Prancis, Kelanjutan Siklus 16 Tahun, dan Kenangan 1984 di Piala Eropa 2016  

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Prancis, Kelanjutan Siklus 16 Tahun, dan Kenangan 1984 di Piala Eropa 2016   

Oleh: Rinaldi Agus Nugroho* 

Juni mendatang, perhelatan sepakbola terakbar di Eropa dihelat di Prancis. Sejumlah kesebelasan berhasil lolos dengan mulus, seperti Inggris yang menyapu bersih semua kemenangan di babak kualifikasi. Kesebelasan langganan Piala Eropa seperti Jerman, italia, dan Spanyol, pun memuncaki babak grup kualifikasi. Lantas, bagaimana dengan Prancis yang notabene tidak mendapatkan ujian karena berstatus sebagai tuan rumah?

Di kompetisi sepakbola Eropa, Prancis terhitung sebagai negara yang sering lolos ke Piala Eropa. Perhelatan kali ini merupakan yang kesembilan kalinya buat Prancis, sama seperti Inggris, Republik Cheska, dan Italia. Prancis sendiri sebelumnya sudah pernah ditunjuk menjadi tuan rumah: Piala Eropa edisi perdana 1960, dan Piala Eropa 1984.

Di Piala Eropa, Prancis bisa dibilang sebagai salah satu negara yang paling sukses. Dari delapan edisi tersebut, mereka berhasil meraih dua trofi; yang satu di antaranya diraih saat menjadi tuan rumah pada Piala Eropa 1984. Sementara itu, satu trofi lainnya diraih pada Piala Eropa 2000. Kala itu Zinedine Zidane dan kolega merayakan gelar juara di Belgia-Belanda yang menjadi tuan rumah. Namun, jumlah ini bukan yang terbanyak. Soalnya, Jerman dan Spanyol meraih tiga trofi dengan jumlah keikutsertaan yang lebih banyak.

Pada penyelenggaraan tahun ini, layakkah Prancis diunggulkan sebagai salah satu calon peraih trofi? Apabila menilik komposisi pemain dan pelatih, kemampuan mereka sudah tak perlu diragukan. Penggawa kesebelasan negara Prancis tersebar luas di liga-liga sepakbola Eropa. Mereka pun selalu dipercaya menjadi pemain inti di kesebelasan yang mereka bela.

Di atas kertas, komposisi kesebelasan negara Prancis merupakan yang terbaik di Eropa. Pun halnya dengan sang pelatih, Didier Deschamps, yang memiliki karier sebagai pesepakbola yang tak bisa dipandang sebelah mata. Kariernya terbilang melejit di mana ia berhasil menjuarai dua kali Liga Champions masing-masing bersama Marseille pada 1993, serta Juventus pada 1996. Selain itu, Deschamps pun merupakan pemain yang ada dalam skuat Prancis yang menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000. Ia adalah kapten Prancis di dua turnamen tersebut. Jadi, pengalamannya memimpin Prancis hingga menjadi juara juga patut diperhitungkan. Dan akan terasa semakin lengkap jika tahun ini dia berhasil membawa Prancis menjadi juara Piala Eropa untuk ketiga kalinya, sebagai peramu strategi.

Faktor lainnya adalah jarak antar mereka juara. Prancis juara dua kali dengan selisih waktu 16 tahun. Perhelatan kali ini pun tepat 16 tahun setelah mereka juara terakhir kali. Seluruh warga Prancis tentu ingin melanjutkan statistik juara 16 tahun tersebut. Atau, setidaknya mereka bisa mengulang memori indah pada 1984 di mana mereka berhasil juara kala menjadi tuan rumah. Selain itu ada kesamaan lainnya, di mana pada 1984, Belanda tidak lolos karena meraih poin akhir di babak kualifikasi sebanyak 13 poin. Uniknya, hal ini juga terjadi pada babak kualifikasi Piala Eropa tahun ini.

Jadi, dengan skuad yang mumpuni, pelatih yang berpengalaman juara, statistik yang cukup unik, dan pastinya juga dukungan penuh suporter fanatik sebagai tuan rumah penyelenggara, mampukah timnas Prancis melanjutkan siklus juara Piala Eropa? Atau, paling tidak mengulang sejarah layaknya tahun 1984 ketika mampu keluar sebagai juara saat menjadi tuan rumah? Semoga.

foto: worldsoccer.com

* Penulis merupakan mahasiswa, Fans Fulham FC, member @IndoFulham. Berakun twitter @rinaldibeb

Komentar