Oleh: Freddi Sidauruk*
Semua manusia memiliki impian. Tanpa memandang usia, semua orang berusaha untuk mewujudkan impiannya tersebut dengan memberikan yang terbaik. Banyak yang meninggalkan zona nyaman atau meninggalkan keluarga, karena mereka yakin bahwa impiannya itu layak untuk diperjuangkan. Hal yang sama terjadi pada Francesc Fabregas Soler.
Di usia 16 tahun Fabregas sudah merantau ke Inggris. Singkat cerita, dia berhasil mencapai impiannya, bahkan melampauinya setelah berkostum Arsenal, dipercaya tampil di timnas Spanyol, juga dipanggil pulang kesebelasan masa kecilnya, Barcelona. Masa sukses yang dialami sebagaimana disebutkan di atas, terkadang diiringi dengan masa sulit yang terjadi dalam kehidupan.
Saat ini dapat dikatakan Fabregas sedang mengalami masa sulit dalam kariernya. Terdapat beberapa indikator dari pernyataan tersebut. Pertama, berdasarkan Transfermarkt, Fabregas sudah lebih dari dua tahun tidak mengenakan seragam merah-hitam La Furia Roja. Fabregas terakhir kali membela tim nasional Spanyol pada babak 16 besar Piala Eropa 2016. Absen dalam kurun waktu lama tentu bukanlah hal yang diinginkan pemain dengan debut termuda keempat di timnas Spanyol ini.
Kedua, Fabregas juga untuk pertama kalinya harus melewatkan pagelaran Piala Dunia yang seharusnya menjadi menjadi Piala Dunia edisi keempat baginya. Namun, Julen Lopetegui sebagai pelatih timnas Spanyol kala itu, tidak memasukkan namanya ke dalam daftar 23 pemain.
Ketiga, menurunnya frekuensi penampilan Fabregas di tim nasional sejurus dengan menurunnya penampilannya di level klub. Musim 2017/18 menjadi musim dengan jumlah asis paling sedikit yang dibuat oleh Fabregas yaitu empat asis, di mana jumlah ini hanya sepertiga dari hasil yang dilakukan pada musim 2016/17.
Fabregas sepertinya harus bersabar untuk dapat kembali ke penampilan terbaiknya, sebagai raja umpan pemecah konsentrasi lawan. Pada musim ini, Fabregas baru bermain di Premier League pada pekan ke-10. Fabregas pun tidak tampil dalam beberapa pertandingan besar seperti ketika Chelsea menghadapi Liverpool dan Manchester United. Lagi-lagi, sang raja asis harus bersabar untuk mendapatkan menit bermain.
Berbicara mengenai kesabaran, maka setidaknya kesabaran akan berhubungan dengan tiga hal; (1) Sabar itu tidak berarti bersikap pasif, (2) Sabar itu menghasilkan ketekunan, (3) Sabar itu ada batasnya.
Pertama, musim baru menjadi tantangan baru bagi Fabregas. Kondisinya yang tidak fit menuntut kesabaran dari dirinya sendiri agar mampu tampil prima. Sabar dalam ini hal tidak berarti Fabregas bersikap pasif dan tidak melakukan apa-apa. Dirinya harus berusaha untuk berlatih lebih maksimal lagi karena posisinya pun terancam dengan kehadiran Jorginho.
Dua dari tiga slot pemain di lini tengah Chelsea sepertinya sudah dikunci oleh N’Golo Kante dan Jorginho. Keduanya sudah bermain bagus pada empat pekan pertama musim ini. Sementara itu, satu tempat lagi diperebutkan Ross Barkley, Danny Drinkwater, juga Mateo Kovacic. Fabregas harus berlatih lebih keras karena Maurizio Sarri akan memilih pemain yang siap tampil dengan maksimal pada setiap pertandingan.
Kedua, kisah hidup seorang Santiago Cazorla dapat menjadi pembelajaran bagi Fabregas. Dapat dikatakan kesabaran Cazorla pada saat menghadapi cedera yang dialaminya tetap membuatnya tekun untuk dapat kembali bermain si kulit bundar. Seperti kata petuah, hasil tidak akan mengkhianati usaha. Cazorla yang sudah hampir dua tahun tidak mengenakan jersey klub lamanya, mampu tampil kembali di lapangan hijau pada musim ini dan sudah melalui sebelas pertandingan bersama klub barunya yaitu Villareal. Fabregas juga harus bersabar menantikan menit bermain yang lebih banyak di musim ini.
Liga Inggris sudah menyelesaikan sepertiga musim 2018/19, jika dihitung dari menit bermain, berdasarkan Transfermarkt, Fabregas baru bermain selama 48 menit. Ini tentu menurun drastis ketimbang musim lalu di mana pada pekan yang sama, dirinya telah bermain sebanyak 884 menit. Pada pekan ke-13, ketika lini tengah Chelsea tidak mampu menyaingi lini tengah Tottenham Hotspur, Sarri bahkan tidak memasukkan Fabregas yang notabene adalah raja asis di Liga Premier Inggris untuk menggantikan Kovacic meskipun sang pemain terdapat dalam daftar pemain cadangan. Sarri malah memasukkan Ross Barkley.
Baca juga: Barkley Bersinar Lagi
Ketiga, sabar itu ada batasnya. Hal ini sudah sering kita dengar dan mungkin kita sering mengucapkannya. Hal yang sama juga terjadi pada Fabregas. Kontraknya dengan Chelsea akan berakhir pada musim ini. Menarik untuk ditunggu apakah sang bintang akan mendapatkan perpanjangan kontrak baru atau memulai karier di tempat yang baru. Salah satu hal yang mungkin akan menjadi indikator kelanjutan kontrak adalah menit bermain yang didapat oleh sang pemain. Soalnya, menit bermain bisa menjadi dasar pemanggilan pesepakbola ke timnas, dan Fabregas tentu menyadarinya.
Berbeda dengan teman-teman seangkatannya dulu di La Masia seperti Gerard Pique yang sudah memutuskan untuk pensiun dari tim nasional Spanyol, atau Lionel Messi yang untuk sementara memutuskan untuk tidak membela tim nasional Argentina, maka Fabregas sampai sekarang masih berharap untuk dapat kembali membela Tim Matador. Fabregas belum mengumumkan pensiun dari tim nasional. Sepertinya Fabregas tidak ingin jumlah caps nya berhenti pada angka 110. Fabregas sepertinya ingin kembali mengulang masa keemasan ketika membela tim nasional pada periode 2008 sampai dengan 2012.
Kesempatan untuk membela tim nasional harus dimulai dengan performa yang baik di level klub untuk menarik perhatian dari sang pelatih. Sesuai dengan quote di atas, Fabregas harus berjuang untuk mendapatkan impiannya, yaitu mendapatkan menit bermain lebih. Namun, Fabregas harus bahagia dengan keadaan yang ada pada saat ini.
Fabregas sudah berusia lebih dari 31 tahun. Angka ini memang bukan usia yang muda lagi bagi pesepakbola. Apalagi Fabregas sudah bermain di kompetisi Eropa sejak berumur 17 tahun yang berarti sudah lebih dari 14 tahun Fabregas meniti kariernya. Namun, tentunya Fabregas masih memiliki waktu untuk melanjutkan kariernya sekitar tiga sampai dengan lima tahun lagi di sepakbola.
Apakah Fabregas akan tetap bermain di Eropa atau mungkin Fabregas memilih untuk melanjutkan karier sepakbolanya di benua yang lain?
*Penulis merupakan pegawai negeri sipil. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @freddisidauruk
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar