Nama Pusamania Borneo FC menjadi buah bibir saat Sepakbola Gajah dimainkan PSS Sleman dan PSIS Semarang beberapa waktu lalu. Kedua tim, itu juga yang dikatakan kedua suporter, tak ingin memenangi pertandingan guna menghindari Borneo FC pada babak semi-final yang menjadi runner-up pada babak delapan besar Divisi Utama grup 2. Anehnya, saat kasus tersebut mencuat ke publik, manajemen kedua tim membantah berniat menghindari Pusamania Borneo FC.
Terlepas dari apa yang sebenarnya ditakutkan oleh kedua tim tesebut dari Borneo FC, nyatanya tim ini memang memiliki pemain-pemain yang cukup memiliki nama di ranah sepakbola Indonesia. Bahkan beberapa pemain di antaranya merupakan pemain yang masih layak bermain untuk klub Indonesia Super League (ISL).
Maka tak heran, setelah tim yang mengakuisisi Perseba Bangkalan ini menjadi juara divisi utama, target tinggi pun dipasang Borneo FC pasca promosi ke ISL musim depan. Empat besar menjadi target minimal tim yang bermarkas di stadion Segiri, Samarinda, ini.
Untuk mewujudkannya, langkah yang dilakukan manajemen Borneo FC cukup berani, yaitu memutuskan untuk tak memperpanjang kontrak Iwan Setiawan, pelatih yang mengantarkan Borneo juara divisi utama lalu. Aneh? Memang, Iwan sendiri bahkan tak menyangka jika dirinya harus terdepak meski telah memberikan trofi juara.
âTerus terang saya agak kaget. Baru tadi malam (Minggu malam) saya dikabari kalau klub tak memperpanjang kontrak. Saya tak mempertanyakan lebih jauh karena hal itu adalah hak mereka,â tukas Iwan mengutip dari harian BOLA edisi Selasa (9/12).
Manajemen tim lebih memilih untuk merekrut pelatih asing yang cukup berpengalaman di Liga Indonesia, Arcan Iurie, sebagai nakhoda Borneo FC di ISL 2015. Pelatih asal Moldova ini sebelumnya pernah melatih tim-tim besar seperti Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, dan Semen Padang sebelum menukangi Persita Tangerang pada musim lalu.
Prestasi Iurie mungkin menjadi salah satu alasan. Memang, prestasi pelatih berlisensi UEFA Pro ini belum menghadirkan trofi bagi klub-klub divisi teratas Indonesia yang pernah ia tangani. Namun, Iurie adalah pelatih yang membawa Persija berlaga di final Liga Indonesia dan Piala Indonesia pada tahun 2005.
Iurie juga yang sempat membuat Persib Bandung menjadi juara paruh musim pada 2007, walau pada akhirnya merosot ke peringkat lima pada akhir musim. Prestasi terbaiknya adalah mengangkat Semen Padang promosi ke ISL pada 2009, di mana banyak pihak juga yang menyebutkan bahwa Iurie-lah yang membuat pondasi Semen Padang menjadi tim kuda hitam di ISL, bukan Nil Maizar.
Dengan berbekal pengalamannya ini, harapan memberikan prestasi bagi Borneo FC pun membumbung tinggi dari manajemen. Terlebih saat ini, tim berjuluk Pesut Etam ini memiliki pemain-pemain yang rasanya cukup bisa bersaing di ISL musim depan.
Saat di divisi utama, Borneo FC mengandalkan mantan kiper Persebaya dan Persita, Bayu Cahyo, serta Muhammad Juni Irawan yang lama bermain untuk Deltras Sidoarjo. Posisi keduanya dirotasi, di mana Bayu menghasilkan 16 pertandingan dan Juni Irawan 11 pertandingan. Keduanya memang berada di level yang setara. Jumlah kemasukan Borneo FC pun merupakan salah satu yang terbaik di Divisi Utama karena hanya kemasukan 20 gol.
Di lini belakang, Victor Pae dan Hamka Hamzah akan memperkokoh lini pertahanan pada musim depan. Kedua pemain ini akan melengkapi duo bek senior, Rachmat Latief dan Usep Munandar, serta dua bek muda, M. Nizar Ashari dan Bagus Nirwanto. Dengan komposisi ini, lini pertahanan Pusam cukup memiliki kedalaman.
Jika musim lalu Borneo menggunakan formasi 4-3-3 (dengan variasi yang terlihat di lapangan menjadi 4-3-1-2) kala masih dilatih Iwan Setiawan, masuknya beberapa pemain anyar bisa membuat Iurie mengubah pakem bermain klub asal kota Samarinda tersebut. Apalagi penyerang asing andalan mereka, Fernando Soler, memutuskan untuk gantung sepatu dan menjadi asisten pelatih Iurie.
