Karya Jordiawan Billy Maramis
Sebagai pencinta Liga Inggris, saya yakin sedikit yang peduli dengan kiprah Crystal Palace musim ini. Khususnya bagi fans Big Six, kehadiran Palace di kasta tertinggi sepakbola Inggris boleh jadi tidak sehat bagi kesehatan jantung mereka. Tiap kali bertemu tim kesayangannya, Palace selalu tampil di luar ekspektasi dan menyulitkan. Tak jarang mereka tampil menghibur dan menyenangkan hati banyak fans netral.
Akhir pekan kemarin, para penikmat Liga Inggris terlalu sibuk dengan gol bunuh diri konyol yang dilakukan Kyle Walker di Old Trafford. Padahal di Carrow Road, Alan Pardew bersama anak buahnya sukses tampil meyakinkan dengan meraih kemenangan 3-1 atas Norwich. Memang betul status Norwich hanya tim promosi. Â Tapi jika diteliti dengan seksama skuad Palace di musim ini mungkin dapat membuat pikiran anda sedikit rancu. Pasalnya, skuad mereka memiliki kedalaman yang boleh dibilang terbaik sejak mereka promosi ke EPL pada tahun 2012.
Itu semua dikarenakan kecerdikan mereka dalam melakukan transfer musim ini. Beberapa pemain potensial sampai yang berstatus bintang sukses didaratkan. Tak ada yang mengira jika Yohan Cabaye mau bermain di Palace -- meskipun memang ia memiliki ikatan batin yang kuat dengan Alan Pardew. Bagi Cabaye, Pardew sudah seperti ayahnya sendiri dan berkolaborasi bersamanya adalah sesuatu yang mulia. [baca: simbiosis mutualisme Cabaye dan Pardew).
Duet Cabaye bersama dinamo lini tengah Palace, Mile Jedinak, juga patut dinanti. Keduanya dikenal sebagai gelandang dengan daya jelajah tinggi. Keduanya akan menjadi partner yang gentayangan di lapangan tengah, mencoba menandingi lini tengah-lini tengah kesebelasan top Inggris lainnya.
Selain itu ada nama-nama potensial yang didatangkan seperti Bakary Sako (Wolverhampton), Connor Wickham (Sunderland), Patrick Bamford(Chelsea) dan Jordon Mutch(QPR). Meskipun beberapa dari mereka musim lalu bermain di divisi Championship, tapi rekam jejak mereka jelas tak bisa dikesampingkan.
Bagi Anda fans Chelsea pasti sudah tak asing lagi dengan nama Patrick Bamford. Pria berusia 21 tahun adalah salah satu striker yang menjanjikan di Inggris saat ini. Tak ayal jika Pardew meminjam Bamford dari Chelsea untuk menambah daya gedor. Musim lalu ia menyumbang 19 gol bersama Middlesbrough. Alhasil, ia dinobatkan sebagai Championship Player Of The Year. Ia diprediksi mampu mampu memberikan persaingan di lini depan yang diisi Glenn Murray dan Dwight Gayle.
Pos di sektor gelandang serang juga tak luput menjadi perhatian Pardew. Kegemarannya memainkan skema 4-4-2 membuatnya mesti memiliki banyak stok pemain sayap. Bakary Sako didatangkan guna melapisi sang bintang, Yannick Bolasie, atau Jason Puncheon, jika sedang tidak fit.
Jangan lupakan juga si anak hilang Wilfried Zaha. Musim ini adalah momen âpenebusan dosaâ yang telah ia lakukan di Manchester United. Satu gol di laga pembuka menjadi awal yang manis bagi Zaha ke depannya.
Di sektor lini belakang nyaris tak ada perubahan signifikan dari musim lalu. Nama-nama senior seperti Julian Speroni, Scott Dann dan Brede Hangeland tetap menjadi figur utama.
Kedalaman skuat musim ini merupakan wujud dari keseriusan Pardew mengangkat prestasi The Eaglesâjulukan Palace. Ia telah mewanti-wanti kepada pemilik klub untuk lebih gencar mengembangkan klub. Hal yang tentunya tak didapatkan Pardew kala melatih Newcastle musim lalu. Ia tidak begitu leluasa menentukan pemain incarannya. Sampai kemudian Pardew, dengan berani, memutuskan keluar dari zona nyaman dengan meninggalkan Newcastle: sebuah keputusan yang berani dan terbukti benar sejauh ini.
Di sisi lain, kelihaian Pardew mengasah pemain yang terbilang medioker patut diacungi jempol. Semua orang dibuat terheran-heran ketika melihat Yannick Bolasie musim lalu. Di bawah Pardew, performanya terus menanjak. Begitu juga dengan Martin Kelly yang sewaktu di Liverpool nyaris tidak terlihat. Simak juga bagaimana Dwight Gayle sempat meroket berkat polesan Pardew.
Menilai perfroma Palace dari satu laga saja memang tidak adil. Terlebih lagi musim baru saja dimulai. Namun, Palace dirasa akan tetap menjadi salah satu bumbu penyedap EPL di musim ini. Pasalnya, DNA giant killing telah melekat di klub asal London tersebut.
Siapa sangka jika Selhurst Park akan berubah menjadi arena pertumpahan darah ketika tim-tim besar datang untuk bertanding di sana. Fans Liverpool, Spurs dan City tentu tak ingin membuka luka di mana tim kesayangan mereka harus terhempas di Selhurst Park musim lalu.
Beberapa fans Liverpool tentu masih ingat saat Selhurst Park bertransformasi menjadi Istanbul yang membuyarkan keunggulan 3 gol mereka . Sesudahnya Anda pasti sudah tahu sendiri. Fans Manchester City juga tentu tak ingin membuka ingatan di musim lalu saat kekalahan di Selhurst Park membuat mereka tertinggal dari Chelsea.
Di musim ini, ada indikasi mereka akan kembali melakoni peran utama sebagai giant killing di EPL. Dengan kedalaman skuat saat ini rasanya semua klub EPL mesti was-was dengan kiprah Palace di tangan Pardew. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada seluruh fans tim lainnya, sebaiknya Anda bertakwa sehari sebelum tim kesayangan Anda mengunjungi Selhurst Park.
Penulis adalah mahasiswa jurusan Teknologi Informasi. Biasa menulis di blog www.diamdiambola.wordpress.com. Dapat dihubungi melalui akun twitter:Â @Jordi_maramiS.
Komentar