Paul Scholes menyatakan kekagumannya terhadap bangunan baru di timur kota Manchester. Bangunan seluas 80 hektar tersebut diberi nama âManchester City Football Academyâ. Ia mengaku khawatir dengan perkembangan yang dilakukan The Citizens dalam kurun waktu kurang dari satu dekade.
Di akhir pembicaraan, Scholes bicara panjang lebar,
âMenelurkan pesepakbola muda berbakat tidaklah segampang itu. Semua melewati proses-proses sulit dan panjang. Sebagai pesepakbola kita mesti bermain dan belajar dari setiap kemenangan yang kita raih, dan itulah yang United lakukan. Anda sadar kalau itu benar-benar penting. Semakin cepat mental kemenangan itu terbentuk, semakin baik.â
Ucapan Scholes bukanlah omong kosong. Bahkan, Anda semua tidak bisa membantah itu semua. Selama 20 tahun karirnya bersama Manchester United, ia telah menghadirkan 11 gelar juara liga, tiga Piala FA, dua Piala Liga, dan dua gelar Liga Champions. Kunci utamanya adalah âmental juaraâ.
Tidak banyak pendukung yang senang melihat kesebelasan pujaannya bermain cantik, tapi kalah pada akhirnya. Sulit rasanya membayangkan bagaimana perasaan penggemar klub sepakbola di luar Manchester United, Arsenal, Chelsea, dan Manchester City dalam sepuluh tahun terakhir ini. Apa sebenarnya yang mereka  harapkan dari partisipasi kesebelasannya di liga?
Akademi Manchester City (Sumber gambar: theguardian.com)
Karena Mental Paling Menentukan
Gelar juara hanya bisa didapatkan dari kemenangan, dan hanya lewat gelar juara, pendapatan bisa dimaksimalkan.
Bagi seorang atlet, kemampuan fisik awalnya terlihat menentukan. Namun, tidak begitu kata psikolog; fisik hanya menempati urutan kedua, karena mental adalah segalanya.
Psikologis olahraga, Dr. John Bartholomew dan Dr. Esbelle Jowers dari Universitas Texas sepakat kalau atlet kelas dunia memadukan kekuatan fisik dan mental sebagai rahasia prestasi yang mereka raih.
Pertandingan adalah momen bagi atlet untuk memaksimalkan apa yang mereka lakukan saat latihan. Mental berpengaruh besar di sini. Bartholomew mencontohkan saat hendak memukul bola golf, Tiger Woods tidak banyak berpikir akan memukul ke mana, dengan kekuatan seperti apa. Karena mental yang sudah terbentuk, lengannya sudah secara otomatis mengukur jarak bola dengan lubang.
âSaat itu terjadi, saya (sebagai psikolog) hanya mencoba membantu atlet secara konsisten dan sempurna seperti yang mereka lakukan dalam latihan,â kata Bartholomew. Â Ia menambahkan, penting bagi pesepakbola untuk mengelola emosi dan menjaga agar tidak kehilangan fokus. Satu hal yang harus dihilangkan adalah ketakutan akan kekalahan.
Desakan penggemar Newcastle United (Sumber gambar: mirror.co.uk)
Alan Pardew adalah salah satu contoh manajer yang kuat secara mental. Di awal musim, semua orang pasti ingat bagaimana fans tak sabar menantikan Newcastle United di bawah asuhannya bisa mendulang sukses. Namun, kenyataan tak seindah impian.
Sepanjang tujuh pertandingan, tak satu pun kemenangan yang pernah mereka raih. Seisi stadion lantas menyalahkan Pardew. Mereka menganggap Pardew adalah biang keterpurukan The Magpies. Selebaran bertulisan âSack Pardewâ terbentang di stadion, lengkap dengan situs webnya.
Di tengah tekanan tersebut, nyatanya mental Pardew mampu menahan tekanan itu semua. Enam kemenangan beruntun berhasil mereka raih. Mental Pardew kembali teruji saat ia memutuskan untuk pindah ke Crystal Palace, meski tekanan di Newcastle sudah berkurang jumlahnya.