Pada skema tiga gelandang, musim lalu Borneo mengandalkan trio Akbar Rasyid, Arie Priyatna dan gelandang asal Brasil, Danilo Fernando. Masuknya Egi Melgiansyah dari Persija sepertinya untuk menggantikan Arie Priyatna, karena keduanya bertipikal sama, gelandang tengah yang bisa menjadi perebut bola serta mengalirkan bola.
Sementara itu, untuk lini depan, Arcan Iurie belum ambil pusing untuk mencari pengganti Soler. Bahkan ia kabarnya akan lebih mencari pemain putra daerah untuk menambah komposisi tim. Beberapa waktu lalu, ia mengadakan seleksi untuk pemain lokal yang ingin mengadu peruntungan bersama Borneo FC.
Borneo sendiri masih memiliki Febri Hamzah untuk pos ujung tombak. Di divisi utama, ia mencetak 13 gol dari 20 penampilannya. Tandemnya Ferry Saragih pun masih dipertahankan manajemen tim.
Hadirnya Fandi Mochtar akan membuat pola tiga penyerang bisa kembali digunakan. Fandi bisa mengisi sisi sayap kanan, sementara Ferry bisa mengisi sisi kiri. Dan di tengah, Febri atau pun penyerang asing pengganti Soler akan mengisi posisi ini.
Dengan komposisi seperti ini, penambahan pemain jelas masih dibutuhkan Borneo FC, terlebih dengan targetnya yang ingin mencapai empat besar. Karena jika merujuk pada penampilan mereka pada babak semi-final dan final, jika itu adalah penampilan terbaik yang bisa mereka tunjukkan, rasanya kekuatan Borneo masih belum cukup kuat untuk bersaing di ISL.
Ya, permainan Borneo pada semi-final dan final divisi utama tak begitu istimewa. Danilo Fernando dan Soler begitu menjadi tumpuan dalam penyerangan. Febri yang mencetak begitu banyak gol pun lebih karena para pemain bertahan lawan yang menaruh perhatian besar pada Soler. Pemain sisanya, seolah menjadi pelengkap namun unggul kualitas secara individu dibanding pemain lawan.
Dengan permainan seperti ini, jangankan untuk bisa merangsek ke papan atas, tim-tim seperti Persik Kediri, Gresik United, Perseru Serui atau Persiram Raja Ampat pun rasanya masih bisa mengimbanginya. Oleh karena itu, tugas Arcan Iurie tentunya cukup berat jika ditargetkan untuk mencapai empat besar dengan kualitas Borneo secara menyeluruh seperti sekarang ini.
Selain menambah pemain, ia perlu membangun mentalitas tim agar tak terlalu mengandalkan faktor-faktor non-teknis. Situs resmi liga Indonesia mencatat Borneo FC mendapatkan 12Â kali tendangan penalti dari 28 pertandingan. Itu jumlah yang tidak kecil. Hal ini jelas tak bisa mereka harapkan lagi di ISL, terlebih dengan akan banyaknya pertandingan yang disiarkan secara langsung. Ini bukan kecurigaan yang sifatnya konspiratif. Ini soal statistik. Musim lalu saja, yang terbanyak meraih penalti di ISL adalah Arema dan jumlahnya tak sebanyak itu.
Maka dari itu, Pesut Etam sudah barang tentu wajib membuktikan bahwa mereka bukanlah tim yang hanya mengandalkan hadiah penalti. Kita tahu, dalam percakapan antar suporter, hal macam ini kerap dijadikan kartu truf untuk meledek rivalnya, dan seringkali ledekan itu dilakukan tanpa menimbang konteks penalti itu lahir dalam situasi bagaimana. Dan ini yang dijadikan stigma oleh para rival PBFC di Divisi Utama musim lalu.
Dan untuk melakukannya, peningkatan kualitas tim jelas perlu dilakukan. Inilah yang menjadi tugas utama Arcan Iurie dalam membangun kekuatan Borneo FC untuk musim depan. Dan peningkatan kualitas tim itu tak cukup semata dengan menambah pemain-pemain top, karena semakin banyak pemain baru yang didatangkan maka pekerjaan rumah Iurie juga akan semakin banyak.
Karena tidak mudah menyatukan banyak pemain baru menjadi sebuah kesatuan tim yang solid dalam waktu yang cepat dan singkat.
foto: ligaindonesia.co.id
Komentar