Oleh: Ghani Umar Altunayan
Dengan risiko cedera yang lebih tinggi dibanding sepakbola, pemain Gaelic Football Irlandia masih bermain secara total meski tak menerima bayaran profesional.
Berbeda dengan sepakbola yang begitu populer di seluruh penjuru Britania, Republik Irlandia mempunyai identitas tersendiri. Gaelic games merupakan olahraga paling populer di semua bagian Irlandia, baik itu di sisi Republik maupun Irlandia Utara yang notabene sudah menjadi bagian kerajaan Britania Raya.
Permainan ini meliputi beberapa cabang olahraga, namun yang lebih tersohor ialah Gaelic Football dan Hurling. Gaelic Football adalah varian lain dari sepakbola khas Irlandia yang merupakan gabungan antara rugby dan sepakbola, sedangkan Hurling adalah campuran sepakbola dan hockey (dengan tongkat dan bola kecil).
Baik Gaelic Football maupun Hurling menggunakan lapangan dan gawang persis seukuran sepakbola, lengkap dengan penjaga gawang serta tujuan poin (gol) yang sama. Bedanya dengan sepakbola dan hockey, dalam Gaelic bola boleh dipegang menggunakan tangan.
Bisa dibayangkan jika olahraga tersebut tak hanya menuntut kecepatan serta strategi, melainkan juga kondisi fisik yang sangat prima guna menahan terjangan dan benturan seperti rugby dan hockey. Pemain malas tidak diberi tempat dalam permainan ini.
Permainan ini menyajikan hiburan dan daya tarik bagi masyarakat yang identik dengan budaya Celtic tersebut. Jika menonton ulasan pertandingan Gaelic football di saluran YouTube, puluhan ribu pasang mata memenuhi stadion setiap pertandingannya, meskipun itu sekelas partai lokal antar county (klub setingkat kabupaten) di Irlandia. Gaelic juga ditayangkan di televisi guna memanjakan mata mayoritas rakyat Irlandia.
Jika melihat antusiasme sebesar itu, tentu berbanding lurus dengan sorotan media nasional terhadap olahraga tersebut. Berita tentang Gaelic, baik football atau hurling juga mendominasi sebagian besar kolom berita di media olahraga Irlandia, bahkan menenggelamkan hasil atau ulasan tentang Liga Utama Sepakbola Irlandia itu sendiri.
Dengan kepopuleran serta sorotan olahraga ini di seluruh Irlandia, apakah para pemain yang menggeluti olahraga tersebut bisa terbilang mapan secara finansial? Lalu, bagaimana sistem pembayaran para pemain yang berjibaku menghadapi terjangan yang tentu saja berisiko cedera di setiap pekan pertandingan?
Sebelum membahas pendapatan ‘local hero’ Gaelic Football, mari kita tarik mundur ke belakang menuju sejarah permainan itu dimulai.
Sejarah dan Fundamental Gaelic Games
Gaelic Games telah dimainkan sejak abad pertengahan. Namun secara organisasi, Gaelic Games baru dibentuk pada abad ke-19 oleh Gaelic Athletics Association (GAA) sekaligus menjadi wadah kompetisi resmi olahraga gaelic di Irlandia.
Pembentukan organisasi resmi tersebut didasari atas kekhawatiran bahwa masyarakat Irlandia takut jika olahraga nasional asli Irlandia mengalami kepunahan lalu tergantikan oleh olahraga Inggris seperti sepakbola, rugby, atau kriket (Jaime Orejan, 2006).
Gaelic games sejatinya memang hanya membawa semangat tradisional dari leluhur mereka serta identitas nasional bangsa Irlandia. Bahkan semangat nasionalis itu diterapkan pada aspek terkecil di atas lapangan.
Ada peraturan unik di mana semua pemain di lapangan wajib menggunakan bahasa Gaelic Irlandia ketika berkomunikasi dengan wasit yang memimpin pertandingan. Jika ada salah seorang pemain yang ketahuan berbicara bahasa Inggris, maka tim tersebut dinyatakan melakukan pelanggaran.
Ada suatu kasus dalam pertandingan gaelic football, di mana wasit melarang pemainnya berkomunikasi dengan bahasa Irlandia. Alhasil seusai pertandingan, wasit tersebut menerima dakwaan dari asosiasi Gaelic Game.
