Timnas Italia bisa dibilang menorehkan sejarah buruk saat melakoni turnamen Piala Dunia 2014. Bagaimana tidak, dengan skuad yang cukup menjanjikan Italia malah gugur di fase grup.
Melihat situasi seperti ini pihak FIGC pun melakukan perombakan. Mulai dari pergantian presiden FIGC sampai mencari pelatih tim senior yang baru karena Cesare Prandelli mengundurkan diri usai kegagalan itu.
Nama â nama seperti Francesco Guidolin, Max Allegri, Roberto Mancini, Luciano Spalletti sampai Antonio Conte pun santer akan menukangi Gli Azzurri. Pada akhirnya nama terakhir pun yang dipilih oleh presiden FIGC yang baru yaitu Carlo Tavecchio.
Memang jika dilihat dari nama- nama tadi Conte lah yang sangat pantas menjadi pelatih Gli Azzurri setelah apa yang ia capai bersama Juventus dengan memenangi Scudetto secara 3 musim berturut turut.
Ujian pertama Conte adalah saat uji coba di Bari melawan tim yang bermain impresif sepanjang Piala Dunia kemarin yaitu Belanda. Tim Oranje digebuk dengan kekalahan 2-0.
Sebelum menghadapi dua laga perdana Conte bersama timnas Italia melawan Belanda dan Norwegia, dia mengunjungi pusat kepelatihan tim- tim yang bermain di  Serie A guna menyeleksi pemain yang akan dibawa olehnya untuk menghadapi Belanda dan Norwegia.
Yang dipilih Conte pun cukup mengejutkan juga. Nama â nama seperti Mario Balotelli, Ignazio Abate, Alberto Aquilani atau Lorenzo Insigne pun tidak dibawa oleh Conte. Namun justru sebaliknya nama- nama seperti Simone Zaza, Emanuel Giaccherini, Daniel Osvaldo, Sebastian Giovinco serta Stephan El Sharaawy kembali menghiasi skuad Italia. Yang aneh juga saat Osvaldo dinyatakan cedera dan dipulangkan, Conte lebih memilih nama Fabio Quagliarella bukan Balotelli, Insigne ataupun Cassano.
Ujian pertama pun dilewati dengan mulus oleh Conte. Italia berhasil memenangkan laga uji coba dengan skor yang cukup menjanjikan dengan skor sama yaitu 2-0 saat melawan Belanda dan Norwegia. Â Di dua laga ini pula Conte membuat beberapa perombakan yaitu mulai dengan memainkan skema favoritnya yaitu pola 3-5-2.
Ada satu hal yang patut digaris bawahi di partai saat melawan Belanda, mengapa Italia hanya menang dua gol sedangkan lawan yang ia hadapi hanya bermain dengan 10 orang â setelah Martins Indi di kartu merah pada menit sembilan ? muncul pula pertanyaan saat menghadapi Norwegia, mengapa pula mereka hanya bisa unggul dua gol padahal di sisi lain Italia mampu menambah banyak gol mengingat rapuhnya lini belakang Norwegia? jawabannya adalah karena Conte sedang menerapkan Catenaccio.
 Sudah jadi ciri khasnya seperti saat bersama Juventus pun, setelah unggul dua gol Conte pasti selalu meminta anak asuhnya bermain sabar dan tak agresif meskipun mereka berpeluang kembali menambah gol. Pasca unggul dua gol atas Belanda, Italia cenderung lebih menguasai lapangan bukan mencari gol, disamping itu Belanda juga lebih bermain lebih rapat saat mereka bermain dengan 10 orang. Kondisi serupa terjadi saat melawan Norwegia.
Kembalinya 3-5-2 mengingatkan kita pada sistem Cattenacio yang dipopulerkan Helenio Hererra membangun kejayaan La Grande Inter pada dekade 60-70an. Inti utama kekuatan serangan dan bertahan terdapat  wingback.
Karena itulah untuk memaksimalkan skema ini, Conte lebih memilih pemain-pemain seperti Mattia De Sciglio, Matteo Darmian serta Manuel Pasqual yang notabene bagus membangun serangan serta bagus juga saat bertahan. Itulah yang membuat nama- nama seperti Christian Maggio, Domenico Criscito, ataupun Ignazio Abate tidak terpilih karena Maggio, Criscito dan Abate hanya bagus saat menyerang tapi lalai saat timnya diserang tak masuk dalam rencana Conte.
Kualitas wingback handal Ini mengingatkan bagaimana Italia di era 2002 sampai 2006 yang mempunyai Gianluca Zambrotta, Francesco Coco, Fabio Grosso bahkan Cristian Zaccardo.
Menarik kita tunggu apakah taktik yang diusung Conte ini berjalan mulus di timnas Italia, atau Conte masih memiliki rencana lain mengingat Conte baru menjalani dua laga yang di laga pertamanya ia melawan tim yang bermain dengan 10 orang dan menghadapi tim yang âkelasnyaâ dibawah Italia sendiri. Begitupun menarik pula melihat nama- nama yang akan dibawa Conte nanti saat menghadapi lanjutan kualifikasi Euro 2016 menghadapi Azerbaijan dan Malta. Mungkin saja Conte memiliki misi untuk membangun Italia yang baru dengan cara yang berbeda, atau mungkin meniru pada pendahulunya seperti Helenio Hererra.
Tulisan ini dikirim oleh Tantio Hadita Andaru berakun twitter @TantioJack
Komentar