Superioritas Suso yang Percuma

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Superioritas Suso yang Percuma

Derby Kota Milan yang bertajuk Derby della Madonnina berakhir dengan kedudukan 2-2. Saling kejar gol menghiasi pertandingan ini. AC Milan unggul terlebih dahulu pada menit 42`. Internazionale Milan baru membalasnya melalui tendangan jarak jauh Antonio Candreva pada menit 53`. Tapi Suso kembali membuat unggul kembali atas golnya pada menit 58`. Sebelum pada akhirnya Ivan Perisic memupuskan harapan kemenangan Milan melalui golnya di menit-menit akhir pertandingan.

Gol Perisic itu menghapus Suso sebagai pahlawan Milan pada laga ini. Gol Perisic di menit-menit akhir itulah yang membuatnya menjadi pahlawan sebenarnya pada laga saat ini. Sebab Suso menjadi buah bibir media-media Eropa atas dua golnya tersebut. Padahal kinerja pemain asal Spanyol itu bisa dibilang tidak lebih sulit daripada pemain Milan yang lainnya selama pertandingan.

Suso memang beberapa kali terlihat menonjol pada serangan Milan. Hal itu karena posisinya di winger kanan menjadi kecenderungan serangan Milan kala itu. Milan lebih mengeksploitasi pertahanan sisi kiri Inter ketimbang sisi kanan maupun tengah. Sebab di sisi kanan, M`Baye Niang tidak bisa berkutik karena baiknya transisi yang dilakukan Danilo D`Ambrosio, full-back kanan Inter. Ditambah dengan sering turunnya Joao Mario untuk membantu bertahan.

Mario juga sering turun ke arah depan kotak penalti. Membantu kedua bek Inter yang membangun pertahanan garis tinggi. Mario bahu membahu bersama Kondogbia yang juga rajin turun ke belakang untuk membantu pertahanan kesebelasannya. Alhasil, serangan Milan lebih sering diarahkan ke sisi kiri pertahanan Inter yang dirasa cukup mudah untuk ditembus.

Alasan itu tidak lepas dari ketidakmampuan Ansaldi berduel dengan Suso. Faktor itu karena Ansaldi diturunkan tidak terlalu bugar pada laga ini. Apalagi ia ditugaskan sebagai full-back yang aktif melakukan serangan. Mengikuti filosofi permainan Stefano Pioli sebagai pelatih barunya. Pioli dikenal dengan pelatih yang gemar melancarkan serangan melalui sisi lapangan. Ditopang dengan full-back yang agresif membantu serangan.

Tapi kondisi Ansaldi pada waktu itu menjadikannya sebagai kambing hitam Inter pada laga ini. Ia kalah duel dengan Suso, baik adu lari bahkan sempat dikecoh satu kali secara cuma-cuma. Gol pertama Suso pun karena Ansaldi tidak mampu menutup pergerakan lawannya tersebut. Dan sejatinya, gol pertama Milan tidak lepas dari kerja keras gelandangnya.

Penghargaan justru lebih harus diberikan kepada Giacomo Bonaventura. Ia sering turun ke bawah agar Manuel Locatelli menemukan ruang untuk mengalirkan bola dari kakinya. Pada saat itu, Locatelli tidak bisa dibantu Juraj "Kuco" Kucka saja. Kelebihan Bonaventura adalah, ia lebih berusaha agar bola yang dikuasainya keluar dengan tekanan.

Bonaventura mengusahakannya dengan kecepatan dan aksi-aksi individualnya. Ketika gol pertama terjadi pun, bagaimana ia langsung berlari untuk menghindari tekanan yang akan dilancarkan Kondogbia. Membuat bola ke daerah yang lebih aman supaya Kondogbia mengurungkan niat untuk mengejarnya. Kemudian Bonaventura mengumpannya kepada Suso dan Ansaldi tidak mampu berkutik sampai kebobolan.

Bonaventura lebih layak dihargai pada pertandingan kali ini. Begitu pun Locatelli dan Kuco yang terus berusaha keluar dari tekanan di depan kotak penaltinya sendiri. Di sanalah lini depan Inter menumpuk pemainnya untuk melancarkan pressing. Area yang rawan itu harus diselamatkan sampai pada akhirnya bola bisa dikirimkan ke arah Suso untuk diselesaikan. Menghadapi Ansaldi yang kurang bugar.

Grafis Giacomo Bonaventura (kiri) dan Suso (kanan). Sumber: Fourfourtwo.

Berbeda cerita ketika Ansaldi digantikan Yuto Nagatomo pada menit 65`. Suso menjadi tidak berkutik sejak full-back kiri asal Jepang itu masuk. Nagatomo nampak lebih bugar ketimbang Ansaldi pada waktu itu. Ia baik ketika melakukan transisi menyerang maupun bertahan. Kesulitan Suso sampai membuatnya sempat bertukar posisi dengan Niang. Tapi Niang pun sama sulitnya menghadapi Nagatomo.

Bahkan winger bernomor punggung 11 itu harus rela kehilangan bola satu kali oleh tekel bersih Nagatomo. Setelah serangan sisi kanan mulai buntu, maka trio Bonaventura, Kuco dan Locatelli di lini tengah kembali bekerja keras untuk keluar dari tekanan. Sampai pada akhirnya tekanan itu tidak bisa dibendung lagi. Menyebabkan tendangan sudut hingga menjadi gol Perisic atas prosesi yang terjadi di menit-menit akhir itu.

Komentar