Menilai Kelayakan Draxler Berseragam Juventus

Taktik

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menilai Kelayakan Draxler Berseragam Juventus

Pertama, Carlos Tevez. Kemudian Andrea Pirlo. Kini Arturo Vidal juga dalam waktu dekat akan meninggalkan Juventus. Sewajarnya Juventus dihubungkan dengan tiga orang pemain; masing-masing bermain di posisi dan memiliki kemampuan serupa dengan tiga pemain utama yang pergi. Namun pada nyatanya gosip transfer Juventus ramai oleh banyak nama di satu posisi yang sama: gelandang serang.

Ada perbincangan mengenai perubahan sistem di tubuh Juventus; perubahan formasi yang dengan sendirinya akan diikuti oleh perubahan taktik. Karena itulah mereka membutuhkan seorang gelandang serang. Di antara banyak nama yang dihubung-hubungkan dengan Si Nyonya Tua, Julian Draxler paling ramai dibicarakan.

Selayang Pandang

Julian Draxler lahir di Gladbeck, Jerman. September tahun ini, tepatnya pada tanggal 20, ia akan genap berusia 22 tahun. Sepanjang karirnya Draxler hanya pernah membela satu kesebelasan: FC Schalke 04. Memang di kesebelasan inilah Draxler yang juga sempat diminati Borussia Dortmund, belajar sepakbola. Draxler adalah alumni dari akademi Schalke yang tersohor, Knappenschmiede.

Draxler menjalani debutnya saat Bundesliga musim 2010/11 memasuki Rückrunde (putaran kedua), tepatnya pada 15 Januari 2011. Draxler menyudahi musim pertamanya di tingkat senior dengan mencetak gol pembuka di pertandingan final DFB-Pokal melawan MSV Duisburg. Dengan tambahan empat gol lain dari Klaas-Jan Huntelaar (dua gol), Benedikt Höwedes, dan José Manuel Jurado, Schalke keluar sebagai juara DFB-Pokal 2011 dengan kemenangan meyakinkan lima gol tanpa balas.

Musim-musim berikutnya Draxler tidak lagi berhasil membawa Schalke meraih gelar, namun satu tempat di kesebelasan utama menjadi miliknya. Draxler mengaku sangat suka menjalankan peran gelandang serang, namun di Schalke ia lebih sering bermain sebagai penyerang sayap kiri. Kadang, malah, ia bermain di sisi kanan.

Mengingat Schalke memang terkenal berani mengandalkan pemain muda tak peduli siapa pelatih kepalanya, keberhasilan Draxler menjadi pemain inti saat masih berusia 18 tahun bukanlah prestasi yang benar-benar besar. Namun patut dicatat bahwa di antara semua pemain yang pernah bermain dalam setidaknya 100 pertandingan kompetitif untuk Schalke, Draxler adalah yang paling muda.

Catatan penting: di hari bersejarah tersebut ia mencetak satu dari dua gol kemenangan 2-1 Schalke atas Borussia Dortmund, kesebelasan saingan Schalke.

Hingga saat ini Draxler sudah membela Schalke dalam 166 pertandingan kompetitif. Selama itu ia sudah mencetak 29 gol – sepuluh di antaranya ia torehkan di Bundesliga 2012/13, saat dirinya menjadi pemain tersubur Schalke sepanjang musim bersama Klaas-Jan Huntelaar – dan memiliki catatan assist dalam jumlah yang sama.

Di Tim Nasional Jerman, walau hanya dalam pertandingan persahabatan yang melibatkan tujuh pemain debutan (melawan Polandia, 13 Mei 2014), Draxler pernah satu kali dipercaya menjadi kapten. Di pertandingan-pertandingan kompetitif, bagaimanapun, Draxler belum dipercaya menjadi pemain utama.

Kaki kanan dan kiri yang sama baiknya, serta kemampuan menggiring bola yang terhitung baik untuk ukuran pemain Jerman, adalah senjata utama Draxler. Jika memiliki kesempatan, ia tidak pernah malu melepas tendangan jarak jauh.

Ketertarikan Juventus terhadap Draxler di musim panas ini bukan sesuatu yang baru bagi Schalke. Borussia Dortmund pernah tanpa malu-malu mengakui ketertarikan mereka terhadap Draxler; Schalke menanggapinya dengan kontrak baru untuk Draxler. Sang pemain menerima perpanjangan kontrak dan Schalke membawa kabar tersebut ke kota Dortmund dengan beberapa mobil bak terbuka yang mengangkut papan pengumuman berisi foto Draxler dan informasi mengenai kapan berakhirnya kontrak baru Draxler di Schalke.

