Cinta Sejati Ricardo Quaresma

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Cinta Sejati Ricardo Quaresma

Oleh Rashif Abitia

“Bakat yang kita miliki adalah hadiah terindah dari Tuhan”, begitulah kata Sang Dokter Cinta dari Amerika, Leo Buscaglia. Salah satu hadiah itupun dirasakan Quaresma, yaitu bakat kinestesis.

Beberapa orang pasti akan terkagum melihat skill dan kemampuannya, coba saja cek di salah satu portal video ternama, Youtube. Alamiah, lentur, dan gerakan tak terduga yang diperlihatkannya memang tak dimiliki kebanyakan orang, khususnya pemain sepakbola. Coba saja tengok rekan senegaranya, Cristiano Ronaldo. Ia terlihat lebih sistemis layaknya sebuah mesin yang terus diberi tekanan untuk menuntut memberi lebih.

Pemain yang akrab disapa Ricky itu mengenyam pendidikan dasarnya di Sporting Lisbon. Selama 4 tahun berkarir di Sporting , kemudian dipromosikan ke skuad utama. Ricky  juga sudah mampu mengantar Portugal menjuarai UEFA U-17 pada tahun 2000. Cuma masalah waktu, Quaresma akan mewujudkan mimpinya jadi orang yang dipuja-puja dan digilai karena tarian lincahnya di lapangan hijau.

Bak gayung bersambut, dua musim berkostum Sporting Lisbon, ia dipinang salah satu raksasa besar Catalan yaitu Barcelona. Alih-alih sebagai langkah besar untuk unjuk gigi, ia hanya bisa gigit jari melihat aksi Ronaldinho, bocah ajaib Brazil yang baru direkrut Barcelona dari PSG. Ia hanya mampu mengecap 22 kali penampilan bersama barcelona, 12 kali ia harus bermain sebagai pengganti. Konflik dengan Frank Rijkaard membuatnya semakin tak betah tinggal di club Catalan itu.

Dua langkah  maju dan satu langkah mundur. Ia pun memutuskan untuk pulang kampung dan kali ini ia bergabung dengan sang jawara baru Eropa FC Porto. Meskipun kalah dari Valencia di Piala Super Eropa, ia sukses mencetak gol debutnya pada laga tersebut. Tak butuh waktu lama untuk jadi idola baru di publik The Dragons itu. Ia sukses mencuri perhatian lewat kemampuannya mengolah si kulit bundar.

Ia memang pemain yang individualis, tetapi disukai para fans. Bahkan, ketika Porto sedang mengalami kekalahan, mungkin Quaresma yang selalu berada di luar kritik para penggemarnya. Tiga juara liga, dua piala super Portugal dan 1 juara piala Portugal dan Intercontinental (sekarang Piala Dunia Antar Klub) serta satu gelar pemain terbaik musim 2005/2006 dan juga catatan 156 kali main memang menjadikannya bagian penting dari Porto. Klub-klub papan atas Eropa nampaknya tak akan menutup mata untuk menginginkan tanda tangannya.

Inter Milan yang sedang membangun era barunya bersama Jose Mourinho yang akhirnya mendapat jasanya pada bursa transfer musim panas 2008. Alih-alih kembali memancarkan sinarnya, ia harus jadi korban sistem dari Jose Mourinho.

“Penyesalan terbesar saya adalah bergabung dengan Inter . Kebahagiaan saya dan kepercayaan diri yang diambil dari saya . Pada satu titik aku bahkan tidak dipanggil lagi . Aku merasa di pinggiran skuad dan bangun menangis ketika aku harus menghadiri sesi pelatihan " demikian ia mengingat masa-masa menyedihkan di Inter.

Puncaknya, ketika ia harus menerima kenyataan mendapat gelar Golden Bin atau Bidone de Oro (pemain paling buruk) Serie A sementara di tahun yang sama, bintang Portugal lainnya, Cristiano Ronaldo, malah meraih Ballon d Or. Dipinggirkan, dikucilkan bahkan ia merasa seolah-olah perjalanan  yang ia alami serasa sudah mencapai akhir, dan itu tentu saja bukan akhir yang baik.

