Sabtu, 5 Maret 2016, nantinya akan tercatat sebagai hari terburuk bagi Bayern München di Bundesliga 2015/16. Hari di mana kemunduran mereka dimulai. Titik balik kegagalan Bayern meraih gelar juara Bundesliga di musim terakhir era Pep Guardiola. Dengan kata lain: titik balik keberhasilan Thomas Tuchel menjuarai Bundesliga di musim pertamanya sebagai pelatih kepala Borussia Dortmund.
Prediksi ini menyimpan peluang keliru yang besar. Terlepas dari itu, der Klassiker edisi terbaru adalah titik balik perburuan gelar juara Bundesliga musim ini. Momen yang menentukan, baik untuk Dortmund maupun Bayern.
Der Klassiker terbaru, pada pekan kedelapan Bundesliga 2015/16, adalah cerita lama. Dortmund kalah besar hari itu, 1-5. Dortmund tertinggal tujuh poin di belakang Bayern karenanya. Kekalahan yang memalukan, memang. Namun ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Dortmund menggila sejak kekalahan tersebut. Dari pekan kesembilan hingga ke-24, jumlah poin yang mereka kumpulkan lebih banyak dari tim mana pun; termasuk Bayern. Perlahan tapi pasti selisih tujuh angka terpangkas dengan pasti. Kini Dortmund hanya berjarak lima poin dari Bayern. Keduanya akan terpaut selisih yang lebih kecil jika Dortmund memenangi pertandingan nanti malam. Perburuan gelar juara akan menjadi lebih menarik jika Dortmund menang.
Semangat Dortmund sedang tinggi. Begitu juga dengan kepercayaan dirinya. Die Schwarzgelben memenangi tujuh pertandingan terakhir mereka secara berturut-turut. Rekor kandang Dortmund musim ini paling baik sepanjang sejarah.
Kondisi terkini juga membantu Dortmund. Mereka hanya kehilangan Sokratis Papastathopoulos sedangkan Bayern sudah pasti bermain tanpa Holger Badstuber dan Jérôme Boateng yang cedera serta Javi MartÃnez yang masih menjalani latihan ringan sebagai bagian dari proses penyembuhan yang harus ia jalani.
Tuchel bisa menangani ketiadaan Sokratis dengan mudah, sementara Pep tidak memiliki pemain lain yang bisa menjalankan peran Boateng (kreator serangan dari lini belakang) dan Javi MartÃnez (pemegang peran kunci dalam perubahan formasi ketika permainan sedang berlangsung).
Dengan kedalaman skuat yang baik, Tuchel mempersiapkan Dortmund dengan baik untuk pertandingan ini. Ia mengistirahatkan Marco Reus, Henrikh Mkhitaryan, dan Shinji Kagawa dalam pertandingan tengah pekan. Pep tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang sama.
Dengan cederanya Badstuber dan Boateng serta Javi MartÃnez, Pep tampaknya akan mempercayakan jantung pertahanan kepada Joshua Kimmich dan Mehdi Benatia. David Alaba sebenarnya juga kompeten sebagai bek tengah, namun memainkannya di posisi tersebut akan membuat sisi kiri serangan Bayern menjadi lemah.
Bayern tiga kali kalah musim ini. Oleh Arsenal, Borussia Mönchengladbach, dan FSV Mainz. Ketiganya memiliki satu kesamaan gaya main: rapat dan mengancam lewat serangan balik. Ini bukan gaya main Dortmund namun peluang menang mereka akan lebih besar dengan cara ini. Bermain terbuka melawan Bayern adalah bunuh diri.
Dengan kata lain, Dortmund tidak bisa menjadi diri sendiri untuk menang. Banyak kesebelasan kerepotan melawan Dortmund karena mereka memaksimalkan positioning bukan hanya untuk menguasai bola namun juga untuk menciptakan peluang. Cara yang sama tidak akan mempan melawan Bayern. Dortmund bisa menang dengan positioning karena Tuchel mengajarkannya kepada para pemain Dortmund. Tuchel bisa mengajarkannya karena ia belajar dari Pep. Bayern berada di posisi yang lebih menguntungkan.
Dan Bayern berada di posisi yang lebih menguntungkan bukan semata karena Pep. Di lapangan, jumlah pemain Bayern yang dengan baik memahami positioning lebih banyak dari pemain Dortmund. Philipp Lahm dan David Alaba adalah dua dari empat besar pemilik pemahaman terbaik tentang positioning di Bayern. Dua lainnya adalah Javi MartÃnez dan Thomas Müller. Dalam pertandingan nanti, Müller akan banyak berhadapan dengan salah satu pemilik pemahaman positioning terbaik di Dortmund, Julian Weigl. Kemenangan Müller atas Weigl akan menempatkan Bayern di posisi yang lebih menguntungkan.
Yang juga penting selain positioning adalah konsentrasi. Dortmund mencetak 16 dari 59 golnya di menit ke-81 hingga ke-90 sementara Bayern mencetak 18 dari 59 golnya di antara menit ke-61 dan ke-75. Jika Dortmund atau Bayern kehilangan konsentrasi selepas satu jam, kemungkinan kebobolan akan meningkat. Mengingat sepertiga terakhir pertandingan tidak menyisakan banyak waktu dan kesempatan untuk memperbaiki keadaan, kebobolan selepas menit ke-60 dapat berakibat fatal.
Komentar