Kesebelasan kecil bernama Stade Malherbe Caen Calvados tengah berupaya mempertahankan eksistensinya di Ligue 1 2014/2015. Supaya tetap bertahan di divisi tertinggi liga Prancis tersebut, mereka harus mengerahkan semua kemampuan dan potensi yang dimilikinya, tak terkecuali memastikan N'Golo Kante terus memperlihatkan kinerja maksimal.
Caen mengakhiri putaran 1 dengan terjerembab di dasar klasemen. Namun semuanya berubah di putaran 2. Ya, sejak putaran kedua dimulai pada pekan pertama Januari 2015, mereka bermain sangat baik. Dari delapan laga putaran kedua, kesebelasan yang berdiri pada 17 November 1913 ini berhasil meraih enam kemenangan, satu seri dan hanya satu kali kalah.
Alhasil, posisi mereka pun merengsek naik. Dari yang tadinya berada di posisi buncit di akhir putaran pertama, kini mereka sudah berada di peringkat 12 dari total 20 peserta Ligue 1. Jika poin di hitung per Januari, Caen adalah pemuncak klasemen sementara.
Sebelumnya tidak ada yang mengetahui jerih payah N'Golo Kanté dalam menggalang lini tengah Caen. Namanya di Ligue 1 masih kalah tenar dibanding gelandang Prancis lain seperti Yohan Cabaye, Morgan Schneiderlin, atau Francis Coquelin yang sedang meroket bersama Arsenal saat ini.
Akan tetapi perannya sebagai peredam serangan lawan sangat krusial guna memudahkan kerja empat rekannya di lini belakang. Kuartet lini belakang yang diisi Damien Da Silva, Jordan Adeoti, Dennis Appiah dan Emmanuel Imorou, tugasnya lebih dimudahkan oleh kekohaan Kante melindungi pertahanan sejak lini tengah.
Serangan lawan dari tengah harus rela pupus lebih cepat ketika menghadapi Kante. Dirinya merupakan gelandang bertahan yang dilengkapi kemampuan tekel dengan sangat baik.
Rasio tekel bersihnya merupakan yang tertinggi di Eropa saat ini. Kante melancarkan 115 tekel bersih dari 338 yang dilakukannya dengan rataan kesuksesan sebesar 54% dari 27 laga yang sudah dilakoninya. 5,1 tekel per laganya ini unggul cukup jauh dengan Gelson Fernandez, gelandang Rennes, sebagai pembuat tekel bersih kedua tertinggi di Ligue 1 dengan rataan 4,3 tekel per laga.
Nemanja Matic pun masih kalah jauh dengan rasio tekel Kante. Gelandang bertahan Chelsea itu melakukan 3,8 tekel bersih per laga. Rasio tekel Allan di Liga Italia juga masih dikalahkan Kante karena melakukan tekel bersih hingga 4,6 setiap Udinese berlaga.
Kami secara rutin menurunkan laporan, ulasan dan cerita-cerita dari sepakbola Prancis. Jika anda menyukai sepakbola Prancis, silakan menelusurinya di sini:
Dengan capaian itu, Kante tentu saja amat diandalkan kemampuannya merebut bola. Menetralisir lini tengah dari serangan lawan sebelum masuk ke sepertiga akhir wilayah kesebelasannya. Ini kerja yang keras, bahkan kadang terlihat kotor. Tak mengherankan jika ia sudah menerima empat kartu kuning dan satu kartu merah hingga pekan ke-28 ini.
Tapi, bukankah itu jumlah kartu yang masih bisa dibilang wajar untuk disebut kotor, bukan?
Jangan heran jika Konte hanya membuat rataan 1,6 pelanggaran per laga. Jumlah itu bahkan membuatnya tidak masuk dalam 30 pemain dengan aksi pelanggaran terbanyak di Ligue1. Cukup bersih, bukan, untuk pemain dengan rataan tekel tertinggi?
Tren sepakbola sekarang sangat mengandalkan lini tengah sebagai tembok pertama. Selain tekel, seorang gelandang yang bertugas melindungi pertahanan mesti memperbaiki kemampuannya dalam memotong umpan (intersep). Memotong umpan menjadi kemampuan yang mutlak dimiliki seorang gelandang bertahan. Dengan memotong umpan, ia bukan hanya berhasil menghentikan dan memindahkan penguasaan bola lawan, tapi juga menghindarkan dirinya dari resiko melakukan pelanggaran yang bisa berbuah hukuman.