Selain Dortmund, Bayern München juga dikabarkan tertarik namun kesebelasan tersukses di Jerman tersebut tidak pernah terlihat benar-benar melakukan pendekatan. Di luar Jerman, Arsenal menjadi kesebelasan yang paling banyak berusaha untuk membawa Draxler keluar dari Veltins Arena. Musim 2013/14 menjadi puncak usaha Arsenal; Draxler sudah menyetujui perjanjian-perjanjian personal namun Schalke enggan melepas Draxler pada akhirnya. Sang pemain sempat mengutarakan kekecewaannya di televisi nasional namun akhirnya melunak dan kembali membela Schalke.

Horst Heldt, general manager Schalke, barangkali adalah sosok yang paling tahu mengenai berapa banyak tawaran yang masuk untuk Draxler. Setiap kali pembeli potensial datang mengajukan tawaran, Heldt berharap Draxler mau bertahan. Namun di saat yang bersamaan ia sadar bahwa tidak banyak yang bisa dilakukannya untuk menahan sang pemain.

Menilai lewat Statistik dan Pengamatan Langsung

Cedera otot yang dideritanya 31 Oktober 2014 dan 30 Maret 2015 membuat Draxler menepi selama 160 hari dan melewatkan 23 pertandingan kompetitif Schalke. Secara keseluruhan, sepanjang musim 2014/15, ia hanya bermain selama 1.032 menit dalam 19 pertandingan yang delapan di antaranya ia jalani sebagai pemain pengganti. Selama itu ia hanya mencetak dua gol dan satu assist.

Catatan statistik Whoscored, bagaimanapun, menyuguhkan data yang lebih kaya ketimbang jumlah gol, assist, dan jam terbang saja. Walau peluang bermainnya terbatas, tak sepenuhnya salah jika Draxler disebut mampu menjaga tingkat permainannya.

Walaupun di bawah asuhan Roberto Di Matteo Schalke bermain negatif, Draxler tetap mampu menorehkan catatan 8,3 dribble per pertandingan; catatan successful dribble per pertandingan sendiri mencapai angka 5,3. Mengawani kegemarannya menggiring bola, Draxler juga memiliki catatan 4,7 tembakan dari luar kotak penalti per pertandingan. Sebagai pembanding, rata-rata per pertandingan Draxler hanya melepas dua tembakan dari dalam kotak penalti.

Catatan itulah, barangkali, yang membuat Whoscored menempatkan dribble dan long shots dalam daftar kekuatan Draxler. Pada praktiknya, tendangan-tendangan jarak jauh Draxler tidak selalu baik. Tendangannya tidak terhitung keras dan ia masih belum mampu menyandingkan penempatan dengan kekuatan.

Whoscored juga menempatkan aerial duels di daftar kekuatan Draxler (Whoscored menilai Draxler tidak memiliki kelemahan berarti). Dengan tubuh setinggi 1,87 meter, Draxler memang memiliki modal yang lebih dari cukup untuk memenangi duel-duel udara. Namun catatan musim 2014/15 menunjukkan bahwa Draxler meraih kemenangan hanya sedikit lebih banyak dari ia menderita kekalahan: 2,7 dan 2,6 kali per pertandingan.

Sementara catatan-catatan Draxler ketika menyerang tidak bisa begitu saja disebut istimewa, ia mampu menawarkan kekuatan ekstra ketika kesebelasan tidak sedang menguasai bola. Setiap pertandingannya ia rata-rata mencatatkan 2,5 kali tackle dengan persentase keberhasilan yang tinggi: 84%. Dengan kaki-kaki panjangnya Draxler merebut bola, dan dengan kaki-kaki panjang itu pulalah ia memulai serangan balik. Dan memang itulah salah satu kemampuannya yang paling banyak diperbincangkan: memulai dan terlibat dalam serangan balik cepat.

Dan berbicara mengenai persentase tinggi, tidak hanya dalam urusan merebut bola saja Draxler menorehkan catatan menggembirakan. Untuk ukuran pemain serang – yang normalnya tidak memiliki banyak waktu dan pilihan sebelum melepas umpan –  persentase keberhasilan umpan Draxler terhitung tinggi. Untuk setiap 59,6 umpan yang ia lepaskan, 49 di antaranya tepat mengarah sasaran. Dengan kata lain, akurasi umpan Draxler berada di angka 82,21%. Dan ia menorehkan catatan tersebut bersamaan dengan rataan 2,4 umpan kunci per pertandingan.

Draxler tidak buruk. Namun tidak sepenuhnya tepat jika ia disebut istimewa. Walau demikian, dengan usia yang masih muda, Juventus dapat memperlakukan Draxler sebagai investasi. Tidak sepenuhnya bijaksana jika langkah ini diambil, namun tidak pula dapat dikatakan Juventus mengambil keputusan yang buruk jika mereka benar-benar mendatangkan Draxler.

Komentar