Oleh: Muhammad Luthfi Adnan
Perkembangan sepakbola modern saat ini tak lepas dari perkembangan berbagai faktor, yang mana salah satunya adalah dari perkembangan teknologi. Adanya perkembangan teknologi mulai dari tahun 1990-an di bidang komunikasi yang ditandai dengan menjamurnya televisi hingga meningkatnya pengguna internet berperan penting dalam kemajuan dunia sepakbola. Akibatnya, akses menonton pertandingan semakin mudah dilakukan dan jalannya pertandingan semakin menarik untuk diikuti.
Dampak dari penggunaan teknologi sekarang adalah semakin banyak data pertandingan yang diperoleh. Saat ini, data yang ada tak hanya menunjukkan jumlah tembakan ke gawang maupun jumlah umpan yang dilepas, melainkan juga expected goals (xG) dari peluang pemain depan, rasio umpan ke depan dan created chances dari pemain tengah, hingga jumlah tekel dan pressure yang dilakukan pemain belakang. Apabila semuanya tak diolah dengan benar, semua data tersebut hanya akan menjadi kumpulan angka-angka di atas kertas.
Oleh karena itu, analisis data di pertandingan sepakbola diperlukan untuk menerjemahkan angka-angka di atas. Analisis data di atas dapat dimanfaatkan untuk mengetahui bagaimana jalannya pertandingan di lapangan.
Data-data di atas bersifat objektif karena menggambarkan jalannya pertandingan tanpa dipengaruhi oleh faktor sudut pandang penonton. Oleh karena itu, analisis data pertandingan dapat menjadi acuan bagaimana sebuah tim menyerang maupun bertahan, tidak hanya dengan melihat pertandingannya saja yang mana dipengaruhi oleh perspektif penonton.
Apa Keuntungan yang Didapat dari Analisis Data Tersebut?
Dari sudut pandang penonton, analisis data dapat membuka perspektif terkait performa suatu tim atau seorang pemain. Dengan data-data yang didapatkan, kita dapat melihat bagaimana suatu pertandingan berjalan tanpa dipengaruhi oleh perspektif penonton.
Bagi penonton netral atau bukan penggemar tim tertentu, data-data yang didapatkan berguna untuk menilai kondisi suatu tim dan menambah perspektif. Bagi penggemarnya, data tersebut jelas menunjukkan performa tim dan menilai apa yang salah dengan timnya.
Bagi tim itu sendiri, penggunaan data-data yang ada di pertandingan dapat membantu performa tim. Pemain dapat mengetahui bagaimana dia harusnya bermain dan mengurangi gerakan atau tindakan yang tak efektif..
Salah satu contohnya adalah bagaimana Steven Gerrard yang menjelang akhir karier di Liverpool berubah posisi, dari gelandang serang menjadi pemain yang lebih ke dalam. Perubahan posisinya didasari pada data yang menunjukkan gerakannya terlalu lamban sebagai seorang gelandang serang yang dapat menghambat permainan Liverpool. Hal ini kemudian memperpanjang kariernya di Liverpool, sekaligus membuka jalan bagi Philippe Coutinho untuk bermain sebagai gelandang serang.
Analisis data pemain di lapangan juga dapat memengaruhi tim dalam bursa transfer. Beberapa pemain ada yang memiliki harga pasar yang lebih tinggi dan lebih rendah dibandingkan dengan performanya di atas lapangan. Kondisi ini disebabkan oleh pengaruh mekanisme pasar yang semakin meningkatkan harga seorang pemain.
Tanpa analisis data yang memadai, sebuah tim dapat menghabiskan terlalu banyak uang untuk pemain yang tidak sesuai dengan performanya dan melewatkan pemain yang sesuai dengan kebutuhan tim. Konsep ini kemudian menjadi dasar bagi moneyball, suatu sistem perekrutan dari analisis data yang dipopulerkan Billy Beane pada tahun 2003.
Di tingkat timnas, analisis data juga membantu pelatih timnas menyusun strategi dan memilih pemain yang dibutuhkannya. Analisis data semakin penting karena seorang pelatih timnas tidak bertemu dengan pemainnya setiap hari layaknya pelatih klub. Seorang pelatih timnas perlu menyeleksi pemainnya sesuai kebutuhan tim dan strategi berdasarkan performanya di klub, sehingga pelatih cukup menyesuaikan strateginya yang diperlukan di ajang internasional.
