Terlihat atau tidak, Real Madrid harusnya menyesal karena pernah melepas Marcos Alonso pada musim panas 2010 silam. Padahal Alonso adalah pemain andalan Real Madrid B yang dipromosikan ke skuat senior sewaktu dibesut Manuel Pellegrini. Tapi baru mencicipi laga senior satu kali, Alonso dibiarkan pindah begitu saja ke Bolton Wanderers saat itu.
Memang sewaktu pindah ke Bolton tidak langsung berjalan mulus baginya untuk menjadi pemain utama. Dua musim di Liga Primer Inggris bersama Bolton, Alonso lebih sering menghuni bangku cadangan. Saat itu ia kalah bersaing dengan Ricardo Gardner untuk menjadi full-back kiri pilihan utama. Tapi wajar, saat itu Alonso masih berusia muda sekitar 18-20 tahunan.
Barulah pada musim berikutnya ia menjadi full-back kiri pilihan utama Bolton walau saat itu Bolton baru terdegradasi ke Divisi Championship 2012/2013. Tapi pada kompetisi tersebutlah bakat Alonso terendus Fiorentina dan dikontrak selama tiga musim. Langkah yang biasa dilakukan Fiorentina, yaitu mengutamakan pembelian pemain berjangka panjang.
Proyeksi itu memang dilakukan Fiorentina dengan sangat berhasil. Pada setengah musim perdana Serie-A 2013/2014, Alonso cuma diberi kesempatan bermain tiga kali. Kemudian ia dipinjamkan ke Sunderland pada Januari 2014. Kesempatan jam terbangnya itu tidak disia-siakan olehnya. Debut pertamanya di Sunderland, tidak tanggung-tanggung, Alonso langsung diturunkan ketika menghadapi Manchester United di kompetisi Piala Liga pada 7 Januari 2014 silam.
Tapi debutnya itu menuai pujian karena tampil mengesankan sehingga berhasil mengalahkan United dengan skor 2-1. Kala itu Alonso bermain 90 menit dan dinobatkan sebagai pemain terbaik laga tersebut versi Sky Sports. Kemenangan itu jugalah yang menjadi keberhasilannya mengantarkan Sunderland ke final Piala Liga. Walau pada laga puncak itu dikalahkan Manchester City dengan skor 3-1. Sementara di Liga Primer Inggris, Alonso diberikan kesempatan tampil 16 kali sebagai full-back kiri utama Sunderland selama putaran kedua Liga Primer Inggris 2013/2014.
Pengalaman itu menjadi modal yang cukup bagi Alonso untuk kembali ke Fiorentina. Kendati kembalinya ke klub pemiliknya itu masih belum mendapatkan posisi reguler di bawah tangan Vincenzo Montella sebagai pelatihnya saat itu. Wajar, Montella masih mempecayakan posisi full-back kiri kepada Manuel Pasqual yang menjabat kapten Fiorentina saat itu. Barulah pada musim berikutnya Alonso mendapatkan peran yang baik di Fiorentina. Ketika Paulo Sousa ditunjuk menggantikan Montella yang dipecat pada musim panas 2015.
Sousa membawa angin perubahan bagi skuat dan strategi Fiorentina musim lalu. Sousa memiliki dua strategi dengan menggunakan tiga atau empat bek. Tapi kegemilangan Alonso justru lahir ketika memainkan posisi gelandang kiri pada formasi 3-4-2-1 yang diracik Sousa. Salah satu tugas terbaiknya adalah kerajinannya menutup sisi yang kosong ketika di antara tiga bek tengah (Davide Astori, Gonzolo Rodriguez dan Facundo Roncaglia) bergerak menutup serangan terlebih dahulu.
Dampaknya, dua gelandang tengah Fiorentina (Matias Vecino dan Milan Badelj) tidak harus repot mundur terlalu jauh ke belakang. Melainkan menjadi bagian pertama penerima bola yang dialirkan pertahanan Fiorentina untuk melakukan serangan balik, yang kemudian diberikan kepada kedua sayap untuk mengeksploitasinya. Salah satunya melalui sayap kiri yang diperankan Alonso itu sendiri. Dan ia selalu mampu menjawab berbagai permainan transisi bertahan atau menyerangnya itu karena memiliki kecepatan dan stamina yang tinggi.
