Dikirim oleh: Dadan Resmana*
Mei adalah bulan kelima dalam sistem kalender Gregorian. Kalender ini adalah sistem kalender yang paling banyak digunakan oleh seluruh negara di dunia. Penanggalan tahun dalam kalender Gregorian dihitung berdasarkan tahun Masehi.
Mei juga bisa dianggap sebagai bulan yang sangat sibuk, menegangkan, penuh drama, dan klimaks bagi sepakbola di dataran Eropa. Pada bulan ini hampir semua kompetisi di dataran Eropa mencapai akhir. Semua kesebelasan berlomba-lomba menjadi yang paling atas; berlomba-lomba untuk bisa berlaga di Eropa; berlomba-lomba untuk saling sikut melepaskan diri dari zona degradasi.
Namun, partai puncak Liga Champions 2015 yang mempertemukan yang terbaik-dari yang terbaik dihelat pada Juni. Pun dengan kompetisi domestik seperti Liga Spanyol, Liga Inggris, dan Liga Italia yang mengakhiri kompetisi domestik mendekati awal Juni.
Apakah ini kebetulan? Tentu tidak. Otoritas tertinggi liga-liga di Eropa sudah memperhitungkan kapan kompetisi dimulai dan kapan harus berakhir. Lagipula, tidak ada kompetisi antarnegara pada 2015 ini macam Piala Dunia atau Piala Eropa yang biasa dihelat Juni hingga Juli.
Jika ada kompetisi antarnegara, biasanya jadwal kompetisi liga-liga di Eropa dimajukan. Awal musim yang biasanya bergulir pada Agustus, dimajukan ke Juni agar kompetisi bisa berakhir pada awal Mei pada tahun berikutnya. Ini dimaksudkan agar persiapan negara yang bertanding di kompetisi antarnegar abisa lebih matang.
Sayagnya, operator liga-liga di Eropa tidak begitu peduli dengan kompetisi antarnegara lain di luar Piala Dunia dan Piala Eropa. Pasalnya, tahun ini akan dihelat Copa America yang merupakan kompetisi terbesar di Amerika Selatan. Copa America bahkan usianya lebih tua jika dibandingkan dengan Piala Dunia. Copa America untuk pertama kalinya digelar pada 1916 sedangkan Piala Dunia digelar pada 1930.
Di partai final Liga Champions tahun ini, tercatat ada sejumlah pemain yang berlaga di Copa America mulai dari Lionel Messi, Javier Mascherano, Neymar, Dani Alves, Claudio Bravo, Carlos Tevez, Roberto Pereyra, dan Arturo Vidal. Pengecualian untuk Luis Suarez yang absen pada Copa America tahun ini karena masih dalam masa hukuman FIFA akibat gigitannya pada Chiellini di Piala Dunia 2014 lalu.
Pemain Amerika Selatan yang bermain dalam final Liga Champions hanya memiliki waktu seminggu untuk bergabung dengan timnasnya masing-masing. Bisa dibilang negara-negara yang mengikuti Copa Amerika tersebut hanya memperoleh sisa-sisa tenaga dari para pemain bintang yang berlaga di final Liga Champions.
Pun hal ini akan menjadi masalah tersendiri bagi klub-klub Eropa pada awal musim 2015/2016 yang pemainnya tampil di Copa America. Kepada FourFourTwo, Pelatih Chelsea, Jose Mourinho, menyatakan bahwa para pemain yang berlaga di Copa America membutuhkan istirahat usai turnamen. âWillian, Cuadrado, dan Felipe, tidak akan mengawali musim dengan pemain-pemain yang lain,â tutur Mou.
Sama halnya dengan Arsene Wenger yang juga mengkhawatirkan andalannya di lini depan, Alexis Sanchez. Menurutnya, seorang pemain tidak bisa bermain semusim penuh tanpa libur, dan langsung kembali bermain.
Menilik ucapan Mou dan Wenger, bisa dibilang bahwa seorang pesepakbola profesional, sehebat apapun kondisi fisiknya, memiliki batas maksimal dalam fisik dan mentalSangat penting bagi pemain untuk mendapatkan istirahat yang cukup setelah musim yang panjang, guna mengisi ulang kembali tenanga secara maksimal untuk bisa memulai kembali musim yang baru.
Menjadi hal yang dilematis bagi para pemain Amerika Selatan yang berlaga di kompetisi Eropa. Energi mereka tidak maksimal karena kompetisi berakhir hampir bersamaan dengan training camp timnas masing-masing. Mereka tak bisa menolak karena sebagai warga negara yang baik, mereka harus membela harkat dan martabat negara di kompetisi internasional.
Melihat kondisi seperti ini kemungkinan besar kesebelasan-kesebelasan Eropa yang bermaterikan para pemain Amerika Latin akan kesulitan menyesuaikan diri pada awal musim 2015/2016 mengingat mepetnya waktu istirahat usai berlaga di Copa America. Ini tentu bisa menjadi bumbu penyedap drama kompetisi domestik Eropa pada musim depan.
Sumber gambar: mlssoccer.com
*Seorang Sarjana Kimia yang berhasrat menjadi pelatih sepak bola. Akun twitter @dadanresmana
Komentar