Alasan Kenapa Inggris Perlu Memanggil Defoe untuk Euro 2016

Taktik

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Alasan Kenapa Inggris Perlu Memanggil Defoe untuk Euro 2016

Danny Welbeck harus menderita cedera dan dipastikan tidak akan bisa memperkuat timnas Inggris di Piala Eropa 2016 di Prancis yang akan dimulai awal bulan Juni nanti. Tapi Inggris tidak perlu khawatir. Roy Hodgson tidak perlu khawatir.

Penyerang Arsenal ini bisa dibilang sudah menjadi jagoan Hodgson, meskipun bukan jagoan utama, di timnas Inggris. Dari total 49 pertandingan Hodgson bersama Inggris, Welbeck terlibat dalam 30 di antaranya. Ini termasuk angka yang lumayan bagi seorang pemain (kadang ia bermain sebagai sayap atau penyerang) yang mencetak 14 gol dari 34 pertandingan internasionalnya.

Dengan cederanya Welbeck, Hodgson harus memilih salah satu penyerang lain untuk Inggris. Pengumuman 23 pemain skuat Inggris sendiri akan dilakukan oleh Hodgson tidak lebih dari 24 jam setelah seluruh pertandingan pekan terakhir Liga Primer Inggris berakhir Minggu besok (15/05/2016).

Ini adalah waktu yang sempit. Tapi kembali, Inggris tidak perlu khawatir. Hodgson tidak perlu khawatir. Musim ini adalah musim emas bagi para penyerang asal Inggris, di mana sebenarnya, sejujurnya, Welbeck bukan termasuk salah satu penyerang emas Inggris tersebut.

Musim ini Inggris memiliki Harry Kane dan Jamie Vardy yang keduanya memuncaki daftar pencetak gol terbanyak di Liga Primer. Namun, kita tidak bisa melupakan penyerang berusia 33 tahun yang berhasil membawa kesebelasannya, Sunderland, lolos dari zona degradasi. Ia adalah Jermaine Defoe, dan musim ini, atau tepatnya tahun ini, adalah tahun terbaik bagi Defoe.

Dampak Defoe untuk Sunderland dan Liga Primer Inggris

“Great escape” dari Sunderland bisa dibilang sebagian besar karena peran dari Defoe. Musim ini (yang masih belum sepenuhnya berakhir) ia berhasil mencetak 15 gol dari 33 pertandingan, yang menjadikannya penyerang Inggris paling produktif ke-3 di bawah Kane (25 gol) dan Vardy (24).

Sunderland sendiri hanya mencetak 46 gol sepanjang musim ini. Kita bisa melihat sepenting apa 15 gol Defoe ditambah satu buah asisnya. Ini berarti ia sudah berkontribusi pada 35% dari seluruh gol kesebelasannya musim ini.

Hal ini juga pastinya berbeda dengan Kane (Tottenham Hotspur) atau Vardy (Leicester City), di mana kesebelasan keduanya memiliki musim yang sukses di Liga Primer.

Selain itu, penampilan cemerlang Defoe sepanjang tahun ini, terutama di beberapa bulan terakhir, adalah salah satu faktor utama yang membuatnya sangat cocok untuk dibawa oleh Hodgson ke Prancis nanti.

Tahun ini, Defoe sudah mencetak 11 gol, di bawah Sergio Aguero (17) dan Kane (14). Gol kemenangan dari comeback-nya atas Chelsea (3-2) pekan lalu dan hat-trick-nya saat mengalahkan Swansea City (4-2) pada Februari adalah dua momen kunci bagi Defoe di Liga Primer. Sedangkan momen kuncinya bagi The Black Cats terjadi dalam seluruh golnya yang terbukti sangat penting. Tanpa Defoe, Sunderland akan kehilangan 14 poin dan pasti akan bernasib berbeda dari sekarang ini.

Defoe yang mengawali karier profesionalnya di West Ham United, sejauh ini sudah 55 kali membela Inggris dengan mencetak 19 gol. Namun, terakhir kali ia membela “Tiga Singa” adalah pada November 2013.