Alonso pun dilengkapi dengan operan-operannya yang akurat, terutama soal umpan silang. Ia rajin melepaskan umpan silang dari sayap kiri ke kotak penalti lawan. Umpan silang sukses perlaganya merupakan yang terbanyak ketiga di Fiorentina pada musim lalu, yaitu sebanyak 0,8 per laga. Melalui umpan silangnya itulah yang membuatnya menjadi pemain ketiga penyumbang asis terbanyak untuk Fiorentina musim lalu. Empat asisnya bersamaan dengan Cristian Tello dan Federico Bernardeschi.
Soal bertahan, Alonso disertai dengan kemampuan tekel yang mumpuni. Tekel bersihnya merupakan tersering kelima pada musim lalu dengan 1,6 tekel bersih perlaga. Alonso juga pintar membaca permainan lawan, jika dilihat dari pencegatan bolanya sebanyak 1,7 per laga. Hal-hal tersebutlah yang membuat sayap kanan lawan begitu sulit menaklukannya.
Selain menjadi full-back atau gelandang kiri, Alonso bisa bermain sebagai bek tengah. Pada posisi itu, kemampuan tekel dan intersepsinya itu digabungkan dengan keunggulannya dalam duel udara mengingat tinggi tubuhnya mencapai 188 cm. Maka dari itulah bisa disimpulkan bahwa Alonso salah satu merupakan full-back kiri terbaik di Serie-A, selain Alex Telles, Faouzi Ghoulam, Patrice Evra atau Lucas Digne di Serie-A 2015/2016.
Efisiensi Transfer yang Dibutuhkan Antonio Conte
Penampilan gemilang Alonso selama musim lalu tak pelak menjadi incaran kesebelasan-kesebelasan besar. Klub besar yang paling gencar mendekati jasanya adalah Chelsea. Mereka menawarkan 20 juta poundsterling untuk mendapatkannya. Niatan Chelsea itu tidak lepas dari kebutuhan Antonio Conte sebagai manajer yang membutuhkan dua pemain lagi di sektor bek tengah dan full-back terutama di sebelah kiri.
Sejauh ini Chelsea tidak memiliki stok full-back kiri yang bisa bersaing dengan Cesar Azpilicueta, dengan Azpilicueta yang mengawali karier sebagai bek kanan. Bahkan selama dua musim berturut-turut sejak Ashley Cole telah habis dan hengkang ke AS Roma pada musim panas 2014. Sementara Felipe Luis dan Baba Rahman yang bergantian datang dan pergi, tidak mampu menjadi pelapis sepadan bagi Azpilicueta.
Di sisi lain, perburuan Alonso kali ini dimaksudkan untuk melancarkan alternatif lain strategi Conte, yaitu jika manajer itu ingin menerapkan formasi empat bek di Chelsea. Sebagaimana diketahui jika Conte adalah manajer yang identik dengan formasi tiga bek, baik ketika membesut Juventus, maupun Tim Nasional (timnas) Italia. Conte sendiri masih menerapkan formasi 4-1-4-1 di Liga Primer Inggris 2016/2017 sejauh ini.
Dengan datangnya Alonso, bukan tidak mungkin Conte bisa memainkan formasi tiga bek di Chelsea dengan berbagai varian. Selain itu, ambisi Conte memburu pemain 25 tahun itu diperuntukkan untuk efisiensi transfer Chelsea. Apalagi jika mengingat jeda transfer musim panas 2016 kian mendekati batas negosiasi. Maka efisiensi itu terkait dengan Alonso yang bisa bermain sebagai bek tengah serta full-back atau bek sayap kiri.
Jadi dengan merekrut Alonso, Conte mendapatkan alternatif lain setelah gagal memboyong beberapa bek tengah seperti Kalidou Koulibaly, Kostas Manolas, Shkodran Mustafi dan lainnya. Jika Alonso resmi bergabung dengan Chelsea, ia berhasil membuat Madrid semakin sakit kepala saja. Bukan tidak mungkin jika keberhasilannya membawa Chelsea ke empat besar Liga Primer Inggris 2016/2017, memungkinkannya bertemu dengan Real Madrid di Liga Champions 2017/2018.
Membaca Nalar Transfer Marcos Alonso ke Chelsea
Taktikby Randy Aprialdi 31/08/2016 15:15
Komentar