Pressing Football dan Ketika Formasi Tak Penting Lagi(?)

Taktik

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pressing Football dan Ketika Formasi Tak Penting Lagi(?)

Penggemar Manchester United masih ribut soal pilihan 4-4-2 atau 3-5-2 yang digunakan oleh Louis van Gaal. Di belahan dunia lain, sejumlah kesebelasan sudah menemukan cara penting memenangkan pertandingan. Bukan lewat formasi, tapi bagaimana cara mereka menekan.

Bayer Leverkusen dan Atletico Madrid contohnya. Dua kesebelasan tersebut dikenal karena memeragakan pressing ketat sepanjang pertandingan. Lawan tidak pernah dibiarkan berlama-lama dengan bola. Ini membuat lawan kerap melakukan salah umpan, yang berakibat keuntungan bagi mereka.

Hal paling esensial dari skema seperti ini adalah kecepatan dan efektifitas menyelesaikan peluang. Kesebelasan seperti ini biasanya tidak banyak memegang bola, dan jarang menghasilkan peluang. Namun, sekalinya ada peluang, di situ pula mereka mencetak gol.

Kedua kesebelasan akhirnya bertemu pada babak 16 besar  Liga Champions. Pertandingan yang dihelat di Bay Arena Kamis (26/2) dinihari WIB, menghadirkan pertandingan yang ketat. Levekusen bermain agresif, sementara Atletico begitu padu menggalang pertahanan.

Leverkusen hanya mampu melepaskan 13 tendangan, berbanding 12 tendangan Atletico yang lebih sering tertekan. Pelatih Atletico, Diego Simeone, tidak bisa berbuat banyak selain memperkuat pertahanan.

Sekilas, Atletico bermain seperti tanpa pola. Mereka mengirimkan umpan-umpan panjang ke lini depan, yang dengan mudah dihalau lini pertahanan Leverkusen.

Usai pertandingan, Simeone mengatakan apa yang dipikirkan para penonton, “Mereka (Leverkusen) bermain sangat mirip dengan gaya kami.”

Ya, bagi mereka yang tidak begitu familiar dengan Leverkusen, pasti akan menyangka kalau Atletico Madrid adalah kesebelasan yang berkostum merah dengan orang Korea di sisi kiri. Sedangkan Leverkusen adalah kesebelasan yang berkostum abu, dengan orang bergaya rambut aneh di lini serang.

Pressing vs Pressing

Cara Leverkusen menekan Atletico. Lihat bagaimana tiga hingga empat pemain menekan sekaligus yang membuat tertutupnya ruang untuk umpan.
Cara Leverkusen menekan Atletico. Lihat bagaimana tiga hingga empat pemain menekan sekaligus yang membuat tertutupnya ruang untuk umpan.

Dalam pertandingan tersebut, Leverkusen bermain begitu agresif. Permainan mereka mirip dengan Atletico yang bukan cuma menghajar Real Madrid 4-0, tapi juga memberi rasa frustasi yang begitu dalam.

Terlihat bagaimana Mario Mandzukic yang sampai kesal karena diteror empat pemain sekaligus. Belum lagi Antoine Griezmann yang harus turun jauh untuk menjemput bola.

Gambar di atas memperlihatkan bagaimana cara Leverkusen menekan. Tidak tanggung-tanggung, karena tiga hingga empat pemain yang dekat dengan bola, langsung menekan. Ini dilakukan agar pemain lawan terburu-buru saat memegang bola, dan berharap ia melakukan kesalahan.

Umpan sepertiga akhir Atletico. Mayoritas umpan dikirim ke sisi kanan. Ini yang membuat Heung-min tidak seagresif biasanya, karena harus menjaga pergerakan Arda Turan.
Umpan sepertiga akhir Atletico. Mayoritas umpan dikirim ke sisi kanan. Ini yang membuat Heung-min tidak seagresif biasanya, karena harus menjaga pergerakan Arda Turan.

Ini yang membuat Atletico hanya mengirimkan 280 umpan dengan tingkat keberhasilan hanya 57%. Jumlah keberhasilan ini semakin tidak efektif terutama setelah melihat alur umpan Ateltico saat menyerang.