Harapan barunya muncul ketika ia dipinjamkan ke Chelsea. Bukannya mendapat tempatnya kembali, ia malah semakin berada di titik nadir perjalanan karirnya. Menghabiskan musim melihat pemain-pemain lain bermain dan ia hanya duduk termangu di bangku cadangan dengan sekelimut rasa percaya diri yang semakin tergerus. Ia benar-benar berada di ambang kematian karirnya.

Kalau saja Chairil Anwar masih hidup, mungkin ia akan membuatkannya sajak untuknya yang kurang lebih berbunyi “Akulah Bintang Lapangan, dari kumpulannya yang terbuang”.

Musim berikutnya, masih sama. Semakin suram, dan semakin membuatnya tak berarti. Meskipun di musim itu Inter Milan mampu menorehkan sejarah dengan meraih treble winner, mungkin hanya dialah yang tak larut merasakan kebahagiaan.

Kepindahannya menuju Besiktas pun diyakini berbagai kalangan tak memberinya arti lebih dalam karirnya. Anak muda yang kini beranjak dewasa itupun ingin segera melupakan mimpi buruk yang membayanginya. Berbagai hal tentang Barcelona, Chelsea dan Inter Milan ingin segera ia lupakan. Bersama Besiktas, ia ingin merajut mimpi indahnya kembali. Tak terlalu buruk untuk seorang yang punya jatah bermain kurang dari 40 pertandingan selama 2 musim untuk tim besar macam Inter Milan dan Chelsea.

Catatan pertandingannya kembali membaik bersama Besiktas. Memainkan 73 pertandingan di semua ajang dan mencetak 18 gol selama 2 musim membuatnya kembali terbangun dan tak lupa juga ia berhasil membawa Besiktas menjuarai Piala Turki tahun 2010/2011. Catatan manisnya mungkin akan membekas dalam benak para pendukung Besiktas.

Tak serta merta manis, di Besiktas pun ia harus mengalami pahitnya sebuah perjalanan. Dicap sebagai pemain tempramen dan sering berkonfilk dengan rekan setimnya membuat pelatih Carlos Carvalhal dan presiden klub Fikret Orman tak ambil pusing untuk membuat karinya berakhir dengan cepat. 20 Desember 2012, ia resmi dilepas, 6 bulan sebelum kontraknya berakhir. Ia kemudian dikontrak Al Ahly pada Januari 2013 dan mengalami hal yang sama pada Mei 2013.

Cinta lama bersemi kembali, Quaresma dipulangan oleh klub yang selama ini (mungkin) merindukan trik-trik memukaunya. Januari 2014, ia resmi kembali berseragam FC Porto.

”Saya benar-benar merasa bangga berada kembali dirumah yang banyak cerita tentang kerinduan mereka terhadap saya dan begitu pula sebaliknya. Tak lupa ucapan terima kasih ini saya ucapkan pada Jorge Pinto selaku pemilik klub dan juga Paolo Fonseca selaku pelatih. Rasa bahagia yang selama ini saya cari akhirnya datang juga dan ketika saya merasa bahagia dan cinta, maka saya tak takut akan tantangan itu lagi,” ungkap Quaresma di halaman resmi klub.

Quaresma adalah romantisme dalam sepakbola. Mungkin ia akan kembali berkata “ini adalah sepakbola, bukan rugby. Tak perlu banyak bicara, tunjukkan skill terbaikmu dan bawa suporter pada tingkat emosi yang memuncak”.

Ikatan batin Quaresma dan Porto nampaknya akan terus berlanjut pada kisah-kisah tak terduga untuk yang kedua kalinya.

=====

Rashif Abitia, penganut faham sepakbolaisme dan orang yang selalu selo. Tinggal di Sleman, Jogjakarta. Bisa dikontak melalui akun twitter @rashif11.

Sumber foto: listal.com

Komentar