Oleh: Syah Agam Aprilo
Islandia. Ya, negara Eropa yang sepakbolanya mulai melejit namanya semenjak penampilan yang mengejutkan di Piala Eropa 2016 yang lalu itu kini sedang berada di negeri kita tercinta untuk melakoni dua laga uji tanding menghadapi Indonesia Selection (11 Januari) dan Tim Nasional Indonesia (14 Januari).
Untuk diketahui, negara yang enam tahun lalu masih menempati peringkat 130 FIFA (Indonesia saat itu 150) itu, kini menempati peringkat 22 FIFA (per 21 Desember 2017), rela terbang jauh sejauh 11.957 km untuk melawan Evan Dimas dkk.
Perjalanan mereka ke sini seperti halnya Puerto Riko beberapa waktu lalu. Namun, mereka lebih lama karena memakan waktu hingga dua hari, sedangkan Puerto Riko ‘hanya’ 36 jam. Mereka ke Indonesia melalui Denmark, lalu dari Denmark terbang selama 16 jam ke Bangkok (Thailand). Barulah dari Bangkok mereka ke Indonesia.
Memang mereka terbang ke Indonesia bukan membawa pemain-pemain inti mereka seperti Gylfi Sigurðsson (Everton), Johan Berg Gudmundsson (Burnley), atau kapten mereka, Aron Gunnarsson (Cardiff City). Namun, legenda hidup mereka sekaligus top skor timnas mereka, yaitu Eidur Gudjohnsen, mengatakan jika Islandia ke sini dengan generasi terbaik mereka.
“Mereka besar bersama sejak usia 15-16 tahun. Mereka generasi terbaik Islandia,” ujar mantan pemain Barcelona tersebut. Ketika ditanya siapa pemain yang paling bagus yang dibawa ke Indonesia, dia menjawab diplomatis: “Sulit untuk memilih, semua pemain Islandia terbaik. Kami bermain kolektif, semua bagus.”
Melihat daftar pemain yang dibawa ke sini, mungkin penikmat sepakbola di Indonesia tidak kenal satupun karena tidak ada dari mereka yang bermain di liga besar kecuali winger mereka yang Bermain untuk raksasa Eredivisie, PSV Eindhoven, yaitu Albert Gudmundsson. Albert yang dari usia 15 telah membela timnas Islandia diharapkan menjadi pemain bintang di masa mendatang. Kini usianya masih 20 tahun.
Kemudian ada Arnor Smarason yang berusia 29 tahun dan sudah memiliki 23 caps dan 2 gol bersama negara yang beribukota di Reykjavik itu. Dia pun terbilang cukup senior karena telah membela Islandia sejak 2008. Arnor kini membela kesebelasan kenamaan di Swedia, Hammarby IF.
Baca juga: Menjaga Budaya Negara Melalui Nama -Son di Islandia
Selanjutnya, negara yang anak laki-lakinya kebanyakan dinamai akhiran -son ini mengikutsertakan Arnór Ingvi Traustason. Traustason mungkin pemain yang paling berbahaya yang dibawa oleh pelatih Heimir Hallgrímsson karena pemain yang masih berusia 24 tahun ini kini pengoleksi gol paling banyak untuk Islandia di antara semua pemain yang dibawa ke Yogyakarta dan Jakarta ini. Dari 16 caps, pemain Malmo ini telah menciptakan 5 gol untuk Islandia. Fakta lain, dia adalah penentu kemenangan Islandia saat menghadapi Austria di Piala Eropa 2016. Gol itu memastikan Islandia melaju ke babak 16 besar.
Selain Arnor Ingvi, negara yang memiliki banyak geyser ini menyertakan pemain gaek mereka, yaitu Ólafur Skúlason. Ia adalah pemain tertua yang dibawa Islandia ke Jakarta karena dia sudah berusia 34 tahun.
Membela Islandia sejak 2003 saat menghadapi Meksiko di pertandingan persahabatan, Skulason telah malang melintang di kancah sepakbola Eropa. Siapa sangka dia pernah bermain untuk Arsenal di tahun 2003-2005? Debutnya di The Gunners adalah saat Arsenal menang 5-1 melawan Wolverhampton Wanderers pada Desember 2003. Saat itu dia masuk menggantikan Justin Hoyte pada menit ke-55. Namun dia gagal berkembang di Highbury sehingga dilepas ke Brentford pada 2005. Skulason kini bermain untuk kesebelasan Turki, Karabukspor, sejak 2016.
***
Itulah beberapa pemain penting yang dibawa oleh Islandia. Mungkin mereka bukan lapis utama dari Islandia yang bakal bermain di Piala Dunia 2018. Namun, level para pemain Islandia ini tentu berada di atas para pemain Indonesia. Belum tentu juga Indonesia bisa mengalahkan mereka.
Baca juga: Perencanaan, Faktor Utama Kesuksesan Islandia
Mungkin hanya sedikit yang tahu bahwa di Liga Islandia hanya berlangsung selama 4 bulan dari Juni hingga September. Itu karena cuaca di sana yang ekstrem hingga minus 39 derajat celcius.
Perlu diperjelas lagi, revolusi sepakbola di Islandia ini dimulai pada tahun 2002. Ketika itu PSSI-nya Islandia menemukan solusi yang ‘tepat’ untuk menghadapi cuaca ekstrem di negaranya, yaitu dengan membangun 20 lapangan artifisial dan 130 lapangan mini yang tersebar ke penjuru negeri agar masyarakat Islandia bisa bermain sepakbola sepanjang tahun tanpa takut oleh cuaca ekstrem.
Langkah KSI (PSSI-nya Islandia) tidak sampai di situ. Mereka serius dalam membangun sepakbola, tidak setengah-setengah, yaitu menunjuk Sigourdur Ragnar sebagai Direktur Teknik KSI. Ragnar yang saat itu sudah memiliki Lisensi B UEFA langsung memberikan pendidikan kepada pelatih lokal di sana.
Kemudian yang menarik, KSI mempunyai slogan, yaitu: “Untuk melahirkan pemain berkualitas, dibutuhkan pelatih berkualitas. Dan untuk melahirkan pelatih berkualitas, dibutuhkan pendidikan kepelatihan yang baik”.
Kesimpulannya, kedatangan mereka yang tidak membawa ‘pemain bintangnya’ tidak masalah. Di sini mereka akan menunjukkan bahwa Islandia, yang penduduknya kurang dari 400 ribu jiwa itu, punya kualitas sepakbola yang jauh lebih baik dibandingkan Indonesia.
Foto: PSSI.org
Penulis adalah seorang mahasiswa. Biasa berkicau di @agamaprilo_18. Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Isi dan opini tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.
Komentar