Ketika Ancelloti Mesti Belajar dari Makélélé

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Ketika Ancelloti Mesti Belajar dari Makélélé

Publik lagi-lagi dipaksa mengelus dada sembari kagum dengan kekuatan Real Madrid Florentino Perez dalam membangun skuat Galacticos musim ini. Tidak puas dengan Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale, James Rodriguez dicomot dari Monaco dengan mahar 80 juta Euro - walau terkadang harganya di luar nalar, Piala Dunia kembali memainkan melonjaknya nilai jual James di bursa transfer.


Kehadiran James tentu akan membuat Ancelotti bermasalah. Dia akan kebingungan untuk membuat komposisi starting line up Los Merengues musim depan. Kehadiran James dan Toni Kroos akan memaksa Carlo Ancelotti merancang ulang skema andalan yang mengantarnya ke tangga La Decima.

Pola 4-3-3 jadi patron Ancelotti musim lalu mungkin akan mengalami perubahan, mengingat Madrid baru-baru ini melepas Angel Di Maria ke Manchester United.

Skenario ideal setelah Madrid sukses melego Di Maria mungkin bisa bisa kita prediksi: James akan masuk menggantikan Di Maria sebagai satu dari tiga gelandang dan beroperasi di wilayah sayap.

Namun, semudah itukah menebak isi kepala Carletto? Jangan lupakan potensi tergusurnya Xabi Alonso atau Luca Modric oleh Toni Kroos - Si pemuncak castrol index edisi Piala Dunia 2014.

Carletto mendapat kemewahan tim yang luar biasa, namun ia tidak boleh membiarkan taktiknya dan otak bisnis Perez melakukan dosa serupa di masa silam, yakni menepikan karakter defensif di lini tengah. Kroos dan Modric tentu bukanlah pemain yang bertipikal sebagai gelandang bertahan murni, seperti Alonso. Andaikan Madrid tetap memaksa kemampuan bermain mereka, siap-siap saja Madrid akan cilaka. Seperti yang terjadi pada tahun 2003 lalu.

Kala itu, Perez memasukan Claude Makelele sebagai daftar jual yang mesti didepak. Perez semakin mengigau saat mengatakan bahwa Makelele bukan pemain yang spesial dan kemampuan olah bolanya standar saja. Perez seolah lupa bahwa Makelele merupakan komponen penting dari skuat yang meraih tujuh gelar di periode Los Galacticos I (2000-2003). Sebagai Holding Midfileder yang mempopulerkan sistem Makelele Role, pemain ini merupakan penghubung antar lini dengan pembawaan tenang di lapangan, dan kerap menghadapi serangan balik lawan seorang diri di lini tengah.

Setelah mendepak Makelele, David Beckham didatangkan hanya untuk menambah sesak gemilap bintang di Madrid. Alhasil, guyuran uang hasil penjualan jersey bernomor 23 sejalan dengan gelontoran kebobolan 54 gol yang berjaring du gawang Madrid di La Liga musim 2003/2004. Itu belum cukup, karena tragisnya di akhir kompetisi Madrid malah terlempar ke peringkat empat! Padahal, mereka berstatus juara bertahan dan diperkuat armada ofensif sekelas Zidane dan Ronaldo.

Benang merahnya jelas, Anda tidak boleh menukar pemain yang berperan secara taktikal dengan pemain yang berpotensi bisnis sekalipun. Buktinya, di musim 2002/2003 Madrid “hanya” kebobolan 42 gol. Makelele berperan besar menekan potensi kebocoran di lini belakang dengan sumbangan 129 tekel (OPTA) di musim terakhirnya membela Madrid tersebut.

Setelah Madrid, Chelsea lantas menikmati layanan kelas satu Makele. Gelandang bertahan dengan visi ciamik tersebut memegang kemudi di balik kelahiran kembali The Blues di bawah Jose Mourinho. Ia selalu mencatat lebih dari 30 penampilan saat Chelsea menjuarai Premier League di dua musim beruntun pada 2004/2005 dan 2005/2006.