Sialnya, Crystal Palace tidak lebih baik dari Newcastle. Mereka baru meraih tiga kemenangan akhir tahun. Lalu, Pardew mengubah itu semua. Dalam sebulan, mereka menang empat kali di liga dan di Piala Liga.
Pardew berhasil mengangkat Palace dari zona degradasi, dan kini hanya terpisah dua strip dengan Newcastle, kesebelasan di mana mentalnya ditempa dengan keras.
Mereka yang kuat secara mental tak akan terpengaruh seberapa brutal keadaan yang tengah menimpa mereka. Orang-orang yang sudah ditempa sedemikian keras akan mampu bertahan dari segala sulitnya kehidupan.
Maka, jangan tanya mengapa pesepakbola Brasil bisa berdiaspora ke mana-mana. Secara mental mereka sudah sangat siap, karena mayoritas dari mereka berasal dari lingkungan yang keras.
Pakar kinesiologi, Gaetan Boutin, menuliskan terdapat lima teknik yang biasa dilakukan atlet profesional untuk membangun kekuatan mental dan penampilan juara:
- Menerima Kegagalan
Sebelum benar-benar sukses, umumnya seorang pesepakbola merasakan kegagalan. Tanpa kegagalan, pesepakbola tak akan pernah mendorong dirinya terlalu keras. Kegagalan adalah cara membangun diri terhebat yang pernah ada. Saat kalah, pesepakbola akan mencoba mencari tahu mengapa ia bisa gagal, dan bagaimana mencegah agar kegagalan itu muncul kembali.
- Latihan Mental
Bagi pesepakbola, latihan mental adalah memvisualisasikan latihan yang sudah dijalani ke dalam otak, sehingga saat tiba waktunya pertandingan, sang pemain sudah tahu harus melakukan apa. Sebenarnya tidak ada yang namanya benar-benar bakat, yang ada hanyalah kita yang terus berlatih dan mencoba.
- Membayangkan Kesuksesan
Teknik seperti ini biasa dilakukan atlet golf Tiger Woods dan Chuck Liddel. Bagi seorang pegolf, mereka tidak pernah diburu waktu, seperti halnya sepakbola yang harus serba cepat bertindak. Sebelum memukul bola, mereka membayangkan bola akan melambung, terpental ke rumput, dan masuk ke lubang. Ini akan membawa energi positif untuk mendapatkan hasil maksimal.
- Menetapkan Tujuan
Dalam olahraga pertarungan, ada istilah âsemakin banyak Anda berdarah saat latihan, semakin sedikit darah yang dikeluarkan saat pertarungan yang sebenarnyaâ. Anda harus tetap fokus saat berlatih dengan cara menetapkan tujuan. Buat target dan kapan harus diselesaikan. Target-target itu dapat menjadi pengingat dan pemberi motivasi untuk mendapatkan kemajuan.
- Dukungan tim
Kekuatan mental bisa didapat dari luar diri. Seseorang yang tepat di dekat Anda adalah cara terbaik mendapatkan sukses. Memiliki orang-orang yang mampu mendukung Anda seperti keluarga, kerabat, teman, sahabat, kekasih (kalau punya), adalah salah satu cara bagaimana tujuan Anda dalam hidup bisa tercapai.
Hmmmm.. (Sumber gambar: shoot.co.uk)
Musim lalu, Brendan Rodgers memuji setinggi langit peran dr. Steve Peters. Psikolog Liverpool tersebut dianggap mampu membangkitkan mental penggawa Liverpool dalam perebutan gelar juara pada musim lalu.
âDi setiap kesebelasan yang aku tangani, aku selalu bekerja bersama neurologis atau psikolog olahraga. Biasanya, di sepakbola pengelolaan mental kerap terlupakan. Namun, buat saya, mental adalah  kunci kemenangan,â tutur Rodgers.
Menilik ucapan Rodgers, Anda sepertinya mengerti mengapa Liverpool hanya berada di papan tengah pada perjalanannya di musim ini.
Sumber gambar: liverpoolecho.co.uk
Komentar