Halaman kedua
Di Italia mulai langka pemain trequartista. Sebastian Giovinco hingga Antonio Cassano yang digadang-gadang punya kemampuan trequartista buktinya tak mampu bersaing dengan strategi klub-klub Italia yang lebih membutuhkan gelandang serang kreatif juga mampu berkontribusi pada pertahanan. Maka pemain-pemain seperti Radja Nainggolan, Marek Hamsik hingga Arturo Vidal-lah yang menonjol di Serie A. Atau misalnya deep-lying playmaker, gelandang kreatif yang ditempatkan di depan bek tengah.
Setelah Wesley Sneijder di Inter, hampir tidak ada lagi gelandang serang yang punya kemampuan trequartista mumpuni. Namun kini, Paulo Dybala kembali memamerkan keindahan permainan seorang trequartista. Ketika tak banyak kesebelasan Italia yang menggunakan pola dasar 4-2-3-1, pelatih Juventus, Massimilliano Allegri, mantap menggunakan 4-2-3-1 dengan Dybala sebagai trequartista.
Setelah menggunakan nomor punggung 10 per musim 2017/2018, permainan Dybala mengingatkan sepakbola Italia pada Del Piero, khususnya sosok trequartista. Saat pemain asal Argentina tersebut menguasai bola di 3/4 lapangan, Dybala memamerkan sihirnya. Umpan akurat untuk mengatur arah serangan, gocekannya yang mampu melewati dua hingga tiga pemain lawan, ditambah penyelesaian akhir yang klinis menunjukkan bakat seorang trequartista. Jangan lupakan pula akurasi tendangan bebasnya membuat Miralem Pjanic lebih banyak mengambil tendangan bebas yang jauh dari gawang.
Saat artikel ini ditulis, Dybala sudah mencetak delapan gol dari 301 menit bermain, yang artinya mencetak gol setiap 37 menit sekali. Dari enam pertandingan di seluruh ajang, 10 gol sudah ia cetak. Jumlah tersebut sudah mencapai setengah dari total gol yang ia cetak pada musim lalu (19 gol dari 48 pertandingan).
Musim lalu, bisa dibilang Allegri lebih memainkan strategi yang bisa memanjakan Gonzalo Higuain, pemain termahal Serie A setelah dibeli Juventus. Peran Dybala dalam untuk mencetak gol tak begitu dikedepankan. Malah mantan pelatih AC Milan tersebut juga lebih memikirkan bagaimana caranya Mario Mandzukic bisa masuk dalam skema 4-2-3-1, yang kemudian diperankan sebagai wide target man.
Dybala tetap pada perannya seperti dalam 3-5-2, yaitu pemain yang diharuskan menciptakan ruang dan memanjakan Higuain sebagai pencetak gol utama. Maka saat pola 4-2-3-1 dimainkan, Juve lebih menyerang lewat kedua sayap, bukan melalui Dybala seperti pada musim ini.
Tapi Dybala telah membuktikan diri bahwa ia bisa menjadi gelandang serang terbaik di Eropa, khususnya yang masih menggunakan pola 4-2-3-1. Saat ini pola 4-3-3 lebih banyak digunakan. Bahkan di Inggris pola 3-4-3 mulai populer diterapkan. Maka pemain-pemain yang bisa dibandingkan dengan Dybala terbilang sedikit, Dusan Tadic, Julian Draxler, Thiago Alcantara, dan Dele Alli adalah sedikit di antaranya.
Dari nama-nama tersebut, perbedaan mencolok terlihat dari jumlah tembakan dan keberhasilan melewati lawan. Tadic, Draxler, dan Thiago memang lebih difungsikan sebagai playmaker. Hanya Alli yang bermain sebagai trequartista dalam pola 4-2-3-1. Bahkan Alli sudah bermain sebagai trequartista sejak musim lalu, di mana total mencetak 19 gol dan 7 asis di seluruh ajang.
***
Skema baru Allegri, dengan menjadikan Dybala sebagai pusat serangan Juventus, membuat peran Dybala benar-benar mencolok bagi Juventus musim ini. Namun kemampuannya sejauh ini membuktikan bahwa ia bisa menjadi andalan tim, tak terbebani dengan no. 10 sebagai nomor keramat Juventus.
Kemampuan Dybala dalam mengolah si kulit bundar memang tak perlu diragukan lagi. Tinggal mentalitasnya di laga-laga besar yang perlu ia asah. Karena kerap kali pemain berusia 23 tahun ini "menghilang" di laga-laga besar. Terbaru, ia tak berkutik saat Juventus dikalahkan 3-0 oleh Barcelona.
Jika masalah ini terselesaikan, Juventus punya kans besar untuk semakin bergelimang prestasi bersama il trequartista, Paulo Dybala.
Komentar