Mungkin kemilau nama besar dan atraksi brilian yang rutin dilakoni Zidane, Figo, Ronaldo atau Roberto Carlos berperan mendiskreditkan peran Makelele di mata pembesar Madrid.

Perez mengulang kepongahan serupa seperti yang pernah diutarakan Eric Cantona tentang Didier Deschamps hampir dua dekade yang lalu. “The water-carrier” adalah julukan yang diberikan Cantona kepada Deschamps, karena menurutnya tugas Deschamps di lapangan hanya memberi bola kepada pemain yang lebih bertalenta seperti Zidane. Entah King Eric berkata apa dalam hati saat melihat si tukang angkut air yang dimaksud sukses memimpin generasi emas Prancis.

Alonso adalah Nyawa

Jadi, alamat buruk jika Carletto sampai meminggirkan pemain berpengaruh macam Xabi Alonso demi mengakomodasi Kroos dan menjaga momentum apik Modric. Kenapa harus mempertahankan Alonso? Karena menurut saya Modric dan Kroos bertipe serupa. Tekel bukan atribut utama mereka. Keduanya lebih berperan sebagai penjelajah lini tengah yang titik berat tugasnya untuk merancang gol. Alonso, di sisi lain, terbiasa berdiri di depan back four dan merusak serangan lawan.

Buktinya, jika hanya bicara penampilan di liga musim lalu, Alonso mengungguli Kroos dan Modric di aspek defensif seperti tekel, intersep dan jumlah pelanggaran. Menurut whoscored.com, rataan tekel Alonso di La Liga 2013/2014 menyentuh angka 2.4, sedangkan Modric punya rataan 2.1 dan Kroos hanya 1.8 di Muenchen.

Kenapa hanya atribut defensif Alonso yang saya tonjolkan di sini? Well, tak lain karena kehadiran Kroos. Eks Bayern Muenchen itu menorehkan dua gol, empat assist plus 537 operan akurat dalam enam laga di PD Brazil. Kontribusi Kroos di sisi ofensif sudah teruji di panggung tertinggi. Sebagai sesama pilar timnas saat juara dunia, kombinasi Alonso-Kroos di jantung permainan Madrid jadi terlihat amat menjanjikan.

Karena status Khedira masih samar dan Asier Illaramendi masih demam panggung, Alonso adalah pelakon “The Makelele Role” yang tidak boleh hilang dari sebelas awal Madrid. Xabi mungkin sudah tidak muda lagi, namun ia telah pensiun dari pentas internasional untuk menggaransi satu tempat di Madrid.

Butuh seorang pengangkut air dengan profil mumpuni untuk mengimbangi akseleralitas tinggi  yang sepertinya akan ditunjukkan Ronaldo, Bale, dan Rodriguez. Curriculum vitae Alonso selama membela Liverpool dan Spanyol sudah lebih dari cukup, Madrid tidak bisa meminta sosok yang lebih baik lagi.

Hati-hati, jika pemain tipe ini menghilang, El Real kudu siap tidak meraih apa pun di penghujung musim. Dulu, setelah mengklaim Piala Super Spanyol di pembuka musim 2003/2004, almari trofi Madrid sempat kosong selama tiga musim. Padahal di rentang waktu yang sama, Perez getol mendatangkan penyerang top macam Robinho, Julio Baptista dan Michael Owen. Fakta tak berbohong, walau tim punya deretan penyerang kelas kakap, kehilangan pemain serupa Makelele di atas lapangan bisa berharga sangat mahal.

 

*Ditulis oleh Mahasiswa Sosiologi UGM dan penikmat sepak bola. Pengagum terlambat Johan Cruyff dan Belanda 1974. Akun twitter @alfansuhandi

Tulisan kiriman pembaca lainnya dapat dilihat di sini

Komentar