Pola 4-1-4-1 Arsenal yang Belum Maksimal

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Pola 4-1-4-1 Arsenal yang Belum Maksimal

Sebelum bertandang ke Villa Park, kandang Aston Villa, pada akhir pekan ini (20/9),  Arsenal ditekuk Borussia Dortmund dengan skor 2-0 pada kompetisi Liga Champions. Selain menjadi kekalahan pertama Arsenal pada musim ini, kekalahan tersebut menyisakan beberapa persoalan yang tampaknya harus mendapat perhatian serius oleh sang manajer, Arsene Wenger.

Kekalahan Arsenal atas Dortmund itu sepertinya cukup membuat frustasi para pendukungnya. Bagaimana tidak, Arsenal yang sebelum liga dimulai digadang-gadang menjadi kandidat kuat peraih trofi juara Premier League, apalagi setelah memukul telak Manchester City pada laga Community Shield, performa The Gunners belum lagi menunjukkan kualitas terbaik mereka.

Faktornya bervariasi. Dimulai dari badai cedera yang menghampiri, Ozil yang kini bermain lebih melebar, atau tak adanya gelandang bertahan tangguh yang memaksa Mikel Arteta menjadi defensive midfielder. Namun rasanya masalah utama dari kurang maksimalnya performa Arsenal adalah masih beradaptasinya skuat asuhan Arsene Wenger ini dengan formasi 4-1-4-1.

Formasi ini mungkin tak asing bagi Arsenal karena pada musim lalu pun formasi ini kerap dipakai. Namun hanya sebagai formasi alternative, terlebih ketika Ozil dan Rosicky mengalami cedera. Tak adanya pemain no. 10 lain memaksa Wenger bermain dengan 4-1-4-1 yang dalam prakteknya bisa berubah menjadi 4-3-3.

Pada musim ini, 4-1-4-1 telah menjadi formasi utama Arsenal. Sejak kalah oleh Monaco dalam Emirates Cup, turnamen pra-musim Arsenal, pola 4-1-4-1 mulai reguler dipakai sejak menit pertama.

Tujuan pemakaian formasi tampaknya tak lain dan tak bukan untuk memasang Aaron Ramsey dan Jack Wilshere secara bersamaan. Dengan Mikel Arteta yang berstatus sebagai kapten, maka tiga gelandang tengah ini pun selalu dimainkan sejak menit pertama dengan Arteta sebagai holding midfielder dan Wilshere dan Ramsey sebagai box-to-box.

Namun dengan skema seperti ini, permainan Arsenal masih belum padu. Mereka pun hanya menang dua kali dalam tujuh pertandingan terakhir. Kemenangan yang diraih pun didapatkan dengan susah payah (vs Crystal Palace 2-1 dan Besiktas 1-0).

Ketidakberdayaan Arsenal melawan Dortmund beberapa waktu lalu, semakin menunjukkan bahwa pola 4-1-4-1 Arsenal ini masih belum bisa diterapkan dengan baik. Apalagi dengan pressing yang terus-menerus diberikan para pemain Dortmund yang membuat Arsenal hanya melepaskan lima tembakan sepanjang pertandingan.

Efektifitas formasi 4-1-4-1 pun kembali dipertanyakan. Apakah para pemain benar-benar nyaman dengan pola ini? Apakah formasi ini bisa mengeluarkan potensi terbaik para pemain Arsenal?

Saya berpendapat formasi ini tak begitu nyaman dimainkan para penggawa Arsenal, khususnya para pemain bertahan. Hal ini pun diamini Aidan Gibson, seorang penulis kolom khusus Arsenal di situs SB Nation. Ia menilai lini pertahanan Arsenal saat ini tak setenang musim lalu ketika mendapat serangan.

Ketika para pemain belakang menguasai bola, hanya DM mereka (biasanya Arteta) yang mendekati pemain yang menguasai bola, sementara dua gelandang tengah lain cenderung ditempatkan lebih ofensif. Hal ini mebuat para pemain bertahan tak memiliki opsi banyak untuk memberikan umpan ketika mendapatkan tekanan dari lawan.

Selain itu, pola ini pun membuat beberapa pemain menempati posisi yang tak ideal bagi mereka. Selain Arteta yang sejatinya seorang central midfielder murni yang dimainkan sebagai DM, Ozil pun yang biasanya ditempatkan sebagai pemain no.10 kini ditempatkan lebih melebar. Bukan posisi yang asing bagi Ozil memang, karena kala membawa Jerman menjuarai Piala Dunia Ozil pun ditempatkan sebagai pemain sayap. Tapi yang jelas, performa Ozil saat ini tak sebaik performa Ozil kala bermain sebagai gelandang serang di belakang penyerang atau dengan kata lain, skema 4-1-4-1 Wenger tak sesuai dengan Ozil.

Lalu bagaimana caranya agar Arsenal bisa kembali menemukan performa terbaiknya? Rasanya Wenger perlu lebih fleksibel dalam penggunaan formasi. Perubahan taktik perlu dilakukan seperti yang dilakukan kala melawan Dortmund di mana pada 15 menit terakhir pola 4-2-3-1 sempat digunakan, dan Arsenal berhasil keluar dari tekanan. Beberapa laga sebelumnya, Wenger selalu enggan untuk mengubah formasinya di tengah-tengah laga.

Wenger pun perlu berani membangku cadangkan Ozil dan lebih memilih Santi Cazorla sebagai winger kiri. Dibanding Ozil, Cazorla lebih fasih berada di posisi tersebut karena pada musim lalu ia sering ditempatkan sebagai winger kiri pada formasi 4-2-3-1.

Selain Cazorla, Flamini pun perlu mendapatkan kepercayaan lebih untuk menempati posisi DM. Saat melawan Everton, Flamini yang medapat tempat utama karena Arteta mengalami cedera, bermain cukup lugas. Selain itu, Flamini memang seorang pemain DM. Setidaknya ia lebih paham dan lebih berpengalaman bermain pada posisi ini ketimbang Arteta.

Lini pertahanan dan lini tengah memang menjadi hal yang paling disoroti dalam skuat Arsenal. Karena, jika kedua lini ini berhasil diperbaiki, bukan tidak mungkin lini penyerangan Arsenal bisa tampil lebih baik karena serangan yang dibangun dari lini pertahanan bisa lebih terorganisir.

Komentar