Gelar Zulham Zamrun dan Keberhasilan Djajang Nurjaman Mengakomodasi Kelebihannya

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Gelar Zulham Zamrun dan Keberhasilan Djajang Nurjaman Mengakomodasi Kelebihannya

Persib Bandung berhasil merengkuh status sebagai yang terbaik di Piala Presiden 2015 setelah berhasil menjungkalkan Sriwijaya FC dengan skor 2-0. Kejelian strategi sang pelatih, Djajang Nurjaman, menjadi salah satu faktor Persib berhasil mengalahkan Sriwijaya.

Kebahagiaan tentunya menyelimuti setiap penggawa Persib Bandung. Namun bagi Zulham Zamrun, kebahagiaan semakin berlipat mengingat ia dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak dengan enam gol serta pemain terbaik turnamen.

Di samping perdebatan layak atau tidaknya Zulham mendapatkan predikat pemain terbaik, kehadiran Zulham bagi Persib pada turnamen ini memang terlihat signfikan. Apalagi setelah cederanya winger kanan Persib, M. Ridwan.

Cederanya Ridwan sebenarnya tak otomatis membuat Zulham menghuni salah satu sayap Persib. Ia harus bersaing dengan pemain sayap lain yang juga tak kalah memiliki kualitas, yaitu Tantan. Keduanya berebut posisi sayap kanan mengingat sayap kiri sudah dapat dipastikan akan dihuni oleh sang kapten, Atep.

Namun Zulham berhasil memenangkan persaingan ini. Tercatat Zulham telah bermain sebanyak lima kali. Sementara Tantan, lebih sering masuk dari bangku cadangan dan absen pada dua laga terakhir Persib lantaran cedera.

Menempati sisi kanan Persib, permainan Persib pun berubah karena gaya bermain Zulham. Aksi individu dan kecepatannya menjadi hal yang bisa diandalkan dalam mengeksploitasi sisi kanan Persib. Keegoisannya pun berhasil ia redam di mana ia berhasil mencetak dua assist sepanjang turnamen.

Umpan-umpannya memang tak seakurat Firman Utina atau Makan Konate. Umpan silangnya pun tak sebaik Supardi atau M. Ridwan. Namun ia berhasil mengakali kekurangannya itu dengan keberhasilan melewati lawan (dengan kecepatannya) dan melakukan penetrasi ke kotak penalti untuk kemudian memberikan umpan pendek atau cutback pada pemain Persib yang lain.

Gaya bermainnya yang seperti itu membuat Supardi lebih jarang melakukan overlap. Jika saat bersama M. Ridwan ia kerap naik hingga mendekati garis batas ujung lapangan, namun bersama Zulham, Supardi lebih sering berada di belakang Zulham, atau tak jauh dari garis terngah lapangan.

Kecenderungan Zulham melewati pemain lawan memang membuat naiknya Supardi bisa menjadi sia-sia. Bahkan jika bola berhasil terintersep bisa menjadi bumerang tersendiri bila serangan balik lawan terorganisir dengan baik melalui area yang ditinggalkan Supardi.

Zulham sendiri sebenarnya memiliki kelemahan dalam melakukan trackback. Tak seperti Atep di kiri yang rajin turun membantu pertahanan, pemain yang musim sebelumnya bermain di Persipura Jayapura ini seringkali terlambat melakukan trackback.

Maka tak mengherankan Supardi lebih sering berada di area pertahanan sepanjang turnamen ini. Hal itupun menjadi salah satu faktor mengapa Persib sempat menorehkan cleansheet pada babak grup. Gawang I Made Wirawan mulai bobol baru ketika Persib menghadapi lawan yang memiliki pemain sayap dengan stamina dan kecepatan mumpuni, seperti Pusamania Borneo FC dan Mitra Kukar.

Djanur sendiri sebenarnya sempat kebingungan untuk mengakali kelemahan Zulham ini, di mana pada laga melawan Pusamania Borneo FC dan Mitra Kukar sisi sayap Persib begitu lemah. Namun akhirnya Djanur menemukan skema yang pas pada partai final, ketika tiga pemain Persib cedera.

Pada laga melawan Sriwijaya, Persib bermain tanpa Hariono, Tantan, dan M. Ridwan. Tak adanya ketiga pemain tersebut praktis hanya menyisakan pemain-pemain bertipikal bertahan di bangku cadangan seperti Taufiq, Agung Pribadi, Dias Angga, Jajang Sukmara, dan Abdurrahman. Hanya Yandi Sofyan pemain menyerang yang tersedia di bangku cadangan.

Cederanya Atep dan Dedi Kusnandar pada babak kedua memaksa Djanur harus memasukkan pemain-pemain di bangku cadangan tadi. Dari sinilah skema itu ditemukan, di mana Taufiq bergeser ke kiri, menempati area Zulham, dan dibantu oleh Makan Konate yang menemani Agung Pribadi di depan kotak penalti.

Zulham dan Spaso dipasang sebagai dua pemain terdepan. Fungsinya adalah untuk mengupayakan serangan balik melalui kecepatan Zulam dan kemampuan Spaso menjaga bola. Meskipun gagal menambah gol, tapi skema bertahan Persib seperti itu berhasil mengamankan dua gol Persib hingga pertandingan berakhir.

Skema bertahan Persib pada babak kedua melawan Sriwijaya FC
Skema bertahan Persib pada babak kedua melawan Sriwijaya FC

Keberhasilan Zulham dalam mencetak enam gol pun tak lepas dari fungsi Atep di sisi kiri. Atep saat ini sudah mulai mengurangi aksi-aksi individunya. Ia bahkan sering bergerak ke tengah atau mendekati area kanan lapangan untuk memberikan opsi operan atau membuka penjagaan.

Atep menjalankan perannya sebagai pendistribusi bola sepanjang turnamen ini dan mulai meredam keegoisannya dalam melepaskan tembakan jarak jauh. Hal ini memberikan kesempatan lebih banyak bagi Zulham dalam mendapatkan peluang.

Belum lagi dengan tipikal permainan Spasojevic yang bisa menjadi pemantul dan pembagi bola dalam skema permainan Persib pada turnamen ini. Pergerakannya dari sisi sayap tentunya akan membuat lini pertahanan lawan dengan kombinasi ini.

Zulham bergabung dengan Persib memang di saat yang tepat. Ketika M. Ridwan cedera, ia menjawab kepercayaan pelatih dengan selalu tampil baik di setiap laganya. Puncak dari segala upayanya di setiap pertandingan pun sebenarnya bukan hanya gelar top skorer atau pemain terbaik, tapi gelar juara yang diraih Persib Bandung pada Piala Presiden ini.

foto: ligaindonesia.co.id

Komentar