Xabi Alonso memang sudah melewati masa keemasannya sebegai gelandang bertahan. Namun juga tidak bisa dikatakan bahwa gelandang yang baru saja menyatakan pensiun dari timnas Spanyol telah berakhir karirnya.
Di umurnya yang ke 32 tahun Alonso masih layak untuk disebut gelandang kelas atas dunia. Akurasi umpannya masih terjamin serta tendangan jarak jauhnya juga tidak bisa dianggap remeh. Kemampuan Alonso dalam mengontrol lini tengah masih layak untuk disejajarkan dengan gelandang yang berusia lebih muda darinya.
Karena itu, pembelian Alonso ke Bayern Munich seharga â¬10 juta bisa dikatakan sebagai pembelian yang menguntungkan. Namun banyak yang bertanya soal tujuan Pep Guardiola mendatangkan Alonso ke Bayern Munich. Apakah Alonso hanya akan dijadikan ban serep lini tengah Bayern oleh Pep?
Jika kita melihat, Bayern Munich sebenarnya dalam kondisi kekurangan jumlah pemain gelandang. Setelah kepergian Toni Kross, mereka baru mendatangkan Sebastian Rode dari Eintracht Frankfurt. Dengan begitu, ditambah Rode, Bayer Munich hanya memiliiki empat gelandang tengah yaitu Bastian Scweinsteiger, Thiago Alcantara dan Phillip Lahm.
Javi Martinez juga mungkin bisa dimasukan ke dalam daftar gelandang. Namun skema 3-4-3 yang ingin dimainkan Pep musim depan lebih menempatkan Javi Martinez sebagai salah satu dari tiga bek di belakang.
Di awal musim ini, Bastian Schweinsteiger dan Thiago Alcantara dalam kondisi cedera sehingga tidak bisa membela Bayern Munich. Hal ini sampai membuat Pep harus menurunkan gelandang muda berusia 16 tahun, Gianluca Gaudino, saat melawan Dortmund di Piala Super dan melawan Wolfburg di gameweek pertama liga.
Karena hal inilah Bayern Munich masih membutuhkan tambahan tenaga baru pada posisi gelandang. Mereka tentu tidak akan sanggup menjalani kompetisi lokal dan Eropa hanya dengan empat gelandang ini. Dan Xabi Alonso yang mulai kehilangan tempat di Real Madrid menjadi pemain yang cukup tepat untuk mengisi posisi ini.
Lalu apakah Xabi Alonso layak untuk masuk ke skema permainan Pep Guardiola di Bayern Munich?
Pep Guardiola berencana untuk memainkan formasi 3-4-3 pada musim ini. Dengan formasi ini Bayern hanya akan menempatkan dua pemain di tengah yang bertugas untuk menjadi penguhubung antara barisan pertahanan dan penyerang.
Kedua gelandang ini harus memiliki kemampuan yang sama baiknya antara menyerang dan bertahan. Mereka harus mampu berduel dengan gelandang lawan yang sangat mungkin berjumlah lebih banyak. Mereka juga harus mempu menguasai bola dan mengalirkannya ke depan di tengah kerumunan gelandang lawan.
Alonso tentu memiliki kemampuan ini. Catatan saat musim lalu membela Real Madrid, Alonso rata-rata melakukan 61 operan per pertandingan dengan persentase keberhasilan operan mencapai 88%. Dari keseluruhan operannya tersebut, tercatat Alonso melepaskan 6,6 umpan panjang berhasil per pertandingannya. Selain itu, catatan musim lalu juga menunjukan bahwa bola terebut oleh lawan ketika dikuasai Alonso hanya terjadi 0,5 kali per pertandingan. Hal ini menunjukan bagaimana dia mampu untuk mengalirkan bola dari tengah.
Jika kita bandingkan dengan Philipp Lahm, angka ini tidak jauh berbeda. Lahm melakukan 79 operan per pertandingan dengan persentase keberhasilan mencapai 91%. Dia juga melakukan 5,1 umpan lambung berhasil per pertandingannya. Dan tercatat hanya 0,7 kali dia kehilangan bola dalam satu pertandingan.
Dalam hal bertahan pun Alonso tidak memiliki catatan yang buruk. Musim lalu dia melakukan 2,4 tackle dan 1,5 intersept per pertandingannya. Angka ini bahkan lebih baik dari Lahm yang melakukan 1,2 tackle dan 1,3 kali intersept per pertandingannya.
Melihat catatan statistiknya musim lalu bersama Real madrid, Alonso tentu masih cocok untuk mengisi posisi gelandang Bayern Munich. Meski dengan umurnya yang sudah 32 tahun, mungkin kondisi fisik Alonso tidak akan sanggup untuk bermain di setiap laga Bayern Munich. Karena itu Alonso akan ditempatkan Pep dalam rotasi gelandang-gelandang yang dimilikinya.
Sumber gambar: www.fanpop.com
Komentar