Dalam sejumlah artikel yang kami tulis, Mesut Oezil tak akan dapat menunjukkan penampilan terbaiknya, jika terus dipaksa bermain sebagai winger. Pekan lalu, kala Arsenal mengandaskan Aston Villa, peran Oezil terbilang menonjol. Ia mencetak satu gol serta satu assist.
Benarkah ini karena Oezil ditempatkan sebagai gelandang tengah?
Dalam pertandingan menghadapi Aston Villa, Oezil ditempatkan sebagai gelandang serang yang diapit Alex Oxlade-Chamberlain dan Santi Cazorla. Aaron Ramsey sendiri berduet dengan Mikel Arteta sebagai poros ganda dalam formasi 4-2-3-1.
Susunan pemain ini terbilang mengejutkan karena Wenger tak menurunkan Alexis Sanchez yang selalu tampil dalam empat pertandingan terakhir Premier League.
Dengan ditempatkan di tengah, Oezil dapat berkreasi lebih banyak ketimbang menyisir sayap atau menekan lewat satu sisi. Peran Oezil sebenarnya amat terbantu oleh pergerakan Welbeck yang selalu membuka ruang ataupun menarik bek lawan.
Sebenarnya, ada jarak yang lebar antara Welbeck dengan gelandang Arsenal. Welbeck kerap berdiri sendirian di garis depan. Namun, saat Arsenal menyerang, Welbeck bergerak menjemput bola. Ini yang membuat bek lawan yang menjaganya ikut naik mengikuti Welbeck.
Inilah yang terjadi pada dua gol Arsenal ke gawang Brad Guzan.
Dalam grafis di atas terlihat bagaimana Ciaran Clark dan Philipe Sanderos tidak memberikan pengawalan yang sepatutnya pada Oezil yang bergerak dari tengah. Ini yang membuat tekanan yang dilakukan Tom Cleverly berakhir anti klimaks. Sebelum mencapai sasaran, Welbeck telah melepaskan umpan di antara Clark dan Sanderos.
Oezil pun berdiri pada posisi yang sempurna. Dalam sebuah serangan balik, ia berdiri lebih tinggi ketimbang Welbeck yang berposisi sebagai striker. Hal ini akan sulit terjadi andai Oezil disimpan sebagai winger dengan keleluasaan pergerakan yang minim.
Gol kedua tak lepas dari pergerakan Oezil yang menuju sisi lapangan. Welbeck dengan cerdik melepaskan bola dan berlari menuju area tengah kotak penalti. Dari luar kotak penalti, Oezil mengirimkan umpan silang yang tidak bisa dijangkau dua bek Aston Villa yang bergerak terlambat.
Dari kenyataan itulah, dalam posisinya sebagai gelandang serang, membuat Oezil memiliki keleluasaan lebih kala membuka peluang. Ini yang seharusnya dapat dimanfaatkan Wenger agar Oezil menunjukkan kemampuannya sebagai âSi Raja Assistâ seperti yang ia lakukan kala bermain untuk Real Madrid.
Diincar Bayern Munich
Menurut The Guardian, raksasa Bundesliga, Bayern Munich dikabarkan siap memboyong gelandang kelahiran Jerman tersebut. Mereka telah menyiapkan 42,5 juta pounds agar Oezil bisa merumput di Allianz Arena. Jika lancar, transfer tersebut akan dilakukan pada bursa transfer Januari mendatang.
Bayern sebenarnya memiliki barisan gelandang mumpuni, bahkan bisa dibilang kalau mereka kelebihan pemain berkualitas yang mampu mengisi lini tengah. Namun, problem cedera yang mendera skuat Bayern, membuat Die Rotten harus berjuang ekstra.
Belum lagi formasi 3-4-3 yang diusung Bayern tampaknya masih belum padu. Xabi Alonso dapat berperan layaknya Javi Martinez pada musim lalu. Ia tampil begitu padu untuk menjadi tembok bersama tiga bek Bayern lainnya.
Kami akan coba mengulas bagaimana peranan Oezil di posisi yang nantinya akan ia emban, dengan mengandaikan dia serius diincar oleh Bayern, dengan mengesampingkan pemain dengan posisi sama di Bayern.
3-4-1-2
Sebelum Bundesliga digelar, Pep berujar akan mencoba menggunakan formasi tiga bek. Dalam formasi ini, jantung pertahanan Bayern akan diisi Javi Martinez yang tampil mengesankan dalam partai final DFB Pokal musim lalu.
Namun, karena Martinez didera cedera dan baru pulih pada Januari mendatang, Pep memutar otak. Ia pun menerapkan formasi 3-4-1-2 ketimbang 3-4-3 dalam pertandingan pertama Bundesliga menghadapi Wolfsburg. Kala itu, Mario Goetze diplot sebagai gelandang serang.
Jika Oezil masuk dan Martinez telah pulih, formasi 3-4-1-2 bisa menjadi pilihan. Saat menyerang, Oezil bisa melakukan penetrasi ke sisi kanan pertahanan lawan. Sementara itu, Lewandowski bergerak ke tengah, dan Mueller/Shaqiri melebar dengan bermain di kanan. Sisi kiri serangan Bayern akan lebih lemah, karena Juan Bernat lebih kuat dalam bertahan, karena posisi aslinya sebagai fullback.
Saat menyerang, sisi kanan Bayern akan menjadi senjata mematikan. Perpaduan Robben dan Mueller/Shaqiri, tak akan henti mengeksploitasi pertahanan lawan.
Saat diserang melalui serangan balik, Xabi Alonso memegang peranan vital. Ia bermain sejajar dengan tiga bek Bayern, dengan Boaten yang bermain lebih melebar, untuk mengamankan sisi kanan.
4-2-3-1
Formasi ini sebenarnya sama seperti yang diterapkan Wenger di Arsenal, pada laga menghadapi Aston Villa. Bedanya, sang ujung tombak, Robert Lewandowski, memiliki gaya yang berbeda jika dibandingkan dengan Danny Welbeck.
Lewandowski lebih sering terlibat duel dengan bek lawan, ketimbang mundur dan menjemput bola guna membuka ruang. Pergerakannya lebih sering ada di area kotak penalti.
Hal ini dapat terpecahkan lewat pergerakan Mueller dan Robben di kedua sisi. Robben dapat langsung menusuk lewat kecepatannya, sementara Mueller dapat menyokong pergerakan Oezil dengan membuka ruang.
Jika formasi ini yang diterapkan, agaknya kita akan melihat lebih banyak umpan terobosan ketimbang umpan silang, seperti yang ia perlihatkan ketika menyisir sayap di Arsenal.
Namun, melihat skuat yang ada saat ini, sebuah keganjilan bagi Bayern untuk kembali menambah stok gelandang bertahan. Meskipun rumor (walau ditulis oleh The Guardian), kita harus siap untuk melihat segala perubahan yang ada.
Komentar