Klopp Sudah Dicintai Kopites Sejak Lama

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Klopp Sudah Dicintai Kopites Sejak Lama

Oleh: Arif Utama

Sulit rasanya bagi saya untuk tidak memerhatikan tindak-tanduk Kopites (sebutan untuk pendukung Liverpool) dan jurnalis Liverpool dalam beberapa hari terakhir. Saat ini, fans maupun jurnalis Liverpool seperti Liverpool Echo larut dalam parade penyambutan manajer baru mereka, Juergen Klopp.

Mulai dari tagar #KloppForTheKop yang terus disuarakan di dunia maya, kutipan-kutipan ngehek ala Jurgen Klopp yang kemudian menguap di timeline saya, informasi mengenai pesawat Klopp dari Dortmund ke Liverpool (yang ditracking hingga 35rb orang), hingga kemudian foto mobil, hotel, atau apapun yang jurnalis rasa itu adalah Klopp.

Rasanya saya tak pernah menyaksikan penyambutan seorang manajer yang cukup heboh seperti Klopp. Saat Ancelotti datang ke Real Madrid, misalnya, tak sampai tracking pesawat yang ia tumpangi sudah berada di mana. Atau, saat Pep Guardiola memilih Bayern Munich sebagai klub destinasi barunya-pun, ia tak dapat pemberitaan seheboh dengan kedatangan Klopp.

Padahal secara pencapaian, Klopp rasanya belum berada di level Pep ataupun Don Carlo. Saya mengamini tulisan Taufik Nur Shiddiq di panditfootball beberapa hari lalu yang mengatakan bahwa Klopp rasanya masih miskin taktik dan ia rasanya akan lebih bijak andai kata ia dibiarkan satu musim untuk menyempurnakan gegenpressing-nya yang gagal total di musim terakhirnya di Dortmund.

Namun, saya kemudian membaca tulisan Icha, yang diretweet oleh akun @IndoLiverpoolFC. Tulisan ini kemudian membutakan mata saya perihal apa yang terjadi sebenarnya. Icha sendiri dalam tulisannya menyamakan situasi Klopp dan Liverpool ini dengan yang dirasakan muda-mudi saat sebelum hingga awal jadian.

Mulai dari deg-degan kapan mau nembak atau ditembak gebetan hingga perasaan yang luar biasa saat status gebetan berubah menjadi pacar. Setelahnya kesengsem sendiri harap-harap penuh gembira membayangkan pacar melakukan hal-hal romantis.

Berbicara tentang kecintaan, Klopp memang begitu mudah dicintai oleh Kopites. Kecintaan kopites pada Klopp itu tentu tak datang begitu saja. Kecintaan kopites terhadap Klopp sendiri datang pada tahun lalu saat Klopp menyentuh ‘This Is Anfield’ layaknya legenda-legenda mereka yang datang.

Klopp saat menyentuh tanda Anfield pada Agustus 2014 lalu (via: independent.co.uk)
Klopp saat menyentuh tanda Anfield pada Agustus 2014 lalu (via: independent.co.uk)

Bagi kopites saat itu, mungkin akan bergumam dalam hati ‘kok bisa tau ya dia gue sukanya diginiin?’. Dari situlah mimpi-mimpi dan cinta terhadap Klopp datang. Meskipun situasinya saat itu tentu belum tepat karena Liverpool sendiri masih bersama Brendan Rodgers dan Klopp masih bersama echte liebe-nya, Borussia Dortmund.

Tapi kemudian, semesta seolah menakdirkan Klopp dan Liverpool untuk berkolaborasi. Klopp mundur setelah gagal bersama Dortmund, sementara Rodgers dipecat setelah gagal bersama Liverpool. Mengetahui Klopp saat itu masih menganggur, kopites sudah menaruh harapan terhadap Klopp.

Meskipun begitu, saat itu kopites sendiri terbagi dua. Meski sebagian besar ingin Klopp agar ke Liverpool, namun ada sebagian lainnya yang tak ingin ia ke Liverpool. Alasannya, Klopp belum pernah mencicipi EPL, minim trofi, dan di musim terakhirnya ia gagal.

