Beberapa waktu lalu, asisten pelatih timnas Indonesia, Widodo Cahyono Putro, mengeluhkan sulitnya mencari sosok penyerang yang mampu berperan sebagai target man. Setelah era Bambang Pamungkas, Kurniawan Dwi Yulianto, Ilham Jayakesuma dan Christian Gonzales usai, timnas memang selalu kesulitan mencari pemain dengan tipikal target man.
Tugas utama seorang penyerang dalam sepakbola adalah mencetak gol. Tapi sebenarnya tugas seorang penyerang lebih dari itu. Banyak role yang bisa dimainkan oleh seorang penyerang. Salah satunya adalah target man. Dahulu, seorang target man hanya identik dengan kelihaiannya menerima umpan crossing, pergerakannya hanya di tengah jantung pertahanan lawan, dan biasanya berbadan jangkung. Tapi sekarang, peran target man sudah lebih berkembang.
Tugas seorang target man kini lebih kompleks. Selain mesti tetap memiliki insting mencetak gol dan penyelesaian yang klinis, seorang target man kini punya tugas tambahan. Ketika ia mendapat umpan, seorang target man yang baik harus mampu menahan bola dan melindungi bola dari rebutan pemain bertahan lawan menggunakan punggung, lengan, dan cara apapun itu. Oleh karena itu, penting bagi seorang target man memiliki fisik yang kuat dan keseimbangan yang bagus. Ketika menahan bola, pemain lain akan membantu penyerangan dan mencari ruang kosong. Saat itulah bola diberikan. Tapi tak menutup kemungkinan untuk membawa bolanya sendiri. Karena penyerang pun harus mengikuti instingnya dan menentukan tindakan mana yang paling tepat.
Seorang target man haruslah seorang penyerang yang memiliki visi bermain seperti seorang pemain tengah. Ketika tak menguasai bola, seorang target man harus mencari ruang mana yang sekiranya ia bisa mendapatkan bola. Pergerakannya pun harus bisa membuka ruang kosong sehingga pemain tengah memiliki banyak opsi selain memberi umpan padanya. Maka dari itu seorang target man harus bisa menebak di mana posisi lawan dan di mana posisi rekan setim dengan cepat.
Timnas Indonesia saat ini memiliki banyak pemain yang unggul dalam kecepatan, baik dengan bola maupun tanpa bola. Sebut saja Greg Nwokolo, Zulham Zamrun, Ian Kabes, Boaz Salossa, Titus Bonai, Ferdinand Sinaga dan masih banyak lagi. Untuk memaksimalkan mereka, butuh penyerang pendamping yang bisa memanjakan mereka dengan umpan-umpannya maupun ruang kosong yang berhasil ia buat. Jika nama-nama di atas dijadikan target man, mereka akan lebih memilih untuk menggiring bola ketimbang membagi bola. Alhasil skema penyerangan Indonesia tidak memiliki penyambung antara lini tengah dan lini penyerangan.
Nama-nama di atas akan lebih maksimal jika dimainkan lebih melebar. Jika bermain dalam formasi 4-3-3, mereka sangat cocok menjadi penyerang sayap. Jika bermain dalam skema 4-4-2, nama-nama itu akan sangat bagus dimainkan melebar, menemani seorang target-man yang konstan di jantung pertahanan lawan, untuk menahan bola, sebagai tembok, guna memancing center-back keluar dari posisinya.
Di Indonesia sekarang, hanya BP yang memang merupakan penyerang lokal bertipikal target man murni. Sentuhan pertamanya cukup bagus, penguasaan bolanya pun lumayan, dan juga ia sangat handal dalam duel-duel udara. Hanya saja ia sudah termakan usia. Salah satu contoh kombinasi antara target-man dan tipikal penyerang yang unggul dalam kecepatan dan dribling pernah kita saksikan saat timnas Indonesia bertanding melawan Uruguay menjelang Piala AFF 2010. Boaz dipasangkan dengan Bepe. Dan kombinasi antara target-man dan penyerang cepat yang kuat melakukan tusukan dari lebar lapangan terlihat dari satu-satunya gol yang dicetak Indonesia di laga itu.
Bepe menerima bola di tengah. Dia turun ke bawah dan menahan bola. Bepe kemudian mengirim umpan terobosan yang dikejar Boaz yang muncul dari sisi kanan. Dan: Gol!
Sulit menemukan seorang penyerang yang bisa memerankan target man dengan baik di Indonesia. Maka dari itulah banyak klub-klub lokal di Indonesia yang akhirnya mendatangkan pemain asing untuk mengisi posisi tersebut. Jika menelisik nama-nama target-man di klub-klub papan atas ISL musim ini, misalnya, semuanya adalah pemain asing. Di Persib ada Coulibally Djibril, Persija ada Bosniajk, Persebaya ada Pacho Kenmogne, Mitra Kukar ada Spasojevic
Kekuatan fisik dan penguasaan bola yang lemah menjadi PR besar bagi para penyerang lokal untuk bisa menjadi seorang target man yang baik. Tapi jika timnas memang merasa membutuhkan sosok target man, sementara Gonzales sejauh ini tidak lagi dipanggil Riedl, setidaknya masih ada dua nama yang bisa dipertimbangkan: Sergio van Dijk dan Jajang Mulyana.
[ar]
Komentar