bawahan dari kompetisi Indonesia Soccer Championship, dan mengambil bentuk kompetisi yang sama seperti ISL U21.
Hasilnya, pada musim itu, PS TNI U21 berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Bali United U21 dengan skor mencolok 6-1. Dimas Drajad sukses menjadi penyumbang gol terbanyak dengan mencetak quattrick pada laga final dan membawa trofi pemain terbaik ISC U21.
Setelah era ISC, muncul kembali hasrat untuk mengembalikan kompetisi usia muda menjadi seperti sedia kala. Banyak konsep-konsep yang dipertimbangkan oleh PSSI. Pada awal April 2017, PSSI akhirnya mengumumkan akan membuat kompetisi usia muda di bawah 19 tahun, lebih muda 2 tahun dari sebelumnya.
Tentu ini menjadi hal yang positif, karena semakin muda usia pemain yang dikompetisikan, semakin siap pemain-pemain tersebut menjadi matang dan pantas untuk berpentas di kompetisi level teratas bersama tim seniornya. Hal ini akan menjawab kekurangan pemain muda tim-tim Liga 1 atas regulasi yang dijalankan di musim ini. Mungkin saja musim depan akan memakai regulasi serupa, karena terbukti membuat pemain muda semakin pede dalam bermain, dan juga mengenyangkan jam terbang.
Pada awal bulan Mei 2017, PSSI bersama PT. Liga Indonesia Baru (LIB) resmi mengumumkan akan mengadakan kompetisi usia di bawah 19 tahun, Liga 1 U19, yang akan dimulai pada 9 Juli 2017. Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono memastikan sistem kompetisi tidak jauh berubah seperti ISL U21 dan ISC U21.
Nanti 18 tim peserta akan dibagi tiga grup. Juara dan peringkat kedua masing-masing grup, dan peringkat ketiga terbaik akan lolos ke fase delapan besar yang juga terbagi dalam dua grup. Juara dan peringkat kedua grup akan lolos ke semifinal dan seterusnya sampai final. Pendaftaran skuat setiap tim dimulai dari 8 Mei sampai dengan 31 Juli 2017.
Kompetisi dipastikan akan berjalan sengit. Karena semua tim akan menjalani dengan serius. Apalagi banyak pemain di bawah 19 tahun yang sudah bermain reguler bersama tim senior. Sebut saja Osvaldo Haay (Persipura), Asnawi Mangkualam Bahar (PSM), Gian Zola (Persib), dan masih banyak lagi.
Melihat keseriusan itu, penulis yakin, kompetisi itu akan menuai kejutan pada musim pertamanya. Ini tak ayal akan membuat banyak-banyak pemain potensial muncul bersamaan, pemain yang bisa dan siap bermain di tim utama sebab pada peraturan yang berlaku, setiap tim dapat memainkan pemain U19 nya di skuat senior.
Berharap sepakbola Indonesia dalam memperbaiki pembinaan pemain muda bisa bisa terdukung dengan diadakannya kompetisi ini. Jika kompetisi ini berjalan sesuai harapan dan berjalan efektif, PSSI harus mencoba membuat kompetisi serupa namun untuk batas usia yang lebih muda, U17 misalnya.
Walaupun sudah ada Piala Soeratin yang mungkin bisa diubah sistemnya menjadi sistem kompetisi musim penuh. Bukan tidak mungkin akan muncul lagi Firman Utina baru, Bambang Pamungkas baru, atau bahkan Cristiano Ronaldo-nya Indonesia dari sini. Kita semua hanya bisa berdoa, dan mendukung semoga sepakbola Indonesia akan bisa berbicara banyak di pentas dunia.
Penulis adalah seorang mahasiswa, pendoa, dan pemimpi timnas Indonesia berbicara banyak di kancah sepakbola dunia. Biasa berkicau di akun @fkhrzzhd
Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Isi dan opini di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis
Komentar