Naskah Pesta Bola Indonesia oleh: Mohammad Febri Prasetyo
Ada sebuah kota di timur Pulau Jawa yang terkenal sebagai penghasil tembakau. Termahsyur pula kota tersebut berkat salah satu karnaval kelas dunianya. Kota itu bernama Jember. Salah jika kota ini dianggap tak memiliki kultur sepakbola yang kuat.
Jember adalah kota markas Persid Djember, kesebelasan Liga 3. Memang bukan kesebelasan divisi tertinggi, namun kesebelasan berjuluk Macan Raung ini bukan anak baru.
Persid Djember lahir pada 20 Mei 1952, saat kompetisi Perserikatan tengah menikmati era keemasannya. Menurut analisis penulis, Persid lahir karena adanya efek fanatisme kompetisi Perserikatan, yang pada saat itu tengah bergelora.
Salah satu kesebelasan yang juga lahir pada era 50-an adalah PSMS Medan, yang memiliki perbedaan nasib dengan Persid. Sementara PSMS Medan yang sudah banyak melintang di divisi tertinggi persepakbolaan Indonesia, prestasi terbaik Persid adalah tampil di Divisi Utama.
Persid Djember Masa Awal
Sungguh sulit melacak perjalanan awal Persid. Namun beberapa catatan pertandingan bisa ditemukan. Salah satunya adalah pertandingan melawan Persija Jakarta di Stadion Kridosono dalam pertandingan final kejuaraan PSSI tahun 1964, seperti dilaporkan majalah PESAT.
Selain melawan Persid, di Stadion Kridosono Persija juga melawan PSM Ujung Pandang. Seperti yang kita ketahui, PSM dan Persija adalah kesebelasan yang secara tradisi bagus dalam setiap kompetisi PSSI sedangkan Persid baru saja lolos kualifikasi melawan juru kunci.
Pertandingan pertama antara PSM melawan Persija berakhir imbang dengan skor 1-1. Pada pertandingan kedua, antara Persija dan Persid, terlihat jelas betapa jauh perbedaan level kedua kesebelasan.
Persid Jember harus bertahan sekuat tenaga melawan permainan cepat Persija. Pertandingan timpang ini berakhir dengan skor mencolok 9-0 untuk kemenangan Persija. Hanya catatan tersebut yang bisa dilacak penulis dari pertandingan Persid di kancah sepak bola Indonesia pada awal-awal pendiriannya.
Persid 2000-an
Dalam dekade 2000-an Persid sempat bermain dengan Persebaya Surabaya. Kala itu Persid diisi oleh pemain-pemain terbaik, termasuk Putut Wijanarko. Putut sendiri memperkuat Persid pada 2002 hingga 2005. Ia sempat mengenakan ban kapten di lengannya.
Tidak hanya Putut yang menjadi pilar Persid. Nama-nama seperti Trias Budi hingga Wanderlay Junior (eks pelatih Persipura Jayapura) juga ada.
Pada 2002 Persid mampu keluar sebagai juara Divisi 1 dan berhak tampil di Divisi Utama tahun selanjutnya. Pada 2003 Persid sampai di babak semifinal. Saat itu Persid berada dalam grup yang sama dengan Persiwa Wamena dan Persitara Jakarta Utara.
Persid saat itu hanya butuh hasil imbang untuk lolos, namun nasib berkata lain. Di menit ke-91 Persitara, lewat tendangan sudut, mencetak gol yang mengakibatkan Persid tak lolos.
Pada 2007, Persid mempersiapkan diri untuk lolos dari Divisi 1. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mendatangkan pelatih yang sekaligus mantan pemain Persebaya, Santoso Pribadi. Namun langkah ini tetap tidak membuat Persid maju. Persid tetap berkutat di Divisi 1.
Walau berada di Divisi 1, status Persid sebenarnya sekelas kesebelasan divisi ketiga. Saat Divisi Utama menjadi kompetisi tertinggi Liga Indonesia, Divisi 1 adalah divisi tingkat kedua tepat di bawah Divisi Utama. Namun, setelah PSSI menggelar Liga Super Indonesia, Divisi Utama dijadikan strata kedua, dan Divisi 1 menjadi strata ketiga.
Berlaga di Divisi Utama dan Kembali ke Tingkat Rendah
Ketika Indonesia diramaikan revolusi PSSI dan penurunan Nurdin Halid pada 2011, Persid secara terang-terangan mendukung Nurdin. Saat itu sempat tersiar kabar bahwa kesebelasan yang mendukung kepengurusan Nurdin akan naik divisi dan sebagainya.
Pada 2011 pula ketika Persid yang diketuai oleh Sunardi naik divisi, Persid dipastikan bermain di Divisi Utama, menyusul adanya tambahan kuota kesebelasan Divisi I yang lolos ke Divisi Utama dari 12 menjadi 14 kesebelasan. Meski menolak dikatakan “hadiah” dari Nurdin, namun Sunardi mengakui, Persid naik ke divisi utama karena faktor non-teknis alias tambahan kuota, atas jasa Nurdin.
