Oleh: Ryan Tank
âAtletico Madrid merupakan salah satu tim terbaik dalam urusan bertahan. Ini membuat kami kesulitan menemukan solusi (menyerang).â Begitu kata Ancelotti dalam jumpa pers setelah pertandingan. Sebuah kalimat yang menggambarkan jalannya pertandingan secara umum. Yang juga, merupakan sesuatu yang sudah diperkirakan oleh semua orang, termasuk para pemain dan semua staf di Madrid.
Seperti yang sudah-sudah, Atletico Madrid memainkan sepakbola yang jadi tipikal mereka :
1) Bertahan dengan dua lapis horisontal yang terdiri dari 4 pemain, masing-masing lapisnya (dalam bentuk dasar 4-4-2) atau bahkan, dengan formasi 4-6-0.
- Menumpuk pemain di tengah dan âmembiarkanâ lawan bermain di area yang âamanâ. Pada saat lawan masuk ke area berbahaya, pemain-pemain Atletico akan segera lakukan pressing. Atau, alternatif lain, pada saat lawan mencapai area touchline (garis paling pinggir dari masing-masing sisi lapangan), walaupun tidak selalu masuk kategori area berbahaya, pemain Atletico akan lakukan pressing di sana. Dengan cara overloading (memperbanyak pemain) dan membentuk formasi pressing.
Atletico touchline pressing skema satu.
Atletico touchline pressing skema dua.
Selain memang pada dasarnya Atletico merupakan tim yang âgemarâ melakukan touchline pressing, cara pressing seperti ini cocok saat menghadapi Madrid yang pada dasarnya banyak melakukan serangan dari area sayap. Bila dilihat dari satu sisi, berdasarkan dua gambar di atas, tentunya terlihat madrid seakan-akan kesulitan dalam menghadapi pressing macam ini. Untuk merespon hal seperti ini, Madrid pun lakukan beberapa skema overloading (penumpukan pemain), di area sayap untuk memenangkan perebutan bola. Dan, dalam beberapa kesempatan, dengan timing yang tepat, Madrid berhasil mengambil alih penguasaan bola. Ini salah satunya.
Pressing Madrid di sisi kanan Atletico. Situasi 3v2 (Benzema, James, dan Marcelo) merupakan presser utama. Modric, Ramos, Varane, dan Kroos, bertindak sebagai cover (pelindung).
Madrid merupakan tim yang banyak memulai serangan mereka dari sayap untuk kemudian bergerak ke tangah dengan cepat. Menarik untuk melihat bagaimana mereka membangun serangan dari sisi sayap. Salah satunya dari sayap kiri (sisi kanan Atletico).
Satu hal yang sering terjadi adalah, kombinasi antara Karim Benzema dan Marcelo. Untuk kesekian kalinya, Karim Benzema memperlihatkan ia merupakan salah satu false nine dengan kemampuan gerak lateral (horisontal) yang sangat baik.
Kombinasi Benzema dan Marcelo di kiri. Ada kemungkinan, ini jadi salah satu rencana taktik Madrid, tetapi, karena, pertahanan Atletico sangat ketat, sangat tidak banyak kesempatan seperti ini muncul.
Madrid pun, lebih memilih lakukan serangan melalui alternatif lain. Salah satunya, kombinasi 1-2 antara Benzema dan Marcelo di kiri. Satu momen paling brilian dari kombinasi ini, adalah, saat Benzema lakukan kombinasi umpan 1-2 di menit 29.
Dari sisi paling kiri, Benzema menerima umpan James, setelahnya ia masuk ke dalam (invert) untuk lakukan kombinasi dengan Marcelo yang berada di half space (celah antara sisi sayap dan tengah lapangan), lalu kemudian, kombinasi umpan 1-2 dengan Ronaldo, untuk kemudian âmemindahkanâ permainan k sisi kanan di mana Carvajal telah bersiap menerima bola. âKami melakukan pergerakan dengan baik di babak pertama.â Begitu kata Ancelotti. Dan, momen ini jadi salah satu contoh paling tepat.
