Plus-Minus Stevan Joveti? Bagi Inter Milan

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Plus-Minus Stevan Joveti? Bagi Inter Milan

Beberapa waktu lalu, saya sempat membuat prediksi taktik Internazionale Milan pada musim yang baru berdasarkan pemain baru yang sudah didatangkan dan pemain incaran-incarannya. Pada artikel tersebut, saya menyimpulkan bahwa Inter akan bermain dengan skema baru.

Dan belum lama ini, skuat besutan Roberto Mancini ini berhasil mendaratkan pemain baru. Namun bukan pemain berposisi winger seperti yang disebutkan dalam artikel saya sebelumnya. Pemain anyar Inter ini begitu handal ditempatkan sebagai penyerang: Stevan Jovetic.

Jovetic bukan pemain baru di Serie A. Sebelum hijrah ke Manchester City, pemain berkebangsaan Montenegro ini sempat lima musim membela Fiorentina. Skuat berjuluk La Viola tersebut memboyong Jovetic pada musim panas 2008 dari kesebelasan Serbia, FK Partizan.

Jovetic sendiri memiliki posisi natural bermain sebagai penyerang, bukan pemain sayap. Bahkan tak jarang ia diplot sebagai pemain gelandang serang. Hal ini dikarenakan tipikal permainan pemain berambut ikal ini merupakan pemain trequartista.

Maka kehadiran Jovetic dengan status pinjaman pada tahun pertama dan pembelian pada musim kedua ini bisa saja akan membuat Mancini kembali menggunakan formasi 4-3-1-2. Apalagi jika kepindahan Xherdan Shaqiri terealisasi. Hal tersebut akan membuat Inter kekurangan stok pemain sayap untuk menyempurnakan formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3.

Jovetic Seorang Trequartista

Pada awal bergabungnya Jovetic ke Fiorentina, pelatih Fiorentina saat itu, Cesare Prandelli, sering menempatkannya sebagai gelandang serang dalam formasi 4-3-1-2. Prandelli sendiri pernah mengatakan bahwa Jovetic adalah Totti muda.

Francesco Totti sendiri merupakan pemain panutan Jovetic. Saat pertama kali bergabung dengan Fiorentina, ia sempat mengatakan ingin menjadi Totti pada Corriere dello Sport. Dan mungkin karena hal inilah tipikal permainan Jovetic tak jauh berbeda dengan legenda AS Roma tersebut.

Prandelli tentunya tak asal menyebut bahwa permainan Jovetic mirip dengan permainan Totti. Di Partizan, pemain yang akrab disapa Jo-Jo ini tak hanya handal mencetak gol, tapi juga mencetak assist. Pada musim terakhirnya bersama Partizan, Jovetic mencetak 12 gol dan 10 assist dari 27 pertandingan.

Jovetic sendiri tak jarang diperankan sebagai playmaker. Umpan-umpannya memang kerap memanjakan para penyerang.  Pada musim perdananya dilatih Prandelli, Jovetic ditempatkan di belakang duet penyerang; Adrian Mutu dan Alberto Gilardino.

Jovetic sendiri semakin nyaman bermain sebagai trequartista saat dilatih oleh Delio Rossi, pelatih Fiorentina pada musim 2011/2012 pengganti Sinisa Mihajlovic. Dalam formasi 3-5-2, Jovetic ditandemkan dengan Gilardino atau Amauri.

Pada musim tersebut, Jovetic berhasil mencetak 14 gol di Serie A, terbanyak dalam semusim selama karirnya di Italia. Pada musim itulah nama Jovetic mulai diperhitungkan.

Peran penting Jovetic bagi Fiorentina sendiri semakin terlihat saat Fiorentina dilatih Vincenzo Montella. Dalam formasi 4-3-3, pemain yang saat ini berusia 25 tahun tersebut ditempatkan sebagai penyerang tengah, diapit oleh Juan Cuadrado dan Adem Ljajic.

Tipikal permainan Jovetic yang sering mencari area kosong di depan kotak penalti membuat para pemain belakang lawan kerap kerepotan mengawasi pergerakan Cuadrado dan Ljajic dari sisi sayap. Ditambah lagi dengan kecepatan dan kemampuannya dalam menggiring bola, penetrasi yang ia lakukan ke kotak penalti menjadi momok tersendiri bagi lini pertahanan lawan. 13 gol ia ciptakan di Serie A di bawah tangan dingin Montella.

Penampilannya pada musim tersebut membuatnya direkrut oleh Manchester City dengan nilai transfer 22 juta poundsterling. Di City sendiri Jovetic kerap diplot sebagai trequartista dalam formasi 4-4-1-1, mengobrak abrik pertahanan lawan bersama Sergio Aguero.

Meski jarang mendapatkan kesempatan bermain di City, Jovetic seringkali menciptakan gol penting. Seperti misalnya saat mencetak dua gol ke gawang Liverpool dan memenangkan City dengan skor 3-1 pada Agustus tahun lalu.

Melihat catatan-catatan di atas lah tampaknya formasi 4-3-1-2 masih akan menjadi pertimbangan Mancini pada musim depan. Tandemnya bersama Mauro Icardi sendiri tampak menjanjikan ketimbang bersama Rodridgo Palacio di lini depan.

Halaman berikutnya, Calon kapten Inter yang rentan cedera

Komentar