Dari gambar di atas, terlihat mereka lebih banyak mengirimkan umpan lambung ke sisi kanan. Peran Gabi dan Tiago lebih banyak terpusat di depan kotak penalti menjaga kedalaman. Ini dimanfaatkan oleh poros ganda Leverkusen, Castro dan Lars Bender untuk menguasai lini tengah.

Ketidakberhasilan Atletico menerapkan skema yang mereka biasa lakukan, tidak lain karena mereka tidak bisa lepas dari tekanan. Ini merupakan hal yang langka, karena biasanya mereka yang melakukan tekanan macam ini.

Ciri Kesebelasan yang Andalkan Pressing

Pertandingan antara dua tim yang dikenal karena pressing ketatnya menghadirkan kenyataan baru. Kesebelasan macam Atletico dan Leverkusen tidak didesain untuk secara rinci bagaimana mereka harus menyerang. Hal yang paling penting adalah lawan tertekan, dan mereka bisa memanfaatkan peluang dari kesalahan lawan.

Ini mengingatkan pada apa yang dilakukan Pelatih Borussia Dortmund, Juergen Klopp. Pada final Liga Champions 2013, Klopp hanya mengarahkan anak asuhnya untuk bersiaga dalam kondisi tanpa bola. Selebihnya, ketika memiliki bola dan menyerang, Klopp membiarkan anak asuhnya untuk mengatur serangan mereka sendiri.

Baca: Tak Diarahkan saat Menyerang, Dortmund Menang,

Tak Ada Alasan bagi Dortmund untuk Terdegradasi

Kunci Sukses Atletico Menerapkan Pressing Selama 90 Menit

Bagaimana Atletico Menaklukan Chelsea Lewat Pressing

Hitung jumlah pemain Leverkusen yang terlibat serangan balik! Roberto Hibert ada di sebelah kiri bawah layar, tidak terlihat.
Hitung jumlah pemain Leverkusen yang terlibat serangan balik! Roberto Hibert ada di sebelah kiri bawah layar, tidak terlihat.

Kebebasan tersebut juga terlihat pada Leverkusen dan Atletico. Saat melakukan serangan balik, siapapun bisa terlibat. Bahkan Roberto Hilbert sekalipun yang posisi aslinya adalah fullback kanan.

Proses gol pertama Leverkusen juga terjadi karena “kebebasan” ini. Bellarabi yang harusnya menempati pos sayap kanan, ternyata berada di tengah di area penyerang tengah yang harusnya dihuni Josip Drmic.

Hakan Calhanoglu yang berposisi sebagai gelandang serang, nyatanya ada masih berada di sisi kiri pertahanan Leverkusen. Hanya beberapa detik kemudian, Calhanoglu sudah berada di belakang Bellarabi yang ada di dalam kotak penalti. Umpan tumit Bellarabi diselesaikan dengan tendangan yang menghembus jalan Atletico yang dikawal Moya.

Pressing Masa Depan Sepakbola?

Pada pertandingan Leverkusen melawan Atletico, tidak begitu jelas kedua tim menggunakan formasi macam apa. Mandzukic dan Griezmann sering terlihat di kedua sayap, sedangkan Gabi dan Tiago lebih sering terlihat melapis pertahanan. Pun dengan Son Heung-min yang tidak jarang terlihat berada di sisi kanan, serta Castro yang bergerak ke sisi kiri.

Tujuan utama mereka hanyalah menekan sehingga lawan tidak leluasa mengembangkan permainan. Leverkusen jelas berhasil karena mereka sukses membuat Atletico membuat kesalahan, terutama salah umpan. Meskipun demikian, secara serangan, Leverusen tidak bisa dibilang berhasil karena hanya mampu menuntaskan 13 peluang menjadi satu gol.

Ini penting karena bagi kesebelasan yang lebih memilih menekan, setiap peluang adalah kesempatan emas, dan tidak jarang, peluang hanya muncul satu kali sepanjang pertandingan.

Selain itu, pressing ketat juga hanya efektif jika para pemain bekerja keras untuk tim, karena pressing sepanjang pertandingan akan menguras stamina, dan pemain rentan kelelahan.

Jika beragam formasi sudah digunakan, tapi kesebelasan tetap kalah, barangkali para pemain Anda yang berleha-leha. Melihat skema yang digunakan Atletico dan Leverkusen, jadi Anda masih meributkan formasi?

Sumber gambar: dailyvdo.com

Komentar