Salah satu contohnya adalah Sven Ulreich, deputi Manuel Neuer di Bayern Munich. Ketika Neuer mengalami cedera panjang pada 2018, Ulreich berhasil menjalankan tugasnya sebagai penjaga gawang Bayern Munich dan diprediksi untuk menjadi penjaga gawang timnas Jerman di Piala Dunia 2018 di Rusia. Namun, Joachim Loew, pelatih timnas justru memanggil Neuer yang baru sembuh dari cedera. Hasilnya, Timnas Jerman tidak lolos dari fase grup dan Neuer berperan pada gol kedua Korea Selatan di pertandingan terakhir Timnas Jerman di fase grup.
Masyarakat juga perlu untuk menggunakan analisis data untuk melihat pemain-pemain yang dipanggil untuk bermain di timnas. Dengan adanya analisis data, masyarakat juga dapat “ikut” dalam proses pemilihan pemain timnas.
Penilaian masyarakat terhadap pemain timnas diperlukan untuk memantau siapa saja pemain yang perlu dan pantas bermain bagi timnas. Penilaian ini diperlukan karena pemain yang dipilih merupakan pemain yang akan membela negaranya di tingkat internasional. Jika pemain timnas bermain buruk di ajang internasional, maka masyarakat juga akan terkena getahnya.
Meski demikian, analisis data tidak dapat dijadikan patokan dalam pertandingan sepakbola. Meski pun data dapat menjelaskan jalannya pertandingan melalui jumlah umpan sukses, berapa tembakan ke gawang, atau pun jumlah tekel yang dilakukan, namun hasil pertandingan tetap ditentukan lewat skor akhir. Keberhasilan meraih juara liga domestik ataupun kejuaraan internasional ditentukan oleh berapa banyak jumlah gol yang dicetak, bukan jumlah tembakan atau umpan sukses yang dilakukan. Analisis data membantu kita memahami pertandingan, bukan menentukan hasil akhirnya.
Analisis data juga dapat menyesatkan apabila membaca hasil analisis dengan cara yang salah. Salah satu contohnya adalah analisis Charles Reep, pelopor analisis statistik sepakbola asal Inggris. Salah satu penemuannya adalah untuk mencetak gol, sebuah tim hanya perlu melakukan tiga umpan dan mengirimkan bola secepat mungkin ke kotak penalti lawan. Temuan Reep ini akhirnya menjadi pondasi strategi yang kita kenal sebagai Kick and Rush, pola permainan yang populer di Inggris tahun 1970-1990an yang identik dengan skema bola panjang dan adu fisik.
Kick and Rush kemudian menjadi usang seiring dengan seretnya prestasi timnas Inggris sejak Piala Dunia 1966. Timnas Inggris tidak mampu bersaing melawan tim-tim dari Eropa daratan seperti Belanda dan Jerman Barat (dalam konstelasi Perang Dingin waktu itu, Jerman dibagi dua yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur dengan Jerman Barat yang paling menunjukkan prestasi di ajang internasional) atau pun tim dari Amerika Selatan seperti Brasil dan Argentina. Kick and Rush menjadi semakin tidak laku setelah kedatangan pelatih-pelatih dari dari Eropa daratan seperti Rafael Benitez, Jose Mourinho, dan Josep Guardiola.
Salah satu penyebab dari kesalahan analisis Charles Reep adalah kesalahannya untuk menginterpretasikan data yang didapatkannya. Data-data yang didapatkannya digunakan untuk mendukung hipotesisnya tanpa melihat data yang tidak mendukung hipotesisnya. Hal ini menunjukkan adanya bias dalam analisis yang dilakukannya, yang pada akhirnya menarik kesimpulan yang salah. Hasilnya, timnas Inggris selalu mengalami kesulitan ketika bertanding melawan tim lain yang bermain dengan cara bermain yang berbeda.
Terlepas dari poin plus minusnya, penggunaan analisis data pertandingan memberikan dampak besar dalam perkembangan sepakbola modern. Penggunaan analisis data pertandingan dapat meningkatkan permainan suatu tim, sehingga setiap tim dapat berkembang menjadi lebih baik. Ujung-ujungnya, penonton menjadi lebih terhibur dengan pertandingan yang sedang disaksikannya. Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Heraclitus, seorang filsuf Yunani, bahwasanya ‘tidak ada yang abadi kecuali perubahan’, segala bentuk perubahan dalam sepakbola pasti akan terjadi, termasuk bagaimana analisis data dilakukan di masa depan.
*Seorang penggemar Liverpool. Seorang penikmat film. Penulis dapat ditemui di twitter (@LuthfiAdnan5) dan instagram (@m.luthfi_adnan)
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar