Gylfi Sigurðsson Sebagai Pusat Permainan Swansea City

Taktik

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Gylfi Sigurðsson Sebagai Pusat Permainan Swansea City

Siapa pemain tengah yang sudah menjadi buah bibir di Fantasy Premier League (FPL) sejauh ini? Nama Alexis Sánchez (dengan 79 poin) mungkin sementara ini bisa kita singkirkan karena kenyataannya dia sering dipasang sebagai penyerang daripada sebagai pemain tengah di Arsenal.

Maka, kita akan melihat tiga nama yang tersisa, yaitu Nacer Chadli (64), Francesc Fábregas (63), dan Gylfi Þór Sigurðsson (63). Satu nama yang mengejutkan tentunya adalah Sigurðsson yang bermain untuk Swansea City.

Contoh terbaik dari permainan terbaiknya adalah pada pertandingan Swansea terakhir di Liga Primer ketika mereka mengalahkan Arsenal di Liberty Stadium, Swansea. Saat itu Swansea berhasil melakukan comeback setelah mereka ketinggalan 1-0 terlebih dahulu.

Gelandang asal Islandia ini bergabung dengan Swansea pada bursa transfer musim panas ini setelah dua musimnya yang mengecewakan bersama Tottenham Hotspur. Ia mencetak satu gol melalui tendangan bebas dan memainkan peranan besar dalam kemenangan The Swans malam tersebut.

Tendangan bebasnya yang luar biasa meringkuk dari jarak 30 meter. Sebuah tendangan yang mengingatkan ketenangan yang luar biasa yang ditunjukkannya di klub selama musim perdananya di Liga Primer tiga musim yang lalu di bawah manajer Brendan Rodgers.

Striker Prancis, Bafetimbi Gomis, kemudian berhasil mendatangkan tiga poin untuk Swansea setelah ia menceploskan bola yang berawal dari giringan Sigurðsson dan assist Jefferson Montero.

Hasil ini memantapkan posisi Swansea di peringkat ke lima di Liga Premier sebelum jeda internasional yang akan berakhir akhir pekan ini. Sebagai pemain utama di bawah manajer Garry Monk, karir Sigurðsson sekali lagi sedang menuju ke atas.

Sigurðsson memiliki kualitas arketipe pemain nomor 10. Kepada EvertonFC.com. manajer Everton, Roberto Martinez, mengomentari dampak Sigurðsson sebelum kedua klub bertemu awal bulan ini: "Sigurðsson sebagai pemain nomor 10 memiliki pemahaman yang benar-benar baik terhadap ruang dan juga baik dalam penyelesaian tembakan jarak jauh. Dia juga dapat mencetak assist dengan operannya dan tampaknya ia telah menciptakan hubungan yang sangat baik dengan (Wilfried) Bony."

Meskipun berakhir imbang tanpa gol, Sigurðsson berhasil menggarisbawahi kemampuannya sebagai pemain yang paling kreatif di atas lapangan lewat tiga key pass-nya (sumber: WhoScored.com). Angka tersebut adalah angka yang paling banyak di antara seluruh pemain Swansea maupun Everton.

Selanjutnya yang menunjukkan salah satu kualitas yang paling penting dalam peran pemain posisi nomor 10 modern ini adalah ketika ia memiliki work rate yang "menular". Seperti yang Monk sampaikan kepada Sky Sports bahwa pemain bernomor punggung 23-nya itu "memiliki work rate yang menakjubkan" dan merupakan salah satu dari 6 gelandang terbaik di Liga Primer saat ini.

Sang manajer yang merupakan mantan rekan setimnya tiga musim yang lalu mengungkapkan bahwa perannya pada kreativitas tim lebih dari sekadar gol atau assist yang ia cetak. "Dia memang menciptakan assist, tetapi work rate yang ia tunjukkan sangat menular [infectious]. Rekan-rekan di sekitarnya terpengaruh oleh permainan positifnya."

Sambil bercanda, Sigurðsson pun sedikit berkomentar kepada majalah FourFourTwo tentang manajernya itu, "Saya bermain bersamanya tiga musim lalu di klub ini dan agak aneh ketika saya kembali. Butuh beberapa waktu untuk membiasakan diri memanggilnya 'bos'! Dia melakukan dengan sangat baik. Dia benar-benar fokus pada apa yang dia lakukan, benar-benar terorganisir, dan dia pantas menerima penghargaan Manager of the Month di Bulan Agustus."

Jadi jika kekuatan mental dan tehnik adalah kekuatan utama Sigurðsson, maka apa yang salah dengan Sigurðsson ketika ia bermain untuk Spurs?

Sigurdsson_after_11_games

Menjadikan Sigurðsson sebagai Pusat Permainan

Di bawah Monk di Swansea, Sigurðsson telah ditunjuk sebagai pemain yang paling penting di klub. Ini lah yang tidak ia dapatkan di Spurs. Di bawah manajer Andre Villas-Boas dan Tim Sherwood, Sigurðsson telah dipinggirkan.

Hal ini mungkin wajar, karena Spurs memang memiliki segudang pemain berkualitas di lapangan tengah. Jangankan untuk menjadi pemain penting, bermain di posisi terbaiknya (di belakang striker) saja jarang ia mainkan. Ia lebih sering bermain di posisi sayap kiri.

Dalam dua musimnya di White Hart Lane, Sigurðsson membuat 58 penampilan di Liga Primer. Ia berhasil mencetak 8 gol dan membuat 4 assist. Gelandang berusia 25 tahun ini juga hanya berhasil membuat rata-rata 0,7 key pass dan 0,3 dribel sukses setiap pertandingan.

Bandingkan dengan di Swansea musim ini, ia sudah mencetak 7 assist dan dua gol dari 11 pertandingannya. Ia juga mencetak rata-rata 2,4 key pass dan 1,1 dribel sukses setiap pertandingan.

Hanya Fábregas yang mencetak lebih banyak assist daripada Sigurðsson musim ini.

Mantan pemain Reading ini juga memainkan variasi dari peran pemain nomor 10 di Swansea dengan bermain di belakang striker tunggal, biasanya Bony atau Gomis. Ia juga diberi kebebasan untuk mengontrol permainan dan melaju ke depan gawang.

Pada saat melawan Arsenal misalnya, Monk menurunkan skema 4-2-3-1 dengan Ki Sung-Yeung dan Thomas Carroll berada di belakang Siggurdsson, sementara Marvin Emnes dan Montero bermain di sayap untuk mendukung Bony.

Tidak harus bersaing dengan pemain-pemain berbakat dan memiliki ego mereka tersendiri seperti Christian Eriksen dan Gareth Bale, Sigurðsson sangat difasilitasi untuk berkembang di Swansea. Swansea sedang menuai manfaat dari benih bakat yang mereka tanamkan tiga musim yang lalu.

Sigurðsson jelas pemain yang tumbuh subur pada peran sentral, seperti di tim nasional Islandia juga yang sekarang sedang berada di peringkat ke dua di babak kualifikasi grup A Euro 2016 di atas Belanda (peringkat 3) dan Turki (4).

Swansea City telah menemukan pemain yang paling pas untuk menjadi penerjemah taktik Garry Monk di atas lapangan. Jika ia terus bermain ciamik, mungkin saja Kevin Phillips bisa menyebut namanya dengan benar tidak seperti di bawah ini:



Sumber data: WhoScored, Squawka, & Bleacher Report

Sumber gambar: Super Sport & Bleacher Report

Komentar