Italia mengikuti jejak Inggris tersingkir dari Piala Dunia 2014 setelah kalah 0-1 dari Uruguay. Grup yang disebut-sebut sebagai grup maut ini akhirnya meloloskan Kostarika dan Uruguay, serta memulangkan 2 wakil Eropa, Inggris dan Italia.
Menuai kritik saat melawan Kosta Rika, pelatih Italia, Cesare Prandelli, mengikuti keinginan massa dengan menurunkan formasi andalan 3-5-2. Formasi sama yang ia gunakan ketika mencapai babak final Piala Eropa 2012.
Sedangkan di kubu Uruguay, jika dilihat dari line up yang diturunkan, pelatih Uruguay, Oscar Tabarez seolah akan menggunakan formasi 4-3-1-2 seperti yang diperagakan Uruguay saat melawan Inggris. Namun ternyata Tabarez memainkan pola yang berbeda pada pertandingan ini. Tabarez menerapkan formasi 5-4-1 pada pertandingan kali ini.
Digunakannya formasi 5-4-1 oleh Tabarez bukan tanpa alasan. Nampaknya ia ingin mengantisipasi Andrea Pirlo di tengah. Seperti saat melawan Inggris, Edinson Cavani diberikan tugas untuk menempel ketat pengatur serangan lawan saat Uruguay bertahan. Namun masalahnya, Â berbeda dengan Inggris yang hanya memiliki Steven Gerrard di tengah, Italia memiliki 2 pemain yang sama baiknya dalam mengatur serangan yaitu Andrea Pirlo dan Marco Veratti.Â
Hal ini kemudian membuat Edinson Cavani kebingungan dalam melakukan marking. Ketika Cavani melakukan penjagaan kepada Pirlo, Veratti akan dalam keadaan bebas dan dapat mengalirkan bola. Sebaliknya, jika Veratti yang di-marking, Pirlo mendapatkan ruang gerak.
Tabarez ternyata sudah memprediksi kondisi ini. Hal inilah yang menjadi alasan Tabarez mengunakan 5 bek di belakang. Ketimbang bersikeras menahan serangan Italia di tengah, Tabarez lebih memilih untuk menumpuk pemain di belakang. Lima pemain bertahan di belakang membuat Uruguay unggul dalam jumlah pemain.Â
Pirlo maupun Veratti memang pemain yang mampu mengatur tempo dan mengalirkan bola yang baik dari tengah lapangan. Namun, kinerja kedua pemain ini menjadi tidak berarti jika tidak ada pemain dalam kondisi bebas di depan yang bisa diberikan operan.
Namun bukan hanya Italia yang mengalami kebuntuan, Uruguay pun tidak bisa menembus pertahanan Italia. Italia menggunakan 3 bek di tengah, berbeda dengan Inggris yang hanya menggunakan 2 bek. Hal ini membuat Luis Suarez harus menghadapi lawan yang lebih banyak. Sulit bagi Suarez yang tidak mendapatkan bantuan cepat dari kawan-kawannya untuk menembus pertahanan Italia seorang diri.
Ditambah lagi, pada formasi 5-4-1, Tabarez menarik Cavani ke belakang dan menggeser Lodeiro ke sisi kanan. Hal ini membuat bantuan yang hadir kepada Suarez lebih lambat datang. Dengan begitu umpan-umpan panjang Uruguay menjadi lebih sulit sampai.
Kedua tim sama-sama menemui kebuntuan untuk menembus pertahanan lawan. Hingga babak pertama berakhir, pertandingan seolah-olah akan berakhir tanpa gol. Pergantian pemain yang dilakukan Italia dan Uruguay di masa istirahat pun tidak merubah banyak keadaan.
Hasil imbang sebenarnya sudah cukup bagi Italia untuk lolos ke babak selanjutnya. Maka, jika serangan kedua negara sama-sama buntu sebenarnya akan menguntungkan bagi Italia. Namun bencana kemudian hadir. Mereka harus bermain dengan 10 orang akibat Marchisio diusir oleh wasit.
Kondisi permainan langsung berubah total setelah Italia kalah jumlah personel.
Semula La Celeste hanya mengandalkan umpan jauh dan serangan dari kiri untuk menembus pertahanan Italia. Namun pasca kartu merah mereka mulai bisa menyerang dari berbagai sisi dengan permainan bola bawah. Uruguay mengambil alih ball possession dan mengurung Italia di area pertahanan sendiri.
Hasilnya, kartu merah Marchisio ini benar-benar berbuah bencana bagi Italia. Diego Godin berhasil menanduk bola dari tendangan sudut Uruguay yang kemudian tidak mampu dibendung oleh Buffon. Uruguay unggul 1-0 dan membuat mereka menggeser Italia pada posisi kedua klasemen.
Hasil ini bertahan hingga akhir pertandingan. Usaha Italia menyamakan kedudukan dengan memasukan Cassano tetap tidak membuahkan hasil. Italia kalah dan gugur dari Piala Dunia 2014.
(abi)
Komentar