Dalam tiga musim terakhir, Stoke City kian memantapkan posisi mereka di ajang Liga Primer Inggris. Setidaknya pada musim 2014/2015, mereka berhasil menepati peringkat sembilan, mengulangi kesuksesan di musim  2013/2014. Padahal pada musim 2012/2013 mereka harus puas di peringkat 13 dan begitu juga tahun-tahun sebelumnya selalu berakhir di luar 10 besar Liga Primer Inggris.
Salah satu faktor utama peningkatan performa The Potters, julukan Stoke, tentu saja tidak lepas dari kedatangan Mark Hughes sejak 2013/2014. Pola permainan Ryan Shawcross cs saat ini tidak hanya bergantung kepada kecepatan dan kekuatan fisik melalui umpan-umpan panjang seperti saat masih dibesut Tony Pulis.
Di bawah arahan Hughes, mereka tampil lebih kreatif dengan memperagakan umpan-umpan pendek, sangat berbeda dengan saat dibawah penanganan Pulis yang cenderung menghindari memainkan bola di/dari sektor belakang. Persentase penguasaan bola Stoke di era Pulis pada 2012/2013 sebesar 43,3% sedangkan sejak era Hughes meningkat menjadi 46,2 %. Begitu juga soal umpan pendek.
Misalnya saja Ryan Shawrcoss. Di masa Hughes, ia diberikan keleluasaan membangun serangan dari belakang. Akurasi operan Shawcross terus meningkat dari 65% di era Pulis, kemudian meningkat menjadi 74% di bawah arahan Hughes pada musim 2013/2014 dan naik lagi menjadi 77% pada musim 2014/2015.
Begitu juga dengan distribusi bola yang dikirimkan Asmir Begovic, kiper andalan Stoke sejak 2010. Kiper yang musim depan akan bermain untuk Chelsea itu lebih sering menendang bola jauh ke tengah lapangan ketimbang memberikannya pada pemain terdekat. Di era Pulis, rataan Begovic menendang bola ke tengah lapangan mencapai 16,8 per laga, namun sejak ditangani hughes mulai menurun menjadi 15,4 perlaga.
Perbandingan tendangan gawang Asmir Begovic pada musim 2012/2013 dengan 2013/2014
Gaya bermain Pulis yang lebih direct, yang mencoba menggedor pertahanan lawan dengan umpan-umpan panjang yang langsung di arahkan ke sepertiga akhir lapangan, memang sangat efektif dalam situasi bola mati. Stoke sangat berbahaya ketika mendapatkan bola mati. Di era Pulis, rataan peluang yang didapat melalui bola mati mencapau 1,74 per laga (menjadi yang ketiga terbanyak di Liga Primer Inggris 2012/2013). Di era Hughes, angka itu menurun. Stoke di era Hughes hanya berhasil menciptakan peluang melalui bola mati sebanyak 1,34 bola mati per laga.
Hanya saja, di era Hughes, Stoke lebih hidup dalam situasi permainan terbuka (open play). Rataan peluang per laga yang dihasilkan melalui permainan terbuka mencapai 8 per laga. Sedangkan di Pulis hanya 7,4 peluang per laga.
Memang peluang melalui permainan terbuka yang dciptakan Stoke di era Hughes tidak sedahsyat kesebelasan-kesebelasan top Inggris lainnya. Namun yang perlu dicatat adalah penciptaan peluang mencetak gol di bawah besutannya lebih besar dibanding era Pulis. Livepool pada musim 2014/2015 pun sudah merasakan kekalahan dengan skor 6-1 dari The Potters.
Stoke di bawah Hughes bermain lebih sabar. Berbeda dengan Pulis yang hanya memprioritaskan bola harus berada di sepertiga akhir lawan secepatnya agar segera dieksekusi para penyerangnya.
"Kami bermain dengan cara yang jelas sedikit berbeda. Tidak melibatkan unsur bermain yang telah berhasil dilakukan Stoke di masa lalu. Kami masih akan menggunakan ancaman tersebut (direct football), tapi saya pikir anda dapat melihat permainan kami pada umumnya sekarang sedikit berbeda," kata Hughes.
Surga Baru Bagi Para Mantan Barcelona
Stoke cukup aktif dalam bursa transfer musim panas 2015 ini. Sejauh ini mereka sudah mendatangkan Joselu (Hannover 96), Marco van Ginkel (Chelsea, pinjaman AC Milan), Glen Johnson (Liverpool) dan Shay Given (Aston Villa). Langkah transfer terbaru bagi The Potters yaitu mendatangkan Ibrahim Afellay dari Barcelona yang sempat dipinjamkan ke Schalke 04 dan Olympiakos.
Afellay meninggalkan Barcelona dengan status bebas transfer setelah gagal mendapatkan tempat di kesebelasan asal Catalan tersebut sejak 2011 karena serangkaian cedera lutut. Akibatnya, pemain 29 tahun yang memiliki 50 caps bersama tim nasional Belanda itu cuma mendapatkan kesempatan lima kali bermain di Barcelona. Dampaknya, ia pun dicoret dari skuat Belanda di Piala Dunia 2014 arahan Louis van Gaal.
Catatan cedera lutut itulah yang perlu dikhawatirkan dari penyerang sayap ini. Kedatangan pemain yang meroket bersama PSV tersebut sebetulnya merupakan opsi alternatif setelah mereka gagak mendapatkan Yehven Konoplaynka dari Dnipro yang memilih bergabung dengan Sevilla.
Kendati demikian, Afellay diperkirakan bakal cepat menyatu dengan Stoke karena sebelumnya mantan pemain Barcelona seperti Bojan Krkic, Marc Muniesa dan Moha El Ouriachi sudah terlebih dahulu bergabung. Stoke juga dikabarkan tengah mengincar pemain Barcelona lainnya yakni Adama Traore. Selain itu Xherdan Shaqiri yang berkostum Internazionale Milan juga tengah berupaya didaratkan ke Stadion Britannia.
Tidak cuma Bojan, Muniesa dan El Ouriachi saja, namun Hughes juga sempat berseragam Barcelona sebagai pemain pada 1986 sampai 1988. Permainan Affelay yang sempat merasakan tiki-taka Barcelona diperkirakan bisa memenuhi keinginan manajernya saat ini. Apalagi ia memiliki kemampuan operan, penguasan bola dan dribel mumpuni. Stoke agaknya akan semakin kental bermain dengan gaya umpan-umpan pendek yang lebih sabar, dengan tetap menjaga ciri kekuatan fisik yang sudah begitu lama menjadi karakter Stoke.
Ya, kedatangan pemain-pemain yang pernah bermain di Spanyol, bahkan sebagian besar pernah mencicipi seragam Barcelona, menjadi alasan kuat bagi siapa pun yang ingin menyaksikan gaya bermain Stoke yang lebih enak dilihat. Apa yang sudah dilakukan Hughes dalam dua musim terakhir, boleh jadi, akan semakin kentara di musim 2015/2016.
Hanya saja, banyak orang yang mungkin akan kehilangan Stoke yang lama, Stoke yang di era Pulis pernah dianggap sebagai pewaris yang setia dari gaya kick and rush ala Inggris. Apa boleh buat, Stoke juga mungkin ingin berubah. Tidak ada yang salah dengan itu. Menjadi salah ketika perubahan gaya dan ciri bermain itu ujung-ujungnya tak meningkatkan prestasi. Jika sudah begitu, tentu sejarah nanti yang akan mencatatnya.
Sumber: Daily Mail, Sky Sports, Soccer Way, Squawka, Who Scored, Wikipedia,
Komentar