Tergantung kebutuhan Roy Hodgson

Kami menyebut bahwa musim ini adalah musim emas bagi para penyerang Inggris. Selain Kane, Vardy, dan Defoe, kita sebenarnya masih bisa menyebutkan beberapa nama lagi, di antaranya Troy Deeney, Andrew Carroll, Connor Wickham, Saido Berahino, sampai Marcus Rashford. Daftar ini sebenarnya bisa bertambah panjang lagi jika Danny Ings dan Callum Wilson tidak cedera.

Tabel perbandingan antara empat penyerang terbaik di Inggris selain Harry Kane dan Jamie Vardy, sambil dibandingkan dengan Danny Welbeck

Melihat beberapa penyerang Inggris saat ini, Defoe berada di peringkat ketiga dalam urusan gol. Tapi jika kita melihat aspek lain, misalnya penyerang yang bisa menyediakan ruang bagi rekannya, ada Deeney yang sudah mencetak 12 gol, 7 asis, 54 peluang, 47 operan kunci, dan 21,38 operan sukses setiap 90 menit untuk Watford.

Kemudian juga jika kita melihat aspek keunggulan dalam jumlah tembakan dan duel bola udara, kita bisa menengok ke Carroll yang sudah mencetak 9 gol (5 dari sundulan), 3,59 tembakan setiap 90 menit, dan 6,54 duel udara sukses (53,76%) setiap 90 menit untuk West Ham.

Siapapun yang dipanggil nantinya memang akan tergantung kepada Hodgson. Ia ingin tipikal penyerang seperti apa.

Jika ia ingin penyerang yang berpengalaman dan sedang dalam penampilan terbaiknya, maka Defoe adalah jawabannya. Jika ia memberikan alternatif sambil memanfaatkan umpan silang dan bola panjang, Carroll adalah jawabannya. Jika ia ingin penyerang yang lebih merata dalam mencetak gol maupun mencetak peluang untuk rekan-rekannya, maka Deeney adalah jawabannya.

Atau, jika ia lebih melihat Welbeck sebagai pemain sayap alih-alih penyerang, mungkin ia tidak akan memanggil penyerang lagi, melainkan nama-nama seperti Wilfried Zaha (sayap dengan dribel terbaik ketiga di 5 liga top Eropa), Andros Townsend, Marc Albrighton, Michail Antonio, Nathan Redmond, sampai Jesse Lingard.

Karena jika kita melihat tipikal Welbeck seperti tabel di atas, ia mungkin menggunakan Welbeck bukan sebagai penyerang maupun sayap, tetapi di antara keduanya. Jika ia ingin yang seperti ini, jawabannya sebenarnya Theo Walcott. Kalau bukan Walcott, malah mungkin yang paling cocok (menurut kami) Rashford, meskipun masih terlalu deeney (baca: dini) memanggilnya sekarang.

“Unfinished business” yang bisa Defoe selesaikan

Mengingat ada Harry Kane dan Jamie Vardy yang tergolong dua nama baru dan Wayne Rooney yang lebih cocok bermain sebagai gelandang, seseorang yang berpengalaman adalah yang Roy Hodgson butuhkan untuk The Three Lions.

Jermaine Defoe adalah pemain berpengalaman. Ia memiliki “urusan yang belum selesai” (unfinished business) dengan negaranya ketika ia tersingkir dari skuat untuk Piala Dunia 2006 (ketika malah Theo Walcott, yang saat itu masih berusia 16 tahun, yang dipanggil) dan kemudian tersingkir lagi di Piala Dunia 2014.

Menyusul keputusan Hodgson untuk hanya menempatkannya di daftar stand-by dua tahun lalu, Defoe mengatakan: “Dan ketika Piala Dunia datang dan (Anda tersingkir) sulit untuk menerimanya karena Anda tidak memahaminya, itu justru memotivasi Anda, seperti ada api di perut Anda, dan Anda mencoba untuk membuktikan bahwa mereka salah (karena telah menyingkirkan Anda dari skuat).”

Gol dan pengaruh Defoe kepada Sunderland dan Liga Primer Inggris sebenarnya sudah membuktikan bahwa orang-orang, termasuk Hodgson, sudah salah menilainya. Jika Inggris mencari seorang pemain yang sedang on fire dan juga berpengalaman internasional, mereka harus melihat kepada Defoe.

Komentar