Menurut The Sun, José Mourinho sempat mengadakan pertemuan rahasia dengan Sir Alex Ferguson untuk membahas mengenai bagaimana caranya agar ia bisa memaksimalkan Michael Carrick di Manchester United.
Jujur saja, kalau Mourinho mau meminta pendapat soal bagaimana memaksimalkan Carrick, apalagi pakai pertemuan rahasia segala, ia sebaiknya menemui Louis van Gaal.
Bukannya tanpa alasan, di masa Meneer Van Gaal dahulu, ia begitu memaksimalkan Carrick. Di musim 2014/2015 ketika Van Gaal menjadi manajer, “Setan Merah” berhasil mencatatkan rata-rata 2,44 poin per pertandingan ketika Carrick menjadi pemain inti (starter). Sebaliknya, United hanya mendapatkan 1,41 poin per pertandingan ketika Carrick tidak ada.
Kemudian banyak hal berubah musim lalu yang merupakan musim terakhir Van Gaal. Ia bisa mendapatkan 1,91 poin per pertandingan ketika Carrick bermain, sedangkan ia hanya mendapatkan 1,50 poin (tidak terlalu jauh saat itu) ketika Carrick tidak ada.
Bukan rahasia lagi kalau Carrick memang menjadi pemain andalan Van Gaal karena ia begitu mengagungkan possession football. Dengan adanya Carrick, ia jadi memiliki pemain yang bisa mengoper, mengoper, mengoper, dan mengoper, terutama mengoper ke arah samping (sideways pass). Hal itu lah yang menjadi kunci permainan United musim lalu: mendapatkan penguasaan bola yang mengagumkan... meski akhirnya tanpa tujuan yang jelas.
Memiliki pemain seperti Carrick, yang sekarang sudah berusia 35 tahun, memang menjadi impian bagi manajer yang mengagungkan penguasaan bola seperti Van Gaal, dan sedikit juga seperti Mourinho.
Tapi sejujurnya, kemampuan operan Carrick tidak se-useless itu. Pada musim ini misalnya, ia berhasil menyelesaikan 89% operannya, yang 82% di antaranya adalah operan ke arah depan (forward pass).
United lebih baik jika Carrick bermain
Kemudian bicara pengaruh Carrick di atas lapangan juga tidak bisa dianggap remeh. United musim ini hanya berhasil memenangkan 35,7% pertandingan saja tanpa Carrick di semua kompetisi, atau rata-rata 1,35 poin per pertandingan, yang dihitung dari hasil 5 kali menang, 4 imbang, dan 5 kalah, termasuk kekalahan memalukan atas Chelsea dengan skor 4-0.
Sedangkan ketika Carrick bermain sebagai pemain inti di musim ini, “Setan Merah” mampu mencatatkan 85,7% kemenangan dengan rata-rata 2,71 poin per pertandingan.
Angka di atas didapatkan dari hasil 12 kemenangan, 2 kali imbang, dan tanpa kekalahan ketika Carrick bermain dari awal pertandingan untuk United di segala kompetisi. Dua hasil imbang yang diraih adalah ketika United bermain imbang 1-1 melawan Arsenal dan Everton di Liga Primer Inggris.
Kemudian bagaimana jika Carrick bermain dari bangku pemain pengganti? Catatannya juga impresif, dengan dua kali kemenangan dari dua pertandingan ketika Carrick bermain sebagai pemain pengganti.
Jadi, apakah Carrick sepenting itu?
United tidak bisa terus mengandalkan Carrick yang sudah tua
Kita tetap tidak boleh dibutakan oleh statistik dan angka-angka. Pada kenyataannya, tidak semua pertandingan memiliki bobot yang sama. Kemenangan United atas Northampton Town di Piala Liga Inggris tentunya tidak sama dengan kemenangan United atas Tottenham Hotspur di Liga Primer; di mana Carrick bermain sebagai pemain inti pada dua pertandingan tersebut.
Di awal musim misalnya, Mourinho cenderung memainkan Carrick di pertandingan yang “tidak terlalu penting” dan pertandingan yang “mudah”, seperti saat menang 3-1 atas Swansea City, saat menang 3-1 atas Northampton, atau saat menjuarai Community Shield di awal musim.
Van Gaal juga sebenarnya terlihat beberapa kali mengistirahatkan Carrick di pertandingan yang lebih sulit dan menguras fisik. Begitu juga dengan Mourinho.
Namun sejak melawan Arsenal di Liga Primer (19/11/2016), Mourinho mulai rutin memainkan pemain veteran asal Inggris ini. Mantan pemain West Ham United dan Spurs ini sudah tergolong tidak muda lagi, yaitu 35 tahun. Ia adalah pemain berpengalaman, bukan pemain dengan masa depan yang panjang.
