Pengaruh Chelsea dalam Kekalahan Arsenal di Champions League

Taktik

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pengaruh Chelsea dalam Kekalahan Arsenal di Champions League

Chelsea berada di peringkat ke-17 klasemen sementara Premier League musim ini ternyata tidak berarti apa-apa. Setidaknya bagi manajer Arsenal, Arsène Wenger.

Susunan pemain Arsenal pada pertandingan pertama mereka di ajang Champions League musim ini memberi gambaran mengenai seperti apa Wenger memandang Chelsea. Sementara dunia menertawakan The Blues, Wenger tampak tetap memandang mereka sebagai kesebelasan yang berbahaya.

Arsenal Taktik

David Ospina, Mathieu Debuchy, Kieran Gibbs, dan Mikel Arteta jelas bukan pemain sembarangan. Ospina adalah alasan tergesernya Wojciech Szcz?sny ke bangku cadangan. Mathieu Debuchy adalah pemain yang dipercaya menggantikan posisi Bacary Sagna, bek kanan yang selama membela Arsenal terkenal sangat konsisten. Kieran Gibbs adalah alasan Wenger rela melepas Gaël Clichy dengan harga murah ke Manchester City. Dan Mikel Arteta, jangan lupa, masih kapten Arsenal.

Namun keempat pemain tersebut bukan pilihan utama musim ini. Posisi penjaga gawang utama musim ini, pada praktiknya, adalah milik Petr ?ech. Cedera yang diderita Debuchy membuat posisinya, sejak musim lalu, ditempati Héctor Bellerín; dan pemain muda ini tidak mengecewakan. Nacho Monreal yang awalnya hanya memainkan peran pelapis Gibbs pun perlahan tapi pasti menjadi pemain kunci. Dan Arteta, sejak paruh kedua musim lalu, sudah kehilangan kuasanya karena ada seorang pemuda bernama Francis Coquelin yang lebih bertenaga, lebih mahir menghentikan serangan lawan dibanding Arteta yang anggun.

Dinamo Zagreb tidak pernah menang melawan kesebelasan Inggris. Enam kali main, enam kali mereka kalah. Zagreb juga tidak pernah meraih kemenangan di Champions League sejak 1999; sejak 16 tahun lalu. Catatan Zagreb yang kurang baik dan kualitas pemain yang tidak lebih baik membuat Arsenal, seharusnya, dapat menang mudah. Nyatanya tidak. Perubahan susunan pemain yang cukup mencolok membuat Arsenal kewalahan.

Arsenal menguasai permainan namun kebobolan ketika Zagreb melancarkan serangan balik cepat. Ada celah yang cukup lebar di antara lini belakang berisi Kieran Gibbs, Laurent Koscielny, Gabriel, dan Alex Oxlade-Chamberlain (pada pertandingan ini, Debuchy dan Oxlade-Chamberlain sering bertukar posisi) dengan poros ganda Arteta dan Santi Cazorla. Di celah itulah Paulo Machado, di depan kotak penalti Arsenal, mengumpan dengan tumit kepada El Arbi Hillel Soudani. Di celah itu pula Soudani sempat menahan bola selama beberapa saat sebelum melepas umpan terobosan kepada Josip Pivari?, bek sayap kiri Zagreb yang pergerakannya Oxlade-Chamberlain ikuti hingga masuk ke dalam kotak penalti kesebelasannya sendiri. Ospina berhasil membendung tendangan Pivari?, namun bola memantul ke lutut Oxlade-Chamberlain dan masuk ke gawang Arsenal.

Arsenal yang ketinggalan sejak menit ke-24 semakin kesulitan setelah Olivier Giroud menerima kartu kuning keduanya pada menit ke-40. Hilangnya Giroud membuat Zagreb, yang mengandalkan serangan sayap, semakin leluasa menyerang Arsenal. Terutama dari sisi kiri pertahanan Arsenal. Semenjak Giroud keluar, wilayah itu menjadi titik lemah Arsenal. Dari area itu pula proses terciptanya gol kedua Zagreb bermula.

Wenger merespon kehilangan Giroud dengan memainkan formasi 3-4-2. Para pemain yang mengisi lini belakang, dari kanan ke kiri: Debuchy, Gabriel, dan Koscielny. Di lini tengah: Oxlade-Chamberlain, Cazorla, Arteta, dan Gibbs. Di depan: Mesut Özil dan Alexis Sánchez.

Gibbs masih bermain di sisi kiri, tapi bukan lagi sebagai bek kiri. Gibbs tampak canggung, begitu juga dengan Koscielny yang, sejak Giroud tidak ada, menjadi lebih dekat dengan garis tepi. Keduanya tampak kebingungan, dan puncaknya terjadi pada menit ke-57. Kesalahan komunikasi keduanya membuat Soudani berhasil menerobos masuk di sisi kiri pertahanan Arsenal. Soudani kemudian melepas umpan silang kepada Junior Fernandes, yang tendangannya dibendung oleh Debuchy sehingga terciptalah sepak pojok.

Menyambut sepak pojok dari sisi kanan gawang Arsenal, Fernandes berlari ke arahtiang dekat dan mencetak gol dengan sundulan yang nyaris tanpa kawalan. Gibbs yang ada di depannya tidak melompat dan Koscielny, walau ikut melompat bersama Fernandes, berada di belakang pemain berkebangsaan Chile tersebut sehingga boleh dibilang usaha Koscielny tidak berarti. Kebingungan antara Gibbs dan Koscielny ternyata tidak terbatas di sisi kiri pertahanan Arsenal saja.

Susunan pemain yang tidak rutin bermain bersama membuat Arsenal menelan kekalahan. Jika tujuan Wenger mengorbankan pertandingan ini adalah untuk menjaga para pemain utamanya tetap bugar ketika melawan Chelsea di akhir pekan nanti, maka selamat: Arsenal tidak kehilangan satu pun pemain inti karena cedera yang mungkin diderita di pertandingan melawan Zagreb. Namun kekalahan mengirim kepercayaan diri para pemain Arsenal terjun bebas, bukan?

Komentar