Rahasia West Ham Menjadi Kuda Hitam Premier League

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Rahasia West Ham Menjadi Kuda Hitam Premier League

Meski West Ham United ditahan imbang Stoke City pada akhir pekan lalu (1/11), tim berjuluk The Hammers ini  tetap berada di posisi lima klasemen. Pencapaian yang cukup mengesankan tentunya, karena posisi ini berada di atas Liverpool, Tottenham Hotspur, Everton dan Manchester United.

Bersama Southampton, West Ham memang menjadi salah satu tim kuda hitam pada Premiere League musim ini. Dari 10 pertandingan yang telah dijalani, skuat asuhan Sam Allardyce ini menuai lima kemenangan, dua hasil imbang dan tiga kekalahan.

Beberapa kemenangan pun menunjukkan bahwa kekuatan West Ham cukup menakutkan musim ini. Dari lima tim yang telah dikalahkan West Ham, tim kuat seperti Liverpool dan Manchester City menjadi korbannya. The Reds ditumbangkan dengan skor 3-1, sementara The Citizen ditaklukkan dengan skor tipis 2-1.

Lantas kita akan bertanya-tanya, apa rahasia di balik performa positif West Ham saat ini? Banyak hal yang membuat permainan West Ham asuhan Big Sam, identik dengan umpan panjang langsung ke jantung pertahanan, menjadi lebih berwarna pada musim ini.

Menurut kolumnis backpagefootball Ayo Anibaba, dari segi formasi, West Ham menggunakan beberapa formasi pada musim ini. Saat musim lalu hanya finish di peringkat 13, West Ham hanya menggunakan formasi 4-1-4-1 atau 4-2-3-1 dengan mengandalkan satu ujung tombak, Carlton Cole (atau Andy Carrol jika tak cedera).

Dengan datang beberapa pemain anyar berkualitas, penggunaan satu penyerang mulai berani ditinggalkan Sam Allardyce. Dalam beberapa pertandingan, West Ham turun dengan formasi 4-3-1-2, 4-2-2-2 atau pun  4-3-3 untuk mengakomodir para pemain barunya itu.

Hal pertama dan yang paling menonjol dalam West Ham musim ini adalah lini pertahanan yang cukup kokoh. Dalam hal lain, West Ham musim ini dirancang Sam Allardyce untuk memiliki pertahanan kuat yang sangat sulit ditembus lini penyerangan lawan.

Kiper anyar mereka, Adrian San Miguel, memiliki refleks dan kemampuan menahan bola yang mumpuni. Salah satu kelebihannya adalah kepiawaiannya dalam menahan tembakan-tembakan jarak jauh. Yang paling kentara adalah saat pertandingan menghadapi City, di mana saat itu City melepaskan tendangan jarak jauh sebanyak 10 kali, salah satunya tendangan keras Stefan Jovetic.

Sam Allardyce menginstruksikan para pemain bertahannya bermain dengan garis pertahanan rendah. Dengan backfour yang dihuni Aaron Cresswell, Winston Reid, James Collins, dan Carl Jenkinson, lini pertahanan West Ham pun diperkuat oleh tiga pemain tengah bertipikal gelandang bertahan untuk menjaga sekitaran area kotak penalti.

Dengan menumpuknya banyak pemain di area kotak penalti, kubu lawan sering kesulitan untuk menyentuh area tersebut. Duel udara dari umpan silang pun selalu berhasil dimenangkan oleh duet bek tengah Reid-Collins. Tinggi keduanya yang sekitar 188cm menunjang keduanya untuk memenangkan duel udara dengan mudah.

Karena tim lawan kesulitan mengirimkan umpan silang, alhasil tembakan-tembakan jarak jauh sering menjadi ancaman terhadap gawang West Ham. Di sinilah Adrian beraksi. Ya, seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, kiper asal Spanyol ini cukup piawai menahan tendangan dari jarak jauh.

Di lini tengah, West Ham menerapkan pola diamond. Alex Song, Morgan Amalfitano, Mark Noble dan Cheikhou Kouyate dirotasi untuk mengisi tiga pemain bertahan yang menyokong Stewart Downing. Downing menjadi pemain yang tak tergantikan untuk ditempatkan di belakang dua striker.

Lini tengah West Ham tak menggunakan pemain sayap, Amalfitano atau pun Noble lebih sering menjadi wide midfielder. Pergerakannya hanya di sekitar area tengah lapangan. Ini dilakukan untuk menjaga atau mengantisipasi jika lawan melakukan serangan balik.

Downing mendapat keleluasaan saat ditempatkan sebagai pemain no.10, berbeda saat ia ditempatkan sebagai pemain sayap kiri yang merupakan posisi naturalnya. Di tengah, ia bisa bergerak ke kanan atau pun ke kiri, mencari ruang kosong. Ditambah lagi dengan bantuan dari tiga gelandang yang lebih defensif membuat Downing bisa menghemat energinya karena tak terlalu diwajibkan membantu pertahanan.

Sementara itu, penggunaan dua penyerang pun tak lepas dari kedatangan Enner Valencia dan Diafra Sakho yang direkrut dari Pachuca dan FC Metz. Dengan kualitas yang dimiliki keduanya, terlalu mubazir jika salah satunya harus menjadi penghuni cadangan terlebih dahulu. Maka dari itu keduanya kerap ditandemkan di lini depan.

Sakho telah mengemas enam gol dari tujuh kali bermain. Kemampuannya dalam duel udara membuat serangan West Ham lewat umpan-umpan panjang menjadi lebih efektif. Bersama Reid dan Collins, Sakho masuk ke dalam 20 pemain dengan rata-rata aerial duel tertinggi per pertandingan di Liga Inggris.

Tak hanya dalam duel udara, Sakho pun mampu mengimbangi kecepatan Valencia yang sering bermain melebar untuk mencari ruang kosong. Kombinasi keduanya pun semakin padu sehingga West Ham seolah tak membutuhkan lagi Andy Carrol yang kerap cedera ataupun mantan penyerang Lazio, Mauro Zarate.

Kesimpulannya, Sam Allardyce melakukan kegiatan transfer yang baik pada musim ini. Tak seperti ketika membeli Carroll yang menjadi sia-sia, pemain-pemain anyar West Ham musim ini memiliki peranan penting pada permainan tim  yang bermarkas di Boleyn Ground ini.

Sepuluh pertandingan mungkin terlalu dini untuk menilai bisa sejauh mana West Ham akan melangkah. Namun jika Allardyce bisa menjaga permainannya serta para pemainnya tetap fit dan terhindar dari cedera, tampaknya para pendukung West Ham akan bangga melihat posisi klasemen tim pujaan mereka pada akhir musim nanti.

Foto: flickr.com

Komentar