Hasil gemilang yang diraih saat pra musim serta melihat permainan menawan dari timnas Belanda pada Piala Dunia 2014 di Brazil lalu membuat fans Manchester United merasa bahwa Louis van Gaal adalah orang yang tepat untuk menggantikan posisi David Moyes sebagai pelatih The Red Devils.
Bahkan banyak juga yang menjagokan United untuk menjadi juara di Liga Inggris musim 2014/2015 ini. Namun setelah melakoni 4 laga di bulan Agustus, ekspektasi untuk Setan Merah tidak sebesar sebelumnya. Kalah di kandang sendiri dari Swansea City pada laga pembuka, lalu hanya mampu bermain imbang saat mengunjungi Stadium of Light dan Turf Moor serta sudah harus tersingkir dari Piala Liga di putaran kedua setelah dibantai 4 gol tanpa balas oleh MK Dons yang notabene adalah klub dari League One.
Melihat performa di awal musim yang biasa saja bahkan cenderung mengecewakan membuat Manchester United sangat sibuk di hari-hari terakhir sebelum transfer musim panas di tutup. Angel Di Maria, Marcos Rojo, Daley Blind, Radamel Falcao (pinjam) didatangkan ke Old Trafford untuk menemani dua pembelian sebelumnya, Ander Herrera dan Luke Shaw. Total lebih dari 150 juta pounds yang dikeluarkan United untuk mendatangkan 6 pemain tersebut.
Namun pertanyaanya, apakah benar mereka yang dibutuhkan Manchester United? Menanggapi soal transfer United, menurut Phil Neville Setan merah sebenarnya masih butuh seorang bek dan gelandang tengah. Tetapi jika melihat dari sejarah klub, tipikal pemain seperti Eric Cantona adalah yang paling cocok didatangkan ke Old Trafford pada masa-masa Manchester United sedang terpuruk seperti saat ini.
Semua pemain Manchester United yang pernah bermain bersama Eric Cantona jika disuruh menentukan 11 pemain terbaik Setan Merah sepanjang masa pasti mencantumkan nama pria Prancis itu.
Masa bakti Cantona untuk United memang tidak terlalu lama, kurang dari 5 tahun. Namun kontribusinya untuk United sungguh luar biasa karena Cantona bukan sekadar pemain dengan skill hebat melainkan sebagai katalisator tim. Didatangkan dari Leeds United pada November 1992 dengan harga 1,2 juta pounds, Cantona langsung memberikan andil besar dalam membantu Manchester United meraih gelar di musim pertama Liga Premier (1992/1993).
Gelar tersebut merupakan gelar liga pertama bagi The Red Devils selama lebih dari seperempat abad tidak meraihnya. Musim berikutnya (1993/1994) United tidak menemui halangan berarti bersama Cantona dengan meraih double winner.
Tanpa bermaksud mengecilkan arti dari para pemain Manchester United lain, peran Eric Cantona memang besar. Pada akhir Januari 1995, insiden yang dikenang dengan âKung-Fu kick Cantonaâ terjadi. Cantona melakukan tindakan yang sangat sangat tidak terpuji dengan menendang dan menghajar suporter Crystal Palace, Matthew Simmons, di Selhurst Park.
Ekses dari kejadian itu adalah Cantona tidak boleh terlibat dalam aktivitas sepak bola apapun sampai akhir September 1995 (8 bulan).
Dampak paling menonjol dari kehilangan Cantona saat itu adalah terebutnya gelar Liga Premier oleh Blackburn Rovers asuhan Kenny Dalglish bersama dua anak emasnya, Alan Shearer dan Chris Sutton (The SAS), pada musim itu. Pada musim yang sama United juga kalah di final Piala FA kontra Everton.
Pertama kali Eric Cantona kembali membela Manchester United setelah hukuman panjang tersebut adalah pada hari pertama bulan Oktober 1995 saat Liverpool berkunjung ke Old Trafford. Satu assist dan satu golnya membuat Liverpool harus puas dengan hasil imbang meski Robbie Fowler sanggup mencetak 2 gol spektakuler ke gawang Peter Schmeichel.