Dari situ, lahirlah opini bahwa Liverpool lebih ideal di tangan Ancelotti. Tak bisa dipungkiri memang, pelatih asal Italia tersebut memiliki kemampuan yang sudah unggul dari Klopp untuk urusan trofi, pengalaman, serta gagalnya Ancelotti di Real Madrid pun tak seekstrim yang dialami Klopp, di mana Dortmund harus tertatih di papan bawah sebelum akhirnya meraih tiket Europa League sementara Madrid tidak.

Meski demikian, rasanya saat itu pilihan Liverpool untuk menunjuk Klopp sebagai manajer anyar mereka sudah tak terbantahkan lagi. Terutama setelah Don Carlo, sebutan Ancelotti, mengatakan ia tak mau melatih dulu.

Alasan lainnya, bersama Mainz dan Dortmund, Klopp berhasil menjadikannya dua kesebelasan tersebut menjadi kesebelasan yang diperhitungkan di Bundesliga saat ini. Ditambah lagi, tak pernah ada caci maki datang dari Mainz ataupun Dortmund saat Klopp pergi dari kesebelasannya tersebut.

Kesebelasan yang ia tinggalkan, meski sedih, selalu bangga karena telah pernah menjadi bagian hidup Juergen Klopp. Bahkan, Mats Hummels, bek Dortmund, dan akun media sosial Dortmund, @BVB, memberikan ucapan semoga beruntung kepada Klopp di Liverpool.

Hal ini tentunya datang karena etos kerja Klopp selama melatih. Klopp mungkin bukan manajer atau pelatih terbaik di dunia saat ini. Namun Klopp adalah tipikal orang yang rela mati-matian demi kesebelasannya. Ia takkan pernah membiarkan kesebelasannya jatuh. Penggemar di kesebelasan lamanya melihat ini, dan kemudian ikut serta dalam mengikti Klopp bersama naik turunnya.

Selain hal itu, Klopp juga merupakan sosok yang sangat human-being. Ia merupakan sosok yang enerjik, humoris dan tak jaga image. Semua yang ia lakukan natural. Ia tak malu melompat-lompat di stadion, ia tak segan untuk berlari ke para pemainnya saat mereka sedang berkumpul saat mereka merayakan sebuah gol yang tercipta, ia tak merasa aneh saat melemparkan jokes terhadap anak asuhnya, dan bahkan, ia mau untuk memancing para penggemar di stadion untuk memberikan teriakan dan sorakan sekeras mungkin untuk memberikan dukungan para pemain yang ada di lapangan.

Saking human-being-nya seorang Klopp, ia tak jarang kemudian melemparkan lelucon saat diwawancarai. Misalnya saja saat menanggapi kepindahan Mario Goetze dari Borussia Dortmund ke Bayern Munich yang mengatakan, “Ini salah saya karena saya tak pendek, dan tak bisa berbahasa Spanyol”.

Dan di kesebelasan barunya, Liverpool, kelucuannya tak berakhir. Pada saat wawancara perdananya di Liverpool, ia kemudian mengambil ‘clapper board’  dan membunyikannya. Clapper board yang dibunyikan adalah sebuah tanda kameramen sudah harus merekam gambar. Tentu itu bukan tugas Klopp, namun hal ini sangat lucu untuk disaksikan. Hitung dengan jari kemudian, manajer mana yang bisa melakukan hal ini?

Dengan kombinasi etos kerja yang baik, sifat-sifat yang tak dipaksakan dan sangat natural, hal inilah yang menjadi alasan Klopp begitu dicintai oleh pendukung Liverpool, bahkan sebelum ia menjadi bagian dari Liverpool. Tentu kopites rasanya sadar bahwa ia akan butuh waktu untuk membentuk taktik yang lebih mutakhir dibandingkan hanya sebatas gegenpressing.

Namun dengan segala hal ini, fans juga akan lebih bergelora dalam mendukung. Pemain di lapangan pun akan kembali memiliki sesuatu yang pantas diperjuangkan. Maka dengan alasan seperti ini, Klopp memang harus datang sekarang juga, bukannya musim depan. Karena Klopp sudah terlanjur dicintai oleh kopites, khususnya dari segala sifat, kecerdasan, dan kharismanya sebagai seorang manajer. Harapan baru pun lahir karena kepantasannya menjadi manajer bagi Liverpool yang baru.

Penulis dapat dihubungi lewat akun Twitter @utamaarif.

Komentar