“Sangat sedih mengetahui bahwa waktu berjalan cepat untuk semua orang,” kata Mourinho seperti yang kami kutip dari Daily Mail pada 1 Desember yang lalu. “Ia (Carrick) adalah pemain fantastis dan sayangnya, aku selalu suka dengan [permainan] dia. Tapi alih-alih aku menjadi manajernya saat ia berusia 25, aku malah menjadi manajernya saat ia 35.”
Soal mulai rutinnya ia bermain dan keraguan akan kemampuan fisiknya, Mourinho juga menyatakan jika ia terpaksa tidak akan bisa selalu mengandalkan Carrick.
“Kami sudah paham satu sama lain. Kami tahu kapan ia bisa bermain. Kami tahu kapan ia siap dan kapan ia butuh istirahat,” kata manajer asal Portugal tersebut.
“Aku masih akan memiliki Michael Carrick mungkin untuk satu musim lagi. Itulah hidup,” tutupnya.
Hal yang membuat Carrick unggul
Kalau soal usia, Zlatan Ibrahimović juga sudah berusia 35 tahun, sama seperti Carrick. Tapi tidak seperti Ibrahimović, apa yang membuat Carrick begitu berpengaruh bagi United?
Keunggulan utama Carrick adalah kemampuannya mengoper bola. Akurasi operannya yang mencapai 89% dengan 82%-nya ke arah depan adalah buktinya. Karena kita tetap harus membaca statistik dengan konteks yang tepat. Buat apa punya akurasi lebih dari 90% jika misalnya hanya mengumpan ke arah belakang yang cenderung bebas dari kawalan.
Akurasi tinggi umpan yang banyak ke depan ini juga menunjukkan bahwa ia punya visi bermain yang baik, pandai membaca permainan. Hebatnya lagi, sepanjang kariernya, Carrick selalu bisa mempertahankan akurasi operannya ini di angka 85 sampai 90-an persen.
Selain itu, ia juga merupakan pemain yang bisa mengontrol dan melindungi keempat bek di belakangnya. Ada efek psikologis yang berperan di sini, yaitu gaya permainan Carrick yang menularkan rasa percaya diri. Pada sebuah kesebelasan seperti Manchester United, ketenangan salah satu gelandang bisa menguntungkan banyak pemain di sekitarnya.
Mourinho juga sepertinya sudah menemukan formula efektifnya di lini tengah, yaitu dengan segitiga Carrick, Ander Herrera, dan Paul Pogba.
Dengan adanya Carrick, hal ini membuat Pogba lebih bisa mengekspresikan dirinya yang sudah dicap sebagai pemain termahal di dunia, serta Herrera juga bisa lebih mobile untuk naik dan turun tanpa harus energi dan pikirannya dihabiskan buat khawatir terkena serangan balik.
“Kita harus membangun sebagai sebuah tim, mendapatkan pengalaman, dan mendapatkan momentum yang bagus. Kita memiliki pemain-pemain yang bisa melakukan itu, dan juga manajer yang pernah melakukannya sebelumnya, tapi itu butuh waktu,” kata Carrick seperti yang kami kutip dari Express pada 2 Desember yang lalu.
Jendela transfer musim dingin, saat yang tepat untuk mencari pengganti Carrick?
Masalah utama jika United benar-benar mengandalkan pemain yang sudah berusia 35 tahun (maksud kami Carrick, bukan Ibrahimović) adalah pada strategi dan perencaan mereka.
Memang benar, ketika sebuah kesebelasan menghabiskan lebih dari 100 juta paun di musim panas, kita pastinya tidak mengharapkan jika kesebelasan tersebut akan bergantung pada pemain yang sudah berusia 35 tahun (lagi-lagi maksud kami adalah Carrick, bukan Ibrahimović, karena Ibrahimović adalah sebuah pengecualian).
Namun melihat bagaimana awal musim berjalan sangat lambat dan tidak menggembirakan untuk Mourinho, United, para pemain, dan para pendukungnya, ia tidak bisa pilih-pilih lagi, setidaknya sampai jendela transfer musim dingin dibuka sebentar lagi.
Mencari pengganti Carrick tidak semudah kita bermain FIFA, PES, atau Football Manager. Malahan juga sebenarnya tidak sesulit itu jika saja Mourinho mau mengadakan pertemuan rahasia dengan Mauricio Pochettino untuk membahas bagaimana untuk memaksimalkan Morgan Schneiderlin.
Padahal jika Schneiderlin bermain, United bisa mendapatkan rata-rata 2 poin per pertandingan atau angka kemenangan 62,5%. Tapi kembali, itu, kan, hanya angka-angka. Toh, kita bisa saja terjebak karena rekor kemenangan United adalah 100% saat Bastian Schweinsteiger bermain musim ini.
Apapun rencana jangka panjang Mourinho, ada baiknya memang ia untuk terus mengandalkan pemain yang sudah berusia 35 tahun (kali ini baru maksud kami adalah Carrick dan juga Ibrahimović).
Komentar