Bek tengah kidal banyak digemari oleh tim papan atas masa kini. Bukan tanpa alasan, bek tengah kidal bisa memberi kemenangan kecil pada fase awal serangan. Sebelum membahas lebih dalam, mari mulai dari penyebab awal fenomena ini terjadi.
Salah satu tren taktik sepakbola modern yaitu membangun serangan secara konstruktif (membangun serangan dari lini ke lini) membuat lini pertahanan menjadi penggagas awal serangan. Bek hingga kiper dituntut memiliki kualitas umpan yang baik. Tantangan mereka untuk progresi bola (bola bergerak maju melewati lini bertahan lawan) tidak mudah melihat banyak tim menerapkan high pressing.
Tim besar umumnya menerapkan taktik menyerang konstruktif dengan umpan dari kaki ke kaki. Tidak heran terdapat empat bek tengah dari 10 pemain lima liga top Eropa dengan total umpan terbanyak musim lalu. Bahkan dua posisi teratas ditempati dua bek tengah yaitu Virgil van Dijk dan Gerard Pique.
No | Nama | Klub | Posisi | Total Umpan |
1 | Virgil Van Dijk | Liverpool | CB | 2791 |
2 | Gerard Pique | Barcelona | CB | 2469 |
3 | Joshua Kimmich | Bayern | RB, DM | 2440 |
4 | Andrew Robertson | Liverpool | LB | 2370 |
5 | Rodri | Man City | DM | 2363 |
6 | Sergio Busquets | Barcelona | DM | 2331 |
7 | Sven Bender | Leverkusen | CB | 2318 |
8 | Cesar Azpilicueta | Chelsea | RB | 2267 |
9 | Trent Alexander-Arnold | Liverpool | RB | 2254 |
10 | David Alaba | Bayern | CB | 2250 |
Bagi tim yang membangun serangan dari bawah, sangat penting untuk memiliki bek yang bisa progresi bola. Dengan berbagai opsi yang tersedia, bek harus bisa mengakses opsi tersebut untuk melompati lini pertama pertahanan lawan. Semakin banyak opsi maka semakin baik, tapi apakah semua opsi tersebut bisa diakses oleh bek tengah?
Detil ini merujuk pada kaki terkuat bek tersebut. Untuk bek tengah bagian kiri, pemain kidal memiliki sudut yang lebih baik untuk mengakses opsi umpan. Mereka bisa mengakses opsi yang lebih banyak dengan tingkat kesulitan rendah. Gambaran dari The Coaching Manual ini bisa memperlihatkan hal tersebut.
Umpan dari bek tengah ke bek tengah lainnya sangat sering kita lihat jika menonton tim yang membangun serangan dari bawah. Ketika striker lawan memberikan tekanan dari arah datangnya bola, maka bek tengah bagian kiri yang kidal bisa mengakses lebih banyak opsi mudah dibanding pemain kaki kanan.
Merujuk gambar tersebut, ketika #4 mendapat bola dari #5 dengan kondisi striker lawan memberikan tekanan, ia akan cenderung mengontrol bola dengan kaki kiri untuk menjauhi striker lawan. Pada kondisi ini, kaki kiri lebih menguntungkan dari segi sudut dan arah badan sehingga bisa mengakses #3 dan #10 dengan mudah, atau #6 meski sedikit lebih sulit.
Sementara itu, pemain kaki kanan hanya cenderung memberikan bola ke #3 yaitu bek sayap. Jika tekanan lawan terorganisir dengan baik, bek sayap akan segera ditekan oleh penyerang sayap lawan sehingga progresi sulit dilakukan.
Salah satu contohnya adalah gol kedua Ansu Fati ke gawang Villarreal pada September lalu ini. Sedikit berbeda dengan gambar di atas karena Clement Lenglet bukan mendapat bola dari Pique. Namun, Lenglet mengarahkan bola ke luar dan striker lawan memberikan tekanan (detik sembilan). Ia mampu mengakses Philippe Coutinho sebagai pemain #10.
https://twitter.com/dzikrylzs/status/1311222955498549248">
https://twitter.com/dzikrylzs/status/1311222955498549248
Umpan bek Prancis tersebut sukses melewati enam pemain Villarreal. Gol tersebut memang terjadi karena umpan akurat Coutinho dan penyelesaian akhir Fati yang tenang, tapi umpan Lenglet di awal sangat mempermudah pekerjaan para penyerang.
Pada sepakbola level top, margin kecil yang mendetil bisa berpengaruh besar. Mereka benar-benar mengontrol semua faktor yang bisa memberikan kemenangan. Tidak aneh melihat banyak tim memiliki bek tengah kidal yang dipasang sebagai bek tengah bagian kiri, entah itu dalam formasi empat bek atau tiga bek. Sebut saja Aymeric Laporte dan Nathan Ake (Manchester City), Gabriel dan Kieran Tierney (Arsenal), Lenglet (Barcelona), Daley Blind (Ajax), David Alaba (Bayern), Alessandro Bastoni (Inter), dan Giorgio Chiellini (Juventus).
Mikel Arteta dan Pep Guardiola terlihat sangat menginginkan bek tengah kidal. Arteta diangkat menjadi pelatih Arsenal pada Desember lalu setelah sebelumnya menjadi asisten Pep di Man City. Ia banyak belajar tentang menyerang secara konstruktif dan menerapkan taktik tersebut di Arsenal.
Lima bek tengah Arsenal saat itu yaitu David Luiz, Shkodran Mustafi, Rob Holding, Sokratis Papastathopoulos, dan Calum Chambers merupakan pemain kaki kanan. Tidak heran pemain pertama yang didatangkan Arteta ke London Utara adalah bek tengah kidal yaitu Pablo Mari.
Patut disayangkan pemain yang didatangkan Arsenal dari Flamengo itu berkutat dengan cedera. Pada bursa transfer musim panas kemarin, Arteta kembali mendatangkan bek kidal yaitu Gabriel Magalhaes dari Lille dengan harga £27 juta.
Musim lalu, bek tengah kidal Man City yaitu Laporte keluar masuk ruang perawatan. Bencana ini menyebabkan Pep tidak memiliki bek kidal yang fit. Sebagai solusi, pelatih asal Spanyol itu mendatangkan Nathan Ake seharga €45 juta dari Bournemouth, tim yang terdegradasi.
Bek tengah kidal memang erat dengan sepakbola kaki ke kaki. Oleh karena itu, bukan kebetulan melihat akademi Ajax kerap menghasilkan pemain tipe tersebut. Di antaranya adalah Blind, Thomas Vermaelen, dan Jan Vertonghen. Sepakbola menyerang secara konstruktif sangat erat dengan filosofi Ajax sehingga bek tengah kidal sangat dibutuhkan dan akhirnya dihasilkan.
Bek kidal yang sangat dibutuhkan merupakan fenomena yang menarik jika melihat sejarah orang kidal yang dipandang negatif. Orang kidal merupakan minoritas dengan persentase sekitar 10% dari populasi. Selain itu, kata sinister dalam bahasa Inggris merupakan serapan dari bahasa Latin kuno yang saat itu artinya kiri. Sekarang, sinister sendiri artinya jahat atau kejam dalam bahasa Indonesia.
Sepakbola terus berkembang secara taktik. Permainan konstruktif ala modern menjadi tren. Dinamika di lapangan membuat kaum minoritas justru dibutuhkan untuk keunggulan taktikal. Bek tengah kidal dapat menjadi komoditas yang hangat dengan berbagai kelebihan yang dapat diberikan untuk tim.
Komentar