Dan lagi-lagi Kante punya kemampuan yang baik dalam hal memotong umpan. Dalam 28 laga Ligue 1 yang dilakoninya, selain sanggup melancarkan tekel bersih dengan rasio 5.1 kali per laga, ia juga punya kemampuan memotong umpan. Sebanyak 76 potongan umpan berhasil ia lakukan, dengan rataan 2.8 potongan umpan per laga.
Selain kemampuan bertahan yang baik, Kante juga dilengkapi kontrol serangan cukup mumpuni. Ia cukup mahir melepaskan umpan-umpan kedepan yang berbuah 31 umpan kunci dan satu asist. Dia merupakan pemain dengan rataan umpan tertinggi di Caen dan pemain Caen dengan rataan membuat umpan kunci nomer dua di Caen, kalah tipis dari Julien Feret yang mencapai 1,9 umpan kunci per laga.
Simak juga rataan umpan terobosan yang dibuatnya. Dia masuk 10 besar pemain Ligue1 yang paling sering membuat umpan terobosan, mencapai 0,3 umpan terobosan per laga. Pembuat umpan terobosan terbanyak adalah Dimitri Payet dengan rataan 0,6 umpan terobosan per laga.
Kami sudah mengulas kinerja Dimitri Payet. Ia gelandang dengan jumlah asist, umpan kunci, crossing sukses dan umpan terobosan terbanyak di Ligue 1. Simak ulasannya:Payet, Gelandang Serba Bisa yang Berkembang Karena Skema Marcelo Bielsa
Kemampuannya dalam menggiring bola juga cukup oke. Kante sanggup melakukan 40 kali melewati lawan dari 102 percobaannya dengan rataan 56%, dari 1,5 dribel sukses perlaga. Ia hanya kalah tipis dari Emiliano Sala, penyerang Caen dari Uruguay, yang rataan dribel suksesnya mencapai 1,6 per laga.
Akan tetapi sayang ia lemah dalam duel udara. Maka ia sering kalah dalam perebutan bola pertama di tengah. Selama ini Kante cuma memenangkan 14 kali duel udara dan 47 kali mesti mengalah kepada lawan. Agak bisa dimengerti mengingat tingginya hanya 169 cm -- bukan postur yang tinggi untuk ukuran Eropa.
Simak juga:Mengenal Bagaimana Cara Gelandang Bertahan Bertubuh Mungil Bekerja
Kendati demikian, pertempuran di daratan pemain kelahiran Baie-Mahault Prancis ini masih belum tergantikan. Tekel, intersep, menggiring bola, sampai mengumpan, dia salah satu yang terbaik di Caen.
Pemain kelahiran Caen, namun berdarah Mali ini, memulai karirnya di sepakbola junior bersama di JS Suresnes, sebelum pindah ke US Boulogne. Pada kesebelasan keduanya itukah Kante semakin terasah. Ia dipromosikan ke skuat senior pada 2011 dan debut profesionalnya dimulai di Ligue 2 pada 18 Mei 2012.
Musim perdananya itu ia harus menelan pil pahit karena terdegradasi ke Championnat National, divisi ketiga liga Prancis. Akan tetapi di kompetisi tersebut Kante justru menunjukan potensinya. Dari 37 laga, ia membuktikan sebagai pemain potensial. Dari situlah ia diangkut Caen berlaga di Ligue 2 pada 2013/2014.
Dari 38 pertandingan di Ligue 2, ia berjasa membawa Caen promosi ke Ligue 1 2014/2015. Kemampuannya pun semakin melejit dalam menjaga konsistensi kesebelasan yang berdiri sejak 17 November 1913 ini. Para anak asuh Patrice Garande tersebut memang mengakhiri putaran pertama ligue 1 di posisi buncit. Akan tetapi pelan-pelan Caen mampu merangkak dan menghindari zona degradasi sejak putaran kedua bergulir.
Simak juga :Caen, Kesebelasan Kurcaci yang Melejit di Putaran Kedua Ligue 1
Dengan kemampuannya menggalang pertahanan dari luar kotak penalti, namanya mulai terendus kesebelasan lain. Kini ia memiliki harga pasar sebesar 2 juta poundsterling dan siap digelontorkan Napoli dan Olympique de Marseille. Apalagi usianya baru 23 tahun.
Bukan tidak mungkin daftar minat kesebelasan lain semakin bertambah jika permainannya terus konsisten. Peluang untuk dipanggil ke tim nasional Prancis untuk Euro 2016 masih terbuka lebar.
Komentar