Pada musim itu United kembali menjuarai liga. Pada musim yang sama (1995/1996) United juga kembali menjuarai Piala FA dan lagi-lagi berkat Cantona. Gol spektakulernya beberapa menit sebelum pertandingan berakhir ke gawang Liverpool kawalan David James di Wembley membuat United kembali meraih double winner.
Pada musim berikutnya (1996/1997) Manchester United kembali meraih gelar Liga Premier untuk keempat kalinya dalam 5 musim pertama meski pada bursa transfer awal musim itu mereka gagal mendatangkan Alan Shearer yang lebih memilih pindah ke klub kota asalnya, Newcastle United, dan menjadi pemain termahal di dunia saat itu.
Musim 1996/1997 itu sendiri merupakan musim terakhir Eric Cantona bersama Manchester United karena yang bersangkutan memutuskan untuk gantung sepatu. Tahu apa yang terjadi setelah Cantona pensiun? Arsenal berhasil melakukan double atas Manchester United dan menjadi juarai liga dan Piala FA musim itu (1997/1998).
Sebagian besar orang memang berpendapat bahwa cederanya Roy Keane di Elland Road pada awal musim adalah penyebab utama United tanpa gelar musim itu. Namun pensiunnya Cantona sebenarnya mempunyai pengaruh lebih besar. Bahkan kalau boleh sedikit berlebihan, anggota Class of â92 seperti David Beckham, Paul Scholes, Gary Neville, dkk tidak akan sesukses sekarang jika Eric Daniel Pierre Cantona tidak pernah berseragam United. Mereka tumbuh bersama orang yang tepat: Cantona.
Jika Angel Di Maria selalu tampil seperti saat mengantarkan Argentina menang 4-2 atas Jerman dalam pertandingan persahabatan awal September ini, mungkin tidak terlalu sulit untuk menjawab pertanyaan siapa yang akan jadi penerus Cantona.
Melakukan perbandingan dalam sepak bola memang sulit karena tidak ada yang benar-benar sama untuk diperbandingkan. Meski kepribadiannya sulit diatur, hampir semua pelatih  pasti ingin punya pemain seperti Eric Cantona. Contoh paling mirip sekarang ini adalah Luis Suarez.
Secara tidak kebetulan keduanya dijuluki âKingâ oleh media Inggris. Namun hal mustahil berharap melihat United mendatangkan Suarez setelah insiden rasialnya terhadap Patrice Evra beberapa tahun lalu.
Apalagi Suarez baru saja punya klub baru dan jendela transfer musim panas sudah ditutup. Cara paling logis adalah dengan âmenjadikanâ Wayne Rooney layaknya King Eric. Rooney sekarang bukan lagi sebagai penyerang tengah karena dua tempat di depan pasti ditempati oleh Robin van Persie dan Radamel Falcao.
Wazza sedikit di belakang keduanya atau bahkan sebagai gelandang serang dimana peran seperti itu juga sering diperankan oleh Cantona. King Eric selalu berada di belakang Mark Hughes, Brian McClair, Andy Cole, dan Ole Gunnar Solskjaer. Bulan depan Rooney akan genap berusia 29 tahun dan seharusnya penampilannya semakin matang apalagi sekarang Wazza menjabat sebagai kapten klub.
Hampir mustahil sebenarnya mencari pemain yang punya karisma seperti Eric Cantona atau bahkan Dennis Bergkamp, namun masih dan akan terus ada pemain yang mampu menjadi katalisator. Itulah yang diharapkan fans Manchester United di seluruh dunia kepada Wayne Rooney supaya bisa menggantikan peran Cantona. Namun tentu saja kebiasaan Cantona menginjak pemain lawan tidak perlu ditiru Rooney.
Ditulis oleh Moch. Atfan Hidayat. Penggemar sepak bola Inggris, penyuka sejarah, serta pengagum data dan statistik sepak bola. Berakun twitter @atfan_gooners
Komentar