Aturan bernada ‘ultra-nasionalis’ juga pernah ada di sistem olahraga Irlandia. Semua pemain gaelic games dilarang untuk menyaksikan secara langsung ‘pertandingan asing’ yang bukan berasal dari Irlandia, seperti sepakbola, rugby, hockey, dan kriket. Tetapi aturan tersebut akhirnya dicabut oleh induk olahraga Gaelic Irlandia.
Euforia tak sebanding dengan pendapatan
Kendati saat ini Gaelic Football telah mapan secara organisasi maupun finansial karena mampu menarik ratusan ribu penggemar, nyatanya para punggawa gaelic football tak selalu menikmati materi hasil jerih payah di lapangan.
Ada pemain yang tidak menerima bayaran dari tim yang mereka bela, alias tak ada kontrak profesional kepada para pemain seperti atlet pada umumnya. Hal tersebut dikarenakan sifat gaelic games yang masih menjadi olahraga tradisional khas Irlandia, dengan kata lain klub gaelic masih dikelola secara amatir.
Di tengah kondisi seperti itu, ada klub Gaelic Football dari luar Irlandia yang berkecimpung di kompetisi Liga Gaelic Football Irlandia, yaitu klub Gaelic New York GAA (Amerika Serikat) dan London GAA (Inggris).
Uniknya lagi, pertandingan ini tetap menggunakan sistem home & away. Bisa dibayangkan jika tim Irlandia harus bertandang ke Amerika Serikat maupun sebaliknya, tim Amerika harus terbang ke Irlandia yang berjarak 4000 mil atau sekitar 6500 Kilometer melintasi Samudra Atlantik. Jika dilihat dari segi ongkos, perjalanan itu sangat menguras anggaran bagi klub dari kompetisi amatir.
Meski peluang meraih kekayaan dari menggeluti olahraga ini terbilang kecil, setidaknya ada pembelajaran tentang bagaimana menjadi atlet yang tangguh secara kekuatan fisik. Banyak pemain top Liga Inggris yang menjadikan gaelic football sebagai batu loncatan sebelum terjun ke kancah sepakbola profesional, terutama mereka yang berasal maupun memiliki keturunan Irlandia seperti Kevin Doyle, Shane Long, Jack Grealish, bahkan legenda Manchester United, John O’Shea.
Celah meraup pendapatan ala Atlet Gaelic
Beruntung, saat ini teknologi sudah mapan, begitu pula media sosial yang masif digunakan oleh berbagai elemen masyarakat. Maka dari itu, satu-satunya pendapatan pemain berasal dari kontrak sponsor maupun endorsement media sosial.
Itu pun jika pemain tersebut terkenal dan memiliki banyak pengikut di media sosial. Dilansir dari Irish Times, atlet gaelic football terkemuka kerap mematok tarif hingga 1300 pounds per postingan Instagram.
Tak hanya mendapat bayaran berupa uang, para ‘rockstar’ gaelic football terkadang dibayar dengan peralatan penunjang karir seperti sarung tangan, suplemen olahraga, bahkan diberi kendaraan secara cuma-cuma. Akan tetapi pendapatan pemain tersebut justru menuai pro-kontra antarpelaku Gaelic Football lainnya.
Ada yang menganggap jika hal tersebut telah bertabrakan dengan semangat idealis yang dijunjung pelaku olahraga tradisional Irlandia ini. Jika dahulu pemain tidak dibayar alias murni atas dasar kebanggaan individu membela tanah kelahiran, saat ini pemain terkenal bisa meraup pundi-pundi keuntungan dari hasil sponsor media sosial.
Lantas bagaimana nasib pemain kurang mentereng yang tidak mampu menoreh popularitas di luar lapangan gaelic football? Mereka tetap berpegang teguh pada nilai tradisional dengan tidak mendapat keuntungan dari segala sepak terjang di tanah leluhurnya. Dengan kata lain mereka telah mempraktikkan kerja ikhlas yang sesungguhnya.
Penulis merupakan Mahasiswa dan tinggal di Bandung. Bisa dihubungi lewat instagram: @ghaniumaralt, twitter:https://twitter.com/karcisparxir"> @karcisparxir.
Komentar