Tak ada yang menyangka dengan performa SS Lazio pada paruh kedua musim 2014/2015. Dari 12 pertandingan, delapan kemenangan dan satu seri ditorehkan skuat berjuluk Biancoceleste ini. Saat tulisan ini dibuat, Lazio tengah menorehkan tujuh kemenangan secara beruntun di Serie A.
Atas konsistensi performanya ini, Lazio pun merangsek ke peringkat tiga klasemen dan mulai mengganggu AS Roma yang mengalami penurunan performa. Dua kesebelasan asal kota Roma ini pun akan terus bersaing untuk memperebutkan peringkat kedua hingga akhir musim karena hanya terpaut satu poin, Juventus di puncak klasemen unggul 15 poin atas Lazio.
Baca juga: Kemarahan Curva Sud dan Pengaruhnya Pada AS Roma
Stefano Pioli yang baru menjadi pelatih Lazio pada awal musim ini tentu saja berperan besar atas performa gemilang yang ditunjukkan Lazio musim ini. Ia berhasil mendatangkan sejumlah pemain berkualitas yang bisa menyempurnakan permainan Lazio.
Di lini pertahanan, kehadiran Dusan Basta yang dipinjam dari Udinese dan Stefan de Vrij, eks Feyenoord yang masuk dalam All-Star Piala Dunia 2014, membuat Lazio menjadi salah satu kesebelasan dengan pertahanan kuat. Dari 29 penampilan, Lazio hanya kebobolan 28 gol, kedua terbaik di Serie A setelah Juventus.
Lazio menjadi kesebelasan dengan rata-rata tekel dan intersep tertinggi per pertandingan. Tekel Lazio mencapai 21,1 kali per pertandingan, sementara intersep mencapai 19,6 kali per pertandingan. Basta menyumbang 2,4 tekel dan De Vrij 1,9 tekel. De Vrij sendiri menjadi pemain Lazio dengan rata-rata intersep tertinggi (3,8) dan Basta berada di urutan ketiga dengan 3,2 intersep per pertandingan.
Soal memasukkan, Lazio pun tampil sebagai kesebelasan Serie A dengan jumlah gol tertinggi kedua. 54 gol yang dicetak Miroslav Klose dkk hanya kalah tiga gol dari Juventus yang menjadi kesebelasan paling agresif dalam urusan mencetak gol.
Kehadiran Marco Parolo di lini tengah menjadi kunci Lazio mampu melesakkan banyak gol. Gelandang yang musim lalu mengantarkan Parma menempati posisi enam di akhir klasemen, menyumbang tujuh gol dan dua asist. Torehan golnya ini hanya kalah dua gol dari Klose dan Felipe Anderson yang menjadi pencetak gol terbanyak Lazio dengan sembilan gol.
Baca juga beberapa artikel kami tentang kemunduran Parma:Menyambut Kelahiran Baru Parma Sebagai Kesebelasan Amatir
Mereka yang Tak Menghendaki Parma Bangkit dari Krisis
Si Bengal yang Ingin Menyelamatkan Parma
Di lini depan, Pioli tak lagi hanya mengandalkan Klose sebagai ujung tombak. Filip Djordjevic yang didatangkan secara gratis dari Nantes, kerap menjadi pilihan utama eks pelatih Bologna ini dalam urusan mencetak gol. 14 kali bermain sejak menit pertama dan enam kali tampil sebagai cadangan, penyerang asal Serbia ini menyumbang tujuh gol.
Kehadiran para pemain baru Lazio ini menyempurnakan formasi 4-3-3 skuat berlogo elang tersebut. Parolo, menjadi partner yang pas bagi Lucas Biglia yang menjadi pemutus serangan lawan di tengah. Dua pemain ini membuat sang kapten, Stefano Mauri, lebih leluasa dalam membantu serangan. Di usianya yang telah mencapai 35, musim ini Mauri mengemas delapan gol, dua kali lipat dari jumlah golnya musim lalu.
Pada era Eduardo Reja, pelatih Lazio sebelum Pioli, Mauri hanya bermain sebanyak 12 kali. Reja lebih mempercayakan lini tengah pada Biglia, Cristian Ledesma dan Hernanes. Sedangkan Pioli, sering memarkir Ledesma untuk memainkan Parolo dan memasang Mauri di lini tengah karena tak adanya Hernanes yang hengkang ke Inter Milan.
Pioli tak mengandalkan penyerang sebagai pencetak gol utama. Lazio di bawah kepemimpinan Pioli benar-benar bermain sebagai tim. Klose atau Djordjevic sebagai penyerang tengah ditugaskan untuk membuka ruang bagi Mauri, Anderson, atau Antonio Candreva dari lini kedua. Kemampuan Klose yang bisa menjadi pembagi bola pun membuatnya menorehkan lima asist.
Pioli memang menjadi sosok penting di balik keberhasilan Lazio musim ini. Kini Lazio telah berada di jalur yang benar untuk meraih prestasi terbaik dalam 10 tahun terakhir. karena tampaknya, Lazio akan mengakhiri Serie A musim ini dengan tiket Liga Champions dalam genggaman, entah itu tiket otomatis ke babak grup ataupun tiket babak play-off.
Musim 2014-2015 hingga pekan ke-29
Belum lama ini, Lazio berhasil memastikan diri untuk berlaga di babak final Coppa Italia, menghadapi Juventus yang mengalahkan Fiorentina, setelah berhasil mengandaskan perlawanan Napoli. Ini kian membuktikan bahwa Pioli benar-benar menjadikan Lazio sebagai salah satu kesebelasan terkuat Italia setelah Juventus. Musim depan, bukan tak mungkin mereka akan menjadi penantang serius dalam perebutan gelar juara Serie A.
Komentar