Seorang pentolan ultras menjadi Tifo (dirigen suporter di tribun), itu sudah biasa. Menjadi luar biasa jika seorang pesepakbola, apalagi dia bintang di kesebelasannya, menjadi seorang tifo di tribun stadion.
Momen unik menjadi dirijen itu dilakukan pemain andalan VfL Wolfsburg, Kevin De Bruyne. Gelandang serang asal Belgia tersebut memang menjadi bintang pada laga Europa League pada Jumat (13/3/2015) dini hari di Volkswagen Arena, kandang Wolfsburg.
De Bruyne menjadi bintang kemenangan Wolfsburg dalam kemenangannya atas Internazionale Milan, pada pertandingan leg pertama babak 16 besar Europa League 2014/2015. Ia menjadi bintang setelah mencetak dua gol dan satu asist di laga tersebut.
Asist yang dibuatnya, melalui sepak pojok, diselesaikan secara sempurna oleh kepala Naldo di menit 28. Usai turun minum, Bruyne mencetak gol pertamanya memanfaatkan kesalahan Juan Pablo Carrizo, kiper Inter Milan, di menit ke-63. Kesaktian De Bruyne pun berlanjut pada menit ke-75. Eksekusi tendangan bebas pria 23 tahun ini kembali membuat Carrizo harus memungut bola dari jala. Skor akhir 3-1.
Sepanjang pertandingan, pemain Belgia ini melepaskan empat percobaan tendangan, tiga di antaranya mengarah ke gawang. Dari 72 operan De Bruyne yang mencapai rataan akurasi 76%, lima diantaranya berhasil menjadi umpan kunci, bahkan satu menjadi asist.
Setelah didatangkan dari Chelsea dengan seharga 21,5 juta euro pada Januari 2014, ia memang menjadi idola para suporter Si Serigala. Torehan asistnya di Bundesliga menjadi salah satu yang terbaik di benua Eropa. De Bruyne sejajar dengan Cesc Fabregas. Dari 24 laga di Bundesliga, ia sudah membuat 15 asist.
Akan tetapi De Bruyne lebih unggul dalam urusan mencetak gol.  Ia sudah mengemas delapan gol hingga saat ini sedangkan Fabregas baru dua gol yang dipersembahkan untuk Chelsea.
Panditfootball pernah membahas De Bruyne dan pemain Wolfsburg lainnya :Raja Asist dari âSerigalaâ Bundesliga
Reuni Kecil Bruchweg Boys dan (Kemungkinan) Terbentuknya Mouâs Undesirables
Di sisi lain keberhasilannya tidak membuat De Bruyne lupa kepada suporter begitu saja. Usai pertandingan ia menghampiri tribun utara Volkswagen Arena. Pagar pembatas pun dipanjatnya, kemudian ia berdiri di podium tifo. De Bruyne sempat bercanda dengan penghuni tribun dengan menggunakan pengeras suara. Lalu beberapa waktu kemudian para penonton mulai berdiri dan melompat-lompat menyanyikan chant-chant dukungan Wolfsburg.
Bagi suporter, pemain kesayangan berlati ke arah tribun selalu melahirkan sensasi yang menyenangkan. Apalagi jika itu terjadi setelah pemain tersebut mencetak gol. Merayakan gol bersama pemain kesayangan merupakan salah satu kesenangan paling nikmat yang dialami suporter yang datang ke tribun.
Pada momen-momen macam itu, tak ada lagi batas yang memisahkan antara pemain dan suporter. Keduanya larut ke dalam pasang-surut emosi yang sama, menenggelamkan diri ke dalam eforia yang juga sama.
Ini merupakah hadiah yang didapatkan de Bruyne. Performa, sambutan penonton, dan kehangatan yang ia dapat di Wolfsburg sama sekali tak didapatkannya kala berseragam Chelsea. Bersama Wolfsburg ia menemukan kebahagiaan tersendiri.
Bayangkan jika Si Serigala berhasil menjuarai Europa League atau Bundesliga, maka perayaan seperti apa yang akan dilakukan De Bruyne bersama para suporternya.
Komentar