Pada 2012 Persid akhirnya bermain di Divisi Utama. Persid tergabung di Grup 2 bersama PS Barito Putera, Persepam Pamekasan, PS Sumbawa Barat, PSBK Blitar, PSBS Biak, Perseru Serui, Persigo Gorontalo, Persekam Metro Malang, Perssin Sinjai, dan PS Mojokerto Putra.
Di akhir musim, Persid menempati peringkat kedelapan klasemen akhir. Itu membuat Persid masih masih bertahan di Divisi Utama. Pada musim 2013, Persid tergabung di Grup 3 bersama Persebaya (baca: Persikubar), Perseba Super Bangkalan, Perseta Tulungagung, Delta Putra Sidoarjo, PSBK Blitar Kota, Persekam Metro, dan Persebo Bondowoso.
Bermaterikan pemain asli daerah, Persid finish di peringkat ketujuh klasemen akhir. Dengan hasil itu, Persid terlempar ke Liga Nusantara.
Pada 2015, Indonesia dijatuhi hukuman oleh FIFA. Tidak ada kompetisi selama dua tahun. Setelah sanksi dicabut, PSSI kembali menggulirkan kompetisi mulai Liga 1, Liga 2, hingga Liga 3.
Sesuai regulasi sebelumnya, Persid harus bermain di Liga 3 atau Liga Nusantara. Berbekal pemain asli daerah, Persid mengarungi Liga 3 zona Jatim bersama Persewangi Banyuwangi 1970, PSSS Situbondo, PSIL Lumajang, Persebo Bondowoso, Assyabab Bangil, dan Probolinggo United di Grup A.
Pada Putaran I, Persid berhasil menjadi pemuncak klasemen dan berhak mewakili Grup A. Putaran II Liga 3 zona Jatim kembali bergulir dan kali ini Persid berada di grup yang berisi Deltras Sidoarjo dan PSPK Kota Pasuruan.
Sayang bagi Persid, dalam laga terakhir mereka kalah melawan tuan rumah Deltras Sidoarjo. Kekalahan tersebut kembali membuat mimpi Persid untuk bermain di Liga 2 pupus. Persid harus kembali ke Liga 3.
#PersidReborn
Sebuah tagar kembali didengungkan oleh manajemen Persid tahun ini. Mengusung tagar #PersidReborn, manajemen baru mencoba membangun Persid menjadi salah satu kesebelasan profesional.
Persid kali ini mencoba menjadi kesebelasan profesional tanpa adanya bantuan dana dari APBD. Selain berusaha bertahan tanpa APBD, Persid mencoba untuk optimis bisa promosi ke Liga 2.
Langkah pasti yang diambil manajemen adalah menunjuk Rudi Keltjes sebagai pelatih utama bersama Jaya Hartono menukangi Persid di Liga 3. Membangun manajemen yang berisi anak-anak muda tanpa meninggalkan para sesepuh merupakan salah satu langkah konkrit Persid menjadi kesebelasan professional di Jawa Timur. Semoga saja musim ini apa yang dicita-citakan oleh manajemen baru Persid dapat terwujud.
Persidmania, Gangster hingga Berni
Membahas sebuah kesebelasan tak mungkin tak membahas suporternya. Persid memiliki sebuah memiliki sebuah kelompok pendukung fanatik bernama Berni (Jember Berani).
Nama Berni memiliki sejarah yang panjang. Pendukung Persid semula bernama Persidmania, kemudian berganti nama menjadi Gangster (Gabungan Suporter Jember).
Gangster identik dengan warna kuning dan New Gangster identik dengan warna biru. Kedua kelompok suporter ini tidak pernah akur dan duduk bersama dalam satu tribun. Gangster menghuni tribun selatan, sedangkan New Gangster menghuni tribun utara.
Antara Gangster dan New Gangster sering saling ejek hingga berbuntut kerusuhan ketika Persid berlaga. Karena merasa saling memiliki Persid, akhirnya kedua kelompok sepakat untuk bersatu dalam satu kelompok. Identitas lama masing-masing ditinggalkan untuk warna hitam.
Berni selalu hadir disaat Persid berlaga, baik kandang maupun tandang. Saat bermain kandang, Berni menghuni tribun selatan dan menyebut dirinya Berni South Sector.
Berni selalu hadir dengan atraksi-atraksi yang atraktif dan nyanyian yang membakar semangat. Berni juga menciptakan sebuah anthem berjudul “Kuculik Fortuna Untukmu” yang selalu dinyanyikan oleh seluruh Berni bersama pemain serta official kesebelasan Persid setelah pertandingan berakhir.
Selain dengan atraksi dan nyanyian, Berni juga membantu keuangan kesebelasan di saat Persid mengalami kesulitan finansial.
Penulis merupakan orang asli Jember yang masih percaya timnas Indonesia bisa berlaga di Piala Dunia. Dapat dihubungi lewat alamat surel mohfebriprasetyo@gmail.com. Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing, dalam rangka Pesta Bola Indonesia 2018. Isi dan opini tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.
Komentar