Juan Mata, Van Gaal, dan Cerita Kelabu yang Mungkin Terulang Lagi

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Juan Mata, Van Gaal, dan Cerita Kelabu yang Mungkin Terulang Lagi

Di Stadion Anoeta San Sebastian, David Moyes, pelatih yang terbuang dari Manchester United, memancarkan cahaya kebahagiannya. Ia baru saja membawa Real Sociedad, kesebelasan yang diasuhnya, mengalahkan Sevilla dengan skor 4-3. Tapi di tempat lain, di Stadion Liberty, tuan rumah Swansea berhasil menaklukan The Red Devils dengan skor tipis 2-1, pada  Sabtu (21/2/2015).

Dalam keadaan kalah, setelah gol yang diceploskan Ki Sung-yueng ('30) dan Batefimbi Gomis ('73), Van Gaal memasukkan Juan Mata pada menit 79, menggantikan Angel di Maria. Selama 11 menit berlaga, Mata sempat memberikan satu umpan kunci, kepada Daley Blind. Hanya saja tendangan Blind mampu diblok kiper Jack Cork pada menit ke-90.

Cukup sulit memang untuk tetap tenang di menit-menit akhir, ketika kesebelasannya tengah kalah. Hal tersebut juga berlaku bagi Mata dan United. Atas kekalahan tersebut, Mata mengatakan jika The Red Devils sedang kurang beruntung. Pemain asal Spanyol ini menegaskan jika kesebelasannya yang lebih layak menang.

"Kami sangat dekat untuk membawa pulang poin penuh, terutama karena kami tampil hebat dan menekan mereka. Kami unggul lewat gol cantik Ander [Herrera] sebelum kebobolan lewat keberuntungan lawan," katanya.

Kendati alasan keberuntungan, Van Gaal secara blak-blakan mengatakan tidak puas kepada Mata. Termasuk Rooney yang kala itu kembali menjadi penyerang.

"Kami telah bermain dengan baik tapi meningkat dan saya tidak puas dengan (Wayne) Rooney sebagai striker dan Mata sebagai gelandang dan itulah mengapa saya berubah," ujarnya seperti yang dilansir Daily Mail.

Kesampingkan sedikit peran Rooney. Kita lihat Mata. Di laga itu, penampilan Mata sebagai pemain pengganti tidak terlalu buruk-buruk amat. Dari 19 operan yang dilakukannya, hanya dua yang gagal.

Lantas pertanyaan yang muncul adalah, ada apa antara van Gaal dengan Mata? Padahal pujian kepada pemain bernomor delapan itu sempat dilontarkannya pada November 2014 lalu. Mata juga merupakan pemilik dengan akurasi operan paling tinggi di United. Dirinya memiliki rataan akurasi 92% dari 536 operan yang diselesaikannya.

Rupanya formasi empat bek yang mulai diterapkan United adalah jawabannya. Sebelumnya dalam strategi tiga pemain bertahan, Mata selalu menjadi pilihan utama Van Gaal. Setelah terus mendapatkan kritik dari berbagai kalangan, pola empat bek mulai diterapkan ketika mengalahkan Queens Park Rangers, (17/1/2015).

Awalnya Sang Meneer turun denga formasi 3-5-2 andalannya sejak awal pertandingan. Akan tetapi pola tersebut diubah pada babak kedua menjadi empat bek, dengan formasi 4-4-2 berlian. Beberapa menit sebelum berubah, Mata ditarik dan digantikan oleh Maroune Fellaini. Juga James Wilson digantikan oleh Jonny Evans.

Pertandingan melawan QPR itulah, Mata terakhir turun sejak awal di Premier League musim ini. Selanjutnya ia selalu dimainkan sebagai pengganti. Termasuk melawan Swansea. Dalam empat laga terakhir ia tidak pernah diturunkan sejak awal. Bahkan dua laga yakni melawan West Ham United dan Burnley, tidak dimainkan sama sekali.

Pada empat laga terakhir United itu, memang Van Gaal menerapkan pola empat bek. Dari situ muncul bisa muncul kesimpulan jika Mata tidak cocok dengan pola empat bek United ala Van Gaal. Dalam skema empat pemain tengah Van Gaal, dua gelandang kanan dan kiri lebih diinstruksikan main di dalam. Sedangkan karakter Mata merupakan tipe gelandang penjelajah yang getol berkeliaran di berbagai area di final third.

Jika Mata dan van Gaal tidak menemukan kecocokan, maka de javu nan kelabu Mata bersama Chelsea bisa saja kembali terulang.

Baca juga artikel Louis van Gaal lainnya:

Keputusan-Keputusan Aneh Louis van Gaal

Apa Sebenarnya Filosofi Louis van Gaal

Louis van Gaal, Benteng Terakhir Manchester United dalam Perang Komentar Media

Kursi Stadion Abbey Buat Pantat Van Gaal Gatal-Gatal


Sewaktu masih berseragam The Blues, sejatinya pria 26 tahun ini adalah gelandang serang. Berhasil mengantarkan Chelsea menjuarai UEFA Champions League (UCL) 2012 dan Europa League 2013, ia bahkan menjadi pemain terbaik Chelsea saat menjuarai Liga Champions di bawah asuhan careteker Roberto di Matteo. Di dua musim itulah yang memang menjadi masa keemasan Mata. Total ia mencetak 20 gol dan 35 asist di semua kompetisi.

Akan tetapi Mata dikesampingkan ketika Jose Mourinho kembali menukangi Chelsea pada musim 2013/2014. Ia tidak masuk dalam skema 4-2-3-1 ala The Special One. Mata tidak memiliki kemampuan bertahan yang sama baik dengan menyerang. Atribut bertahan itu penting bagi Mourinho sebab ia menginginkan para pemain depannya bisa berkontribusi ketika bertahan. Karena dianggap lemah dalam bertahan itulah Mata harus terlempar pada Januari 2014 danhengkang ke United yang saat itu masih ditangani oleh Moyes.

Pastinya Mata merupakan pemain yang berkualitas di The Red Devils. Kini bagaimana cara Van Gaal meramu pemain yang direkrut dengan harga sekitar 37 juta poundsterling ini. Jika tidak, maka kabar Van Gaal akan melego Mata mungkin akan terealisasi. Tiga kesebelasan Spanyol yakni Atletico Madrid, Barcelona dan Sevilla, diberitakan tengah memantau perkembangan Mata di Old Trafford.

Masih ada waktu sekitar tiga bulan bagi Mata untuk menyesuaikan diri dalam pola empat bek dan empat gelandang ala Van Gaal. Cukupkah waktu untuk Mata? Haruskah United kembali memainkan skema tiga bek guna membangkitkan penampilan Mata?

Komentar