Karim Benzema. Pergerakan lateral seperti ini, merupakan salah satu kelebihan Benzema dalam perannya sebagai false nine.
Yang menarik dipelajari dari skema ini, bukan hanya kemampuan gerak lateral Benzema, tetapi juga, sebuah gerak tanpa bola (off the ball) vertikal oleh James Rodriguez yang berhasil memancing Juanfran (bek kanan) untuk tidak menganggu Benzema. Tanpa, James berinisiatif bergerak ke sisi kanan atletico, ada kemungkinan Juanfran lakukan press pada Benzema dan gagalkan skema ini. Tapi, hal tersebut tidak terjadi, karena, James dengan cepat lakukan gerakan tanpa bola memancing perhatian Juanfran. Akibat positifnya, gangguan pada Benzema menjadi sangat minim.
Atletico sendiri memilih bermain direct (langsung ke depan) dalam melakukan serangan. Banyak sekali kesempatan serang dilakukan dengan umpan jauh langsung ke lini depan, di mana Mandzukic berada. Hal ini kurang efektif, karena, Mandzukic tidak sedang berada dalam penampilan terbaiknya. Lepas dari apa pun alasannya, ia banyak sekali gagal dalam duel satu lawan satu.
Selain bermain umpan direct, Simeone tampak memberikan sedikit keleluasaan bagi Atletico dalam menyerang. Struktur serangan Atletico lebih âbebasâ ketimbang struktur pertahanan yang terkenal sangat rigid (kaku). Kalau anda melihat bagaimana Arda Turan dan Antoine Griezmann mencoba men-dribble bola, itu merupakan salah satu âkebebasanâ yang saya maksudkan.
Namun, dengan adanya âkebebasanâ yang baru saya sampaikan, bukan berarti tidak ada skema serang terencana dalam visi taktikal Simeone. Seperti juga dalam bertahan, Simeone selalu berusaha menampilkan bentuk main dengan jarak yang sangat rapat antara pemain satu dengan yang lain.
Salah satu formasi serang Atletico. Bentuk permainan yang baik, bila dikaitkan dengan penguasaan bola.
Formasi berlian, sebagai formasi lain Atletico dalam membangn serangan.
Â
Di babak kedua, tidak banyak perubahan terjadi. Baik cara menyerang maupun cara bertahan kedua tim. Skema yang identik dengan yang mereka lakukan di babak pertama.
Situasi 3v3 dalam skema serangan Madrid.
Hal yang sama juga dilakukan Atletico. Overloading (menumpuk) pemain di area tertentu untuk ciptakan situasi jumlah pemain yang lebih banyak, menjadi salah satu alternatif yang snagat jamak. Berkali-kali Atletico menciptakan situasi seperti ini dan berkali-kali pula mereka berhasil melancarkan serangan balik ataupun (sekadar) keluar dari kepungan pemain Madrid.
Kesimpulan
Secara umum, pressing ke-dua tim berjalan dengan sesuai yang biasa terlihat ketika ke-duanya dalam performa terbaik. Ada kekurangan minor, merupakan sesuatu yang wajar, karena, kekuatan dan pengalaman ke-dua tim bisa dikatakan seimbang.
Bila di pertemuan kedua nanti Tiago dimainkan, hal ini bisa berimbas positif. Karena, selain seorang pemain dengan pemahaman taktik yang baik, Tiago juga punya kreativitas seorang playmaker yang lebih baik ketimbang Mario Suaréz. Madrid sendiri akan, minimal, perlu mengulang penampilan di babak pertama. Dengan perbaikan pada penyelesaian akhir, tentunya.
Penulis adalah pecinta sepakbola dan penggila taktik yang hobi bermain game Football Manager dengan moto hidup âmengetahui bagaimana sesuatu bekerja dan mengapa hal-hal tertentu bekerja merupakan hal terindahâ. Beredar di dunia maya dengan akun twitter @ryantank100
foto: mirror.co.uk
Komentar