Pemain sepakbola tidak akan terlepas dari cedera. Baik yang ringan maupun yang parah, seorang pemain sepakbola hampir dipastikan pernah mengalami cedera. Bahkan tidak jarang seorang pemain harus mengakhiri karirnya lebih awal, karena cedera yang ia alami.
Apalagi jika sepak bola dimainkan pada level tertinggi yang menyajikan intensitas dan tempo tinggi.Resiko cedera tentu akan lebih besar. Dalam ajang Liga Premer Inggris yang dikenal sebagai liga paling keras dan sering menyajikan pertandingan dengan intensitas tinggi, angka cedera pada musim 2018/2019 seperti dilansir jlt.com mencapai 764 kasus yang mana meningkat 15% dari musim 2017/2018.
Dalam artikel jlt.com dikatakan bahwa klub-klub liga inggris mengeluarkan dana sebesar 221 juta poundsterling pada musim 2018/2019 hanya untuk perawatan cedera pemain. Tak hanya itu, angka pengeluaran klub untuk menggaji pemain yang cedera juga meningkat sebesar 86% dibanding musim sebelumnya.
VIDEO: Update dampak Coronavirus pada sepakbola
Dalam penelitian UEFA.com untuk ajang UEFA EURO 2016, dipaparkan bahwa 87% insiden cedera pemain sepak bola terjadi pada ekstremitas bawah (tungkai). Dari 87% tersebut, sekitar 33% kasus cedera terjadi pada ekstremitas bawah, menyerang bagian paha pemain.
Masih berdasarkan data UEFA.com, cedera otot masih menjadi masalah besar bagi pemain sepak bola dengan angka kejadian mencapai 55% dari total cedera di ajang UEFA EURO 2016. Ironisnya angka cedera otot terus mengalami peningkatan dalam setiap ajang EURO.
Otot dan tulang adalah dua bagian tubuh yang paling berperan saat manusia bergerak. Bagi pemain sepakbola, otot bagian paha memiliki peran cukup penting selama bermain 90 menit. Hal inilah yang membuat cedera otot paha merupakan cedera yang paling sering terjadi.
Mari kita pahami lebih dalam komponen yang ada pada bagian paha. Dalam orthoinfo.aaos.org dijelaskan bahwa paha memiliki 3 kelompok otot besar yaitu Hamstring (belakang paha), Quadriceps (depan paha), dan otot adduktor pada bagian dalam. Hamstring dan quadriceps adalah kelompok otot yang sering cedera karena mereka dibutuhkan untuk memfasilitasi gerakan dengan intensitas tinggi seperti berlari, melompat, dan mengubah arah. Selain itu dua kelompok otot ini juga sangat rawan karena keduanya melintang dari sendi panggul dan lutut.
Dari kedua kelompok otot paha di atas, hamstring menjadi otot yang paling sering mengalami cedera. Howard J. Luks, MD, dalam artikelnya pada 5 November 2016, mengatakan bahwa kasus cedera hamstring menjadi kasus yang paling sering terjadi dalam sepak bola dengan angka kejadian mencapai 40%. Bernard Duvivier (dkk, 2019) juga memaparkan pada penelitian di Liga Australia, yang mana kasus cedera hamstring terus mengalami peningkatan hingga 71% dari musim 2003 hingga 2012.
Tak hanya itu, rata-rata pemain harus beristirahat setidaknya 14 hari jika mengalami cedera hamstring dan rata-rata klub liga Australia harus mengeluarkan sekitar 250.000 Euro untuk perawatan cedera hamstring. Dari ajang UEFA EURO 2016, terdapat 3 pemain yang harus merelakan caps tim nasional mereka dikarenakan cedera hamstring yang menjadikan kasus cedera hamstring menjadi kasus yang paling sering terjadi pada kompetisi tersebut.
Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ini? Menurut penelitian Ross A Clark (2008) dikatakan bahwa ada beberapa langkah untuk mencegah cedera hamstring.
Meningkatkan fleksibilitas pada otot hamstring dapat dijadikan salah satu upaya untuk menurunkan risiko cedera hamstring. Kurangnya fleksibilitas pada otot dan tendon hamstring mengakibatkan penurunan kemampuan otot dan tendo untuk berkontraksi dengan cepat dan kuat sehingga meningkatkan risiko cedera.
Meningkatkan keseimbangan tulang belakang juga dapat mengurangi risiko cedera hamstring. Saat postur tubuh tidak dalam keadaan ideal (terlalu membungkuk ke depan contohnya) mengakibatkan hamstring bekerja dengan sangat berat untuk memproduksi gaya yang secara otomatis akan meningkatkan risiko cedera hamstring itu sendiri.
Menghindari kelelahan juga harus menjadi perhatian. Saat pemain harus bertarung dalam posisi kelelahan, kontrol terhadap gerakan tentu akan terus mengalami penurunan. Hamstring yang merupakan salah satu kelompok otot yang memfasilitasi keseimbangan di ekstremitas bawah tentu akan bekerja dua kali lebih berat jika pemain sering kehilangan kontrol terhadap gerakannya.
Untuk menurunkan risiko cedera, atlet harus memastikan bahwa rasio kekuatan antara hamstring dan quadriceps harus ideal. Menurut Ross A Clark (2008) dikatakan bahwa hamstring setidaknya harus mampu memproduksi gaya sebesar >60% lebih besar dibanding gaya yang dapat diproduksi quadriceps untuk mencegah cedera hamstring.
Keselamatan adalah yang utama dalam hal apapun. Memastikan pemain untuk terhindar sejauh mungkin dari cedera tentu harus menjadi aspek yang diutamakan oleh pemain itu sendiri, pelatih, dan tentunya klub.
Komentar