Dalam konteks olahraga tim seperti sepakbola, pemain selalu menjadi pribadi yang bersosialisasi dengan lingkungan. Bertemu dengan rekan satu tim, menjalin komunikasi dengan pelatih, agen, hingga fans. Saat pandemi covid-19 menyerang seluruh belahan dunia, yang mana pemain harus mengisolasi diri dan kompetisi dihentikan tentu akan memberikan dampak kepada faktor psikis pemain.
Menurut Dr. Nicole Detling dalam deseret.com kondisi ini (pandemi dan dihentikannya kompetisi) sama beratnya seperti saat atlet mendapatkan cedera dan harus mengakhiri musim lebih dulu. Masalahnya, ini terjadi kepada semua pemain. Saat kita menderita cedera, mungkin kita masih bisa ikut berpartisipasi di ruang ganti dan tetap bersosialisasi dengan rekan satu tim yang bisa sedikit memberikan semangat. Dalam kondisi ini tidak.
Benar saja. Berdasarkan data Professional Footballers Australia (PFA) sekitar 77% pesepakbola pria dan wanita di Australia merasa khawatir dengan karir mereka. Lebih dari itu, 58% dari pemain A-League dan W-League mengalami gejala kegelisahan, dan 45% pemain mengalami gejala depresi.
Dalam pernyataannya kepada Guardian Australia, Matt Simon yang merupakan striker klub Central Coast Mariners mengatakan bahwa hal yang paling berat di kondisi ini adalah tentang ketidakpastian soal kompetisi dan gaji. Selain itu, perubahan rutinitas yang biasanya selalu bersama teman satu tim dan berlatih setiap hari, tapi kini harus berhenti dan berdiam diri di rumah juga menjadikan tantangan mental.
Bermain dalam level tertinggi memang banyak memberikan dampak buruk terhadap psikologis. Faktor tekanan dari fans, sosial media, dan target pribadi untuk mencapai level tertentu sering memberikan beban terhadap kesehatan mental pemain. Namun menurut Karen Nimmo seorang Psikolog dari Wellington Clinical Psychologist dikatakan bahwa justru hal yang paling berat bagi atlet adalah saat mereka tidak bermain atau berkompetisi. Nimmo menambahkan, “atlet adalah pribadi yang sangat berorientasi terhadap target. Sehingga kondisi ditunda maupun dihentikannya kompetisi seperti ini akan berdampak pada kesehatan mental atlet.
Lalu apa yang bisa pemain lakukan untuk mengatasi tantangan psikis saat kompetisi ditunda?
Menurut Dr. Tadgh Maclntyre, dan beberapa ahli psikologi dari University of Limerick ada beberapa langkah yang dapat digunakan oleh atlet untuk mengatasi tantangan psikologis di tengah dihentikannya kompetisi. Pertama adalah dengan menjaga hubungan sosial dengan teman satu tim, pelatih, atau teman pemain sepakbola yang lain. Langkah tersebut mungkin dapat membantu pemain untuk menyadari kondisi yang sedang terjadi dan secara perlahan pemain akan mampu menghadapi tantangan psikis di dalam dirinya.
Kedua adalah dengan menyempatkan diri untuk berlatih di luar ruangan terutama dengan setting alam. Langkah ini terbukti efektif untuk menekan angka kegelisahan akibat isolasi di rumah.
Dr. Tadgh Maclntyre juga merekomendasikan atlet untuk belajar skill yang lain di luar dunia olahraga yang selama ini mereka tekuni. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kekuatan mental dan menghindarkan atlet dari stres.
Recovery juga penting dilakukan di tengah pandemi seperti ini. Tidur yang cukup, menyediakan waktu untuk relaksasi, mengkonsumsi makanan sehat, dan kembali bermain dengan hobi, menurut Dr. Tadgh Maclntyre dapat membantu atlet untuk mengatasi stres.
Komentar