Man United adalah Juara Bertahan Sesungguhnya

Taktik

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Man United adalah Juara Bertahan Sesungguhnya

Sudah 11 jam waktu permainan berlalu sejak Manchester United terakhir kali kebobolan melalui permainan terbuka (open play). Pasukan Louis van Gaal sepertinya sekarang sudah terlihat sangat kuat dalam soal bertahan. Bagi United, musim ini mungkin mereka boleh berkata bahwa bertahan adalah cara menyerang terbaik.

Anda tidak setuju dengan paragraf pembuka di atas? Tidak apa-apa, itu sah-sah saja. Tapi, sebelum Anda benar-benar tidak setuju, mari kita lihat penampilan United sejauh ini dari perspektif yang lain.

Menjelang pekan ke-14 Liga Primer Inggris, “Setan Merah” berada di peringkat kedua dengan baru hanya kebobolan 9 gol. Ini adalah angka kebobolan paling sedikit dari seluruh kesebelasan Liga Primer.

Jika kita melihat standar di atas, sesungguhnya juara bertahan Liga Primer bukanlah Chelsea, melainkan Manchester United. Ya, mereka adalah juara bertahan: juaranya sepakbola bertahan.

Namun, dari tujuh kesebelasan teratas, United adalah kesebelasan yang paling sedikit juga membobol gawang lawan. Mereka baru mencetak 19 gol, sementara enam kesebelasan lainnya sudah mencetak lebih dari 20 gol.

Jika kita lihat kembali secara seksama, Manchester City (sudah mencetak 27 gol), Arsenal (23), Tottenham Hotspur (24), West Ham United (24), dan Everton (24) sudah mencetak gol lebih banyak dari United, tetapi posisi mereka semua di bawah United.

Bagaimana bisa? Hal ini terjadi lantaran seluruh kesebelasan di atas kebobolan lebih banyak daripada “Setan Merah”.

Kita yang beranggapan bahwa mencetak gol adalah inti dari pertandingan sepakbola, harus sadar juga jika tidak kebobolan itu sama pentingnya dengan mencetak gol. Ini lah kenapa bertahan adalah cara menyerang yang baik, dan juga sebaliknya.

Yang penting adalah mencetak satu gol lebih banyak daripada lawan

Jika mau disimpulkan, performa gemilang pertahanan United adalah buah dari performa cemerlang bek tengah Chris Smalling dan penjaga gawang David de Gea.

Dari 22 pertandingan total yang United mainkan di seluruh kompetisi, mereka berhasil mencetak 13 kali clean sheet sekaligus 13 kali kemenangan, dan mereka menang dengan selisih satu gol sebanyak 6 kali, tiga di antaranya adalah dengan skor 1-0. Mereka juga baru kalah sebanyak tiga kali saja.

Kekhawatiran kita semua terhadap performa lini belakang “Setan Merah” di awal musim ini seolah menyublim. Struktur pertahanan United menjadi struktur yang paling sulit ditembus oleh kesebelasan manapun sampai sekarang.

Sebagai perbandingan, sama seperti United, Southamton juga mencetak 19 gol sejauh ini. Tapi mereka sudah kebobolan 14 gol. Mereka bertengger di peringkat ke-8 Liga Primer.

Membandingkan United dengan Southampton akan membuat kita sadar bahwa yang dibutuhkan sebuah kesebelasan bukanlah banyak mencetak gol, melainkan mencetak setidaknya satu gol lebih banyak dari lawan mereka.

Kalau lawan tidak bisa mencetak gol, maka kita cukup mencetak satu gol. Jika lawan mencetak tiga gol, maka sebaiknya kita bisa mencetak empat gol.

Sebelum United menghadapi West Bromwich Albion (07/11/2015), Van Gaal berkata: “Kami harus mencetak lebih banyak gol, saya setuju dengan itu. Tapi sebenarnya kami hanya perlu mencetak satu gol lebih banyak dari lawan kami. Itu lah yang saya pikirkan.”

Dengan pernyataannya di atas, akhirnya Van Gaal menunjukkan filosofinya yang pragmatis.

Jika melihat musim lalu juga kita bisa melihat Chelsea yang hanya kebobolan dua gol atau lebih dalam empat pertandingan saja. Ini artinya mereka hanya butuh mencetak dua gol dalam setiap 34 pertandingan lainnya agar mereka bisa menang.

Bandingkan dengan Liverpool pada musim 2013/14 misalnya, ketika mereka pernah mencetak 13 gol untuk mendapatkan 6 poin dalam 6 pertandingan. Sungguh luar biasa mubazirnya 13 gol yang berhasil mereka cetak. Dengan standar Chelsea musim lalu, 13 gol ini sebenarnya sudah cukup untuk mendapatkan 15 sampai 18 poin.

Ini adalah dampak utama dari pertahanan yang kuat bagi sebuah kesebelasan. Sedangkan kita sebagai penonton, musim lalu dengan seenaknya saja berkata bahwa “Chelsea membosankan”, sementara musim ini juga tidak ketinggalan mereka yang meledek “Manchester United membosankan.”

Jangan samakan MU-nya Van Gaal dengan MU-nya Ferguson

Selain faktor di atas, ada faktor lain yang juga berpengaruh. Faktor tersebut adalah sejarah. Ada standar tinggi yang sudah dicanangkan oleh Sir Matt Busby dan Sir Alex Ferguson untuk “Setan Merah”.

Ferguson memenangkan 13 gelar liga di era keemasan yang kemudian membebankan beberapa generasi setelahnya. Ada banyak cerita yang bisa kita dapatkan dari era Ferguson: mental juara, semangat yang tidak pernah menyerah, tradisi comeback, serta gol, gol, dan gol lagi, terutama gol di injury time.

Sebenarnya para pendukung United harus sadar bahwa siapapun pengganti Ferguson (David Moyes sekalipun) mendapatkan beban yang sangat berat, sehingga pembobotan kesuksesan bagi mereka bukanlah bermain menghibur dan mencetak banyak gol, tetapi memenangkan piala. Biarkan mencetak banyak gol dan bermain menghibur ada sebagai bonus saja.

Kita harus sadar bahwa ini adalah beberapa catatan dan ilustrasi dari kejeniusan Louis van Gaal yang tidak termakan oleh ekspektasi dan beban yang harus ia emban sebagai “manajer kesebelasan tersukses di dunia”.

Akhir pekan ini (29/11/2015) Manchester United akan bertandang ke kandang pemuncak Liga Primer, Leicester City. Tidak seperti United, “Si Rubah” sudah mencetak 28 gol, terbaik di Liga Primer, tapi mereka sudah kebobolan 20 gol, yang menjadi angka kebobolan paling tinggi di antara kesebelasan papan atas Liga Primer.

Jika kita terus meledek United bermain membosankan karena baru berhasil mencetak 19 gol, rasanya kurang adil jika kita tidak meledek dengan olok-olok yang sama untuk Liverpool (baru mencetak 17 gol), Southampton (19), Crystal Palace (14), Stoke City (11), Watford (12), Swansea City (14), Chelsea (17), dan setengah lusin kesebelasan di Liga Primer lainnya.

Dua musim yang tandus telah berlalu pasca-Ferguson pensiun. Sampai sebuah piala (jangan hitung Piala International Champions Cup dan Community Shield, ya) tiba di Old Trafford, jika masih ada pendukung United yang berkata bahwa United sekarang membosankan, mereka pasti belum benar-benar bisa move on dari Ferguson.

Opini yang muncul bahwa United membosankan lebih kepada karena kita sebagai penonton sepakbola yang senang dimanjakan dengan gol, serta kita yang tidak terbiasa melihat kesebelasan bersejarah seperti United lebih baik ketika bermain bertahan daripada menyerang.

Mengingat cara United bermain akhir-akhir ini, tampaknya tidak mungkin Van Gaal akan berubah. Satu hal yang jelas: Ini adalah caranya Van Gaal.

“Attack, attack, attack!”? Sebaiknya jika Anda adalah penggemar United, ganti chant tersebut dengan “Pass, pass, pass!” atau “Defend, defend, defend!”. Jika Anda bukan penggemar United, silakan saja ledek kesebelasan membosankan ini sesuka hati Anda. Van Gaal tidak akan peduli.

Sumber berita dan data: Squawka, The Guardian, FourFourTwo

Komentar