Karya Muh. Isnawan
Juventus tiba-tiba saja resmi mendapatkan tanda tangan Hernanes di deadline transfer musim panas 2015. Apakah pemain ini yang benar-benar dibutuhkan si Nyonya Tua untuk menambal lini tengah mereka? Atau ini cerminan panic buying Juventus?
Pemain berusia 30 tahun ini hijrah dari Inter ke Juventus dengan banderol 11 juta euro. Gelandang kebangsaan Brazil ini tiba di Turin untuk tes medis dan menyelesaikan dokumen dengan kontrak tiga tahun sebelum jendela transfer ditutup pada pukul 11:00 waktu Italia.
Hernanes melejit di antara ramainya saga transfer David De Gea ke Real Madrid dan Manchester United yang diselingi kedatangan pemuda 19 tahun dari Monaco, Anthony Martial, dengan mahar 36 juta poundsterling. Sebelumnya Juventus memang sudah lama mengincar gelandang Schalke, Julian Draxler. Gelandang yang ikut membawa Jerman juara dunia di Brazil itu malah membelot ke Wolfsburg.
Kedatangan Hernanes di saat-saat akhir tenggat transfer ini memang agak mengejutkan karena tak banyak media yang sempat merumorkannya lebih dulu. Namun bagi Hernanes, pindah menjelang tenggat transfer bukanlah hal yang aneh. Hernanes diam-diam gemar bermain di detik-detik akhir jendela transfer.
Tercatat bukan sekali ini saja Hernanes berganti kostum di akhir batas transfer. Pada jendela transfer musim dingin 2014, pemain yang memulai kariernya di Unibol Pernambuco dan Sao Paolo ini hijrah dari Lazio ke Inter dengan tebusan 15 juta euro. Kabar dari  ESPNFC menyatakan bahwa gelandang yang empat musim lamanya jadi senjata Lazio di lini tengah ini menyelesaikan kepindahannya 15 menit sebelum batas akhir transfer ditutup.
Transfer ini sempat ramai diperbincangkan karena ulah pemilik klub Lazio saat itu, Claudio Lotito. Hernanes yang kala itu menjadi pemain penting dan sudah cinta dengan I Biancoceleste merasa Lolito hanya mementingkan keuntungan dan tidak memikirkan perasaannya sebagai pemain dengan menjualnya begitu saja ke Inter.
Sejak bermain di Eropa, dimulai dengan Lazio yang meminangnya dari Sao Paolo seharga 13 juta euro pada 2010, sudah dua kali pemain bernama lengkap Anderson Hernanes De Carvalho Viana Lima ini berpindah jelang tenggat transfer. Memang terlalu dini untuk menyimpulkan Hernanes punya kebiasaan unik saat pindah kostum di akhir deadline.  Banyak alasan tentunya yang membuat dirinya menerima pinangan klub lain.
Kutukan Pemain Brasil Itu Bernama Juventus
Ketika hijrah ke Inter pada  2014, La Beneamata saat itu memang krisis gelandang berkualitas pasca ditinggal Wesley Sneijder dan Esteban Cambiasso. Juventus pun tak kalah pelik situasinya. Mereka ditinggal dua pilar utama lini tengah yang menjadi kunci sukses Juventus dalam beberapa musim terakhir: Andrea Pirlo dan Artutor Vidal.
Jelas bukan kehilangan yang mudah diatasi. Dan itu tampak dalam dua laga Serie-A 2015/2016 yang berakhir dengan kekalahan. Kekalahan dalam dua laga awal ini menjadikan musim 2015/2016 menjadi musim dengan start terburuk I Bianconeri setelah 103 tahun. Terakhir Juventus kalah di dua pertandingan awal terjadi pada 1912 ketika masih berkompetisi di liga Piemonte.
Kekalahan pada dua laga itu seolah membuka mata Massimiliano Alegri akan rapuhnya lini tengah mereka pasca ditinggal Andrea Pirlo dan Arturo Vidal. Pogba jelas terlihat kewalahan menggendong gelandang Juventus lainnya untuk mensuplai Alvaro Morata atau Mario Mandzukic. Situasi semakin sulit menyusul cederanya Claudio Marchisio dan Sami Khedira.
Menarik sekali melihat bagaimana Hernanes berkiprah di kesebelasannya yang baru saat kepindahan itu terjadi menjelang tenggat transfer dan saat musim sudah berjalan.
Untuk diketahui, Hernanes berkembang pesat di Brazil setelah promosi ke tim senior Sao Paolo pada 2005. Di sana ia mencetak 18 gol dan 22 assist dalam 5 tahun. Hernanes juga mendapatkan gelar pemain terbaik Liga Brazil pada 2008.
Catatan itulah yang membuat Lazio meminangnya di tahun 2010. Pemain kelahiran Recife ini, asyiknya lagi, bisa langsung nyetel dengan skuat Lazio. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mencetak gol perdana bagi Lazio. Itu terjadi di pertandingan keduanya bersama I Biancoceleste saat melawan Bologna.
Total 11 gol dan 5 asist dia persembahkan di musim pertamanya. Pemain yang sering merayakan gol dengan salto ini total mempersembahkan 33 gol dan 22 asist selama empat  musim di Lazio.
Saat hijrah ke Inter di awal 2014, juga menjelang tenggat transfer, Hernanes langsung berperan penting di Inter. Total dia menciptakan tujuh gol dan 10 asist dalam 50 penampilannya bersama Inter. Hanya saja, Hernanes tak langsung nyetel dengan kolega-koleganya yang sudah lebih lama bermain di Inter. Gol debutnya di Inter baru tercipta di pekan ketujuh saat bertandang ke Livorno.
Kendati secara umum Hernanes bermain baik di Inter, namun bisa dibilang start Hernanes di Inter tak sebaik saat ia memulai karirnya bersama Lazio. Ada tren penurunan pula dalam penampilan Hernanes selama di Inter jika dibandingkan saat bermain untuk Lazio.
Bisa jadi ini dipengaruhi oleh usianya yang juga sudah berkepala tiga. Jangan lupa juga ia tidak banyak mendapatkan menit bermain di Inter, setidaknya tidak sebanyak yang ia peroleh di Lazio. Bahkan di dua laga awal musim 2015/2016, sebelum hijrah ke Juventus, dia bermain dari bangku cadangan di pertandingan pertama dan tidak bermain sama sekali saat bertandang ke Carpi. Roberto Mancini, pelatih Inter, tampak tidak terlalu mempercayainya lagi.
Entah mengapa Juventus malah merekrutnya. Apakah ini cerminan dari kepanikan Juventus yang sangat buruk penampilannya di awal musim ini?
Banyak pemberlian yang dilakukan dengan panik (panic buying) yang berakhir menyedihkan. Mulai dari permasalahan adaptasi ke kompetisi yang baru, perbedaan bahasa maupun budaya serta kesiapan pemain tersebut untuk langsung nyambung dengan skuat lama yang punyja taktik dan gaya bermain berbeda. Bukan berarti perekrutan pemain menjelang tenggat transfer tidak menguntungkan. Kenyataannya masih banyak yang melakukannya. Mungkin memang pemain tersebut dibutuhkan atau karena bisa didapatkan dengan harga murah.
Khusus Hernanes, tampaknya pendukung Juventus tak perlu terbayang-bayang dengan tenggat tranfser yang berakhir mengecewakan. Hernanes punya kualitas untuk menemani Pogba, dia juga tentunya sudah hapal dengan sepakbola Italia. Tak perlu adaptasi yang lama, karena ia cukup lama bermain di Serie-A. Soal umur, fans Juventus pernah merasakan pentingnya peran Pirlo yang datang ke Turin di umur 32 tahun.
Hernanes patut optimis akan lebih banyak mendapatkan kesempatan bermain jika debutnya langsung nyetel dengan tim ini. Dia juga berpeluang merasakan atmosfir Liga Champions untuk pertama kalinya, yang tidak pernah dia rasakan kala berseragam Lazio dan Inter. Dia harus cepat beradaptasi dengan tim ini agar Alegri bisa memberikan banyak kesempatan untuk bermain.
Jika ia tak kunjung bermain bagus, peluangnya semakin berat jika Sami Khedira dan Marchisio sudah pulih dari cedera. Bagaimana pun ia pemain yang berpengalaman, punya jam terbang, sudah biasa berkomunikasi dengan bahasa Italia dan juga sudah cukup paham seperti apa atmosfir dan gaya bermain tim-tim Serie-A. Ia hanya perlu meningkatkan kepercayaan dirinya yang mungkin sempat merosot di Inter.
Menarik ditunggu bagaimana Hernanes mampu mengembalikkan solidnya lini tengah Juventus bersama Paul Pogba dan Claudio Marchisio. Ataukah ia akan menjadi bukti berikutnya betapa beresikonya panic buying? Jika itu terjadi, jangan heran jika ia akan kembali meramaikan tenggat transfer di detik-detik akhir jendela transfer berikutnya.
Penulis adalah peserta #PanditCamp gelombang keempat. Dapat dihubungi di akun Twitter